ADAB BERKUNJUNG
KEPADA SAUDARA
١٨٢ - ÅöÐóÇ ÒóÇÑó ÃóÍóÏõßõãú ÃóÎóÇåõ ÝóÌóáóÓó
ÚöäúÏóåõ ÝóáÇó íóÞõæúãóäøó ÍóÊøٰì íóÓúÊóÃúÐöäóåõ
“Jika salah seorang kamu mengunjungi saudaranya lalu duduk
di sebelahnya, maka sungguh janganlah ia berdiri sehingga meminta izin
kepadanya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu
Asy-Syaikh dalam Tarikh Ashbilun (113): “Telah bercerita kepadaku Ishaq
bin Muhammad bin Hakim, dia berkata: “Telah bercerita kepadaku Yahya bin Waqid,
dia berkata: “Telah bercerita kepadaku Ibnu Abi Ghuniyah, dia berkata: “Telah
bercerita kepadaku ayahku, dia berkata: “Telah bercerita kepadaku Jibillah bin
Suhaim dari Ibnu Imran yang memberitahukan: “Telah bersabda Nabi r , lalu
dia menyebutkan hadits ini.”
Saya menilai: Hadits ini sanadnya
shahih. Semua perawinya tsiqah dan terkenal.
Adapun Jibillah bin Suhaim, ia adalah tsiqah dimana Al-Bukhari telah meriwayatkan
haditsnya dalam Al-Adab Al-Mufrad.
Sedangkan Ibnu Abi Ghuniyah, dia
adalah Yahya bin Abdul Muluk bin Hamid bin Abi Ghuniyah. Demikian
pula ayahnya Abudl Muluk.
Adapun mengenai Yahya bin Waqid, Abu
Asy-Syaikh menjelaskan: “Dia seorang tokoh di bidang Nahwu dan bahasa Arab. Dia memiliki banyak hadits. Bahkan Ibrahim bin Arumah
mengatakan bahwa Yahya termasuk taiqah. Dia juga menyebutkan
bahwa Yahya itu lahir tahun enam puluh
Saya mengetahui,
kemudian Abu Asy-Syaikh menyebutkan tiga haditsnya. Sedang
hadits yang di atas tersebut adalah yang pertama.
Adapun Ishaq bin Muhammad bin Hakim,
dia adalah Ishaq bin Muhammad bin Ibrahim bin Hakim. Abu Asy-Syaikh (halaman
267) mengomentarinya: “Dia adalah seorang syaikh yang jujur, beradab dan tahu
tentang hadits. Dia mempunya buku-buku Abu Ubaidah dan
Abdurrazaq, juga banyak menilai hadits.
Dia meninggal pada tahun 312 H.”
Saya berpendapat: Aneh, hadits ini
tidak ada dalam Al-Jamiul Kabir . Abu Asy-Syaikh tidak
menyebutkannya di situ. Namun dia menuliskannya dalam Al-Jami’
ush-Shaghir dari riwayat Ad-Dailami dari Ibnu Umar. Seolah dia menyusulkannya di situ. Akan tetapi ia kehilangan sumber yang berharga, yaitu Tarikh Ashbihan
sebagaimana kehilangan orang yang menjelaskan (hadits itu) yaitu Al-Manawi.
Ad-Dailani mengatakan: “Di sini ada orang yang tidak diketahui.”
Saya berpendapat: Mungkin saja sanad
Ad-Dailani lain dnegan sanad Abu Asy-Syaikh. Jika tidak, maka
boleh jadi Ad-Dailami tidak melihat sebagian perawinya. Karena mereka memang tidak dipaparkan selain dalam At-Tarikh ini
saja. Dan itulah yang lebih benar. Wallahu
a’lam/
Jadi hadits ini
mempunyai faedah yang tidak terlihat dalam kitab sanad. Maka segala puji bagi Allah dan Dia lah yang melimpahkan taufiq.
Hadits ini
memperingatkan adab kesponan amat tinggi. Yakni bahwa
seseorang yang berkunjung tidak sepatutnya berdiri kecuali setelah meminta izin
kepada orang yang dikunjungi. Adapun kesopanan yang
diajarkan oleh Nabi ini kini telah banyak ditinggalkan di sebagian negeri Arab
sendiri. Kita melihat mereka keluar dari majelis tanpa
meminta izin. Bukan itu saja, bahkan tanpa salam.
Ini tidak mencerminkan adab yang Islami, seperti yang disebutkan
dalam hadits tersebut.
****
As-Shahihah Online melalui www.alquran-sunnah.com |