MAKHLUK YANG PERTAMA DICIPTAKAN
١٣٣ - Åöäøó Ãóæøóáó
ÔóíúÁò ÎóáóÞóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáٰì ÇáúÞóáóãõ æóÃóãóÑóåõ Ãóäú íóßúÊõÈó ßõáøõ ÔóíúÁò
íóßõæúäõ.
“Sesungguhnya yang pertama kali Allah I ciptakan adalah Al-Qalam. Dan Dia memerintahkan untuk menulis
tiap-tiap sesuatu yang ada.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la (1/126) dan Al-Baihaqi
dalam Al-Asma’ wash-Shifat (hal. 271) dari
jalur Ahmad yang memberitahukan: “Telah bercerita kepadaku Rabah
bin Zaid, dari Umar bin Habib,
dari Al-Qasim bin Abu Buzzah,
dari Sa’id bin Jabir dari Ibnu Abbas secara marfu’
(disandarkan kepada Nabi).
Kandungan
Hadits
Hadits itu mengisyaratkan kepada apa yang telah menjadi kepercayaan bagi kebanyakan orang
bahwa Nur Muhammad adalah sesuatu yang pertama kali Allah ciptakan, padahal
kepercayaan semacam itu tidak memiliki dasar yang sah. Sedangkan
hadits Abdurrazaq adalah tidak dikenal sanadnya.
Dan insya Allah secara khusus kita akan
membicarakannya dalam Al-Hadits Adh-Dha’ifah.
Hadits ini juga
menyanggah orang yang mengatakan bahwa ‘Arsy adalah
makhluk yang peratama. Hal ini sama sekali tidak mempunyai dasar nash
dari Rasulullah r. Adapun orang yang mengatakannya,
seperti Ibnu Taimiyah dan lainnya hanyalah
berdasarkan istimbat dan ijtihad.
Sebenarnya memakai hadits ini, atau yang semakna
dengannya, adalah lebih baik. Karena semua itu merupakan nash dalam masalah ini. Dan sesungguhnya, adalah tidak perlu ada ijtihad
mengenai sesuatu yang telah ada nashnya, sebagaimana
telah diketahui.
Menakwilkan hadits tersebut, bahwa Al-Qalam
diciptakan sesudah ‘Arsy, adalah batil. Penakwilan itu akan sah saja kalau
memang ada nash yang mengatakan bahwa ‘Arsy adalah makhluk pertama yang diciptakan sebelum
makhluk-makluk lain termasuk Al-Qalam.
Tetapi nash seperti itu
tidak ada. Sehingga penakwilan
semacam itu tidak benar.
Hadits itu menyangkal suatu pendapat
yang menyatakan bahwa makhluk-makhluk itu tidak ada permulaannya
atau pendapat bahwa tidak ada makhluk melainkan telah didahului oleh makhluk lain, demikian pula pendapat yang mengatakan bahwa tidak
suatu makhluk yang tidak memiliki permulaan, dimana tidak mungkin dikatakan
“ini makhluk pertama”. Maka hadits ini membatalkan semua
pendapat itu dan menetapkan bahwa Al-Qalam adalah
makhluk pertama yang diciptakan. Sehingga secara pasti tidak ada makhluk
lain sebelumnya. Dan kurang tepat apa
yanga dikatakan oleh Ibnu Taimiyah
dalam menyanggah para filosof, bahwa sesuatu yang
baru (makhluk) itu tidak ada permulaan baginya, ini tidak dapat diterima oleh logika. Dalam hal
ini para lawannya menuduh bahwa Ibnu Taimiyah
telah menganggap bahwa makhluk itu
qadim dan tidak ada permulaan
baginya. Padahal di pihak lain dia
juga menegaskan bahwa tidak ada
suatu makhluk melainkan ia
didahului oleh ‘adam (tidak ada). Namun bersamaan dengan
itu dia juga
mengatakan adanya kaitan sesuatu yang baru (hawadits) dengan sesuatu yang tidak memiliki permulaan baginya. Sebagaimana yang
dikatakan olehnya dan kawan-kawannya bahwa makhluk itu
tidak memiliki pemghabisan (akhir). Pendapat ini jelas tidak
bisa diterima. Bahkan bertentangan dengan hadits ini, Memang,
sesungguhnya berbicara mengenai ilmu kalam
dan filsafat adalah berbahaya. Akan tetapi benar
apa yang diaktakan
oleh Ibnu Malik bahwa setiap
orang bisa menyanggah dan disanggah, kecuali penghuni kubur ini (Rasulullah r).
****
As-Shahihah Online melalui www.alquran-sunnah.com |