KEUTAMAAN
BACAAN TAHLIL
SEPULUH KALI
SEUSAI SUBUH DAN ASHAR
١١٣ - ãóäú ÞóÇáó
áÇó Åöáٰåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÍúÏóåõ áÇó ÔóÑöíúßó áóåõ áóåõ Çáúãõáúßõ æóáóåõ
ÇáúÍóãúÏõ æóåõæó Úóáٰì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíúÑñ ÈóÚúÏó ãóÇ íõÕóáøöí ÇáúÛóÏóÇÊö
ÚóÔúÑó ãóÑøóÇÊò ßóÊóÈó Çááåõ ÚóÒøó æóÌóáøó áóåõ ÚóÔúÑó ÍóÓóäóÇÊò æóãõÍöÇ Úóäúåõ
ÚóÔúÑõ ÓóíøöÆóÇÊò æóÑõÝöÚó áóåõ ÚóÔúÑõ ÏóÑóÌóÇÊò æóßõäøó áóåõ ÈöÚóÏúáö ÚöÊúÞö ÑóÞóÈóÊóíúäö
ãöäú æóáóÏö ÇöÓúãóÇÚöíúáó ÝóÅöäú ÞóÇáóåóÇ Íöíúäó íóãúÓöí ßóÇäó áóåõ ãöËúáó Ðٰáößó
æóßõäøó áóåõ ÍöÌóÇÈðÇ ãöäó ÇáÔøóíúØóÇäö ÍóÊìøٰ íõÕúÈöÍó .
“Barangsiapa mengucapkan Laa ilaha illa
Allahu wahdahu laa syarika lahu
lahul mulku walahul hamdu wahuwa
ala kulli syai’in qadir (tidak ada
Tuhan selain Allah, Esa Dia Tiada
sekutu bagi-Nya bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya puji-pujian
dan Dia Maha
Kuasa atas tiap-tiap sesuatu) setelah shalat subuh sepuluh kali, maka Allah Azza wa Jalla menulis
untukmu sepuluh kebaikan, menghapuskan sepuluh keburukan darinya mengangkat sepuluh derajat. Dan kalimat-kalimat itu baginya sebandning memerdekakan dua orang hamba sayaha
dari anak Ismail. Jika dia
mengucapkannya ketika sore,
maka untuknya pula (balasan) seperti itu, dan kalimat-kalimat
itu baginya menjadi penghalang dari syethan hingga
pagi.”
Hadits ini diriwayatkan
oleh Al-Hasan bin Arafah dalam Juz-nya
(5/1): “Telah bercerita kepadaku Qiran bin Taman Al-Asasi, dari Suhail bin Abi Shalih dari
ayahnya dari Abi Hurairah secara
marfu’.
Juga dari jalur
Ibnu Arafah, dimana Al-Khathib meriwayatkannya dalam Tarikh-nya (12/389-472).
Saya berpendapat: Hadits ini shahih
sanadnya, para perawinya tsiqah dan merupakan perawi-perawi
yang dipakai oleh Imam
Muslim, kecuali Qiran, akan tetapi ia
pun tsiqah.
Hadits ini juga
mempunyai syahid (hadits pendukung) dari hadits Abi
Ayub Al-Anshari dengan lafazh “ãóäú
ÞóÇáó ÅööÐóÇ ÃóÕúÈÍó... “
“Barangsiapa membaca manakala telah shalat subuh”, kemudian dia menyebutkan haditsnya secara sempurna.”
Hanya saja ia
berkata ( ÃóÑÈóÚõ ÑöÞóÇÈò ) yang berarti “empat hamba sahaya” dan berkata, “Dan manakal dia membaca
kalimat seperti itu setelah magrib”.
Hadits ini diriwayatkan
oleh Imam Ahmad (5/415), dari
jalur Muhammad bin Ishak dari Yazid bin Yazid Ibnu Jabir,
dari Al-Qasim bin Mukhairmirah dari Abdullah bin Ya’isy dari Abi
Hurairah.
Saya berpendapat:
Akan tetapi Al-Mundziri dalam At-Targhib (1/167) menyandarkan hadits itu kepada Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu
Hibban dalam Shahih-nya. Hal ini menunjukkan bahwa hadits itu, menurut
An-Nasa’i tidak melalui jalan Ibnu
Ya’isy, karena ia perawi (yang dipakai) oleh An-Nasa’i.
Dan
Sungguh Abu Rahm As-Sam’i menguatkannya dengan hadits dari
Abu Ayub dengan lafazh:
١١٤ - ãóäú ÞóÇáó
Íöíúäó íõÕúÈöÍõ áÇó Åöáٰåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÍúÏóåõ áÇó ÔóÑöíúßó áóåõ áóåõ
Çáúãõáúßõ æóáóåõ ÇáúÍóãúÏõ íõÍúíöíú æóíõãöíúÊõ æóåõæó Úóáٰì ßõáøö ÔóíúÁò
ÞóÏöíúÑõ ÚóÔúÑó ãóÑøóÇÊò ßóÊóÈó Çááåõ áóåõ Èößõáøó æóÇÍöÏóÉò ÞóÇáóåóÇ ÚóÔúÑó ÍóÓóäóÇÊò
æóÍóØøó Çááåõ Úóäúåõ ÚóÔúÑó ÓóíøóÆóÇÊò æóÑóÝóÚóåõ Çááåõ ÈöåóÇ ÚóÔúÑó ÏóÑóÌóÇÊò
æóßõäøó áóåõ ßóÚóÔúÑö öÑÞóÇÈò æóßõäøó áóåõ ãóÓúáóÍóÉð ãöäú Ãóæøóáö ÇáäøóåóÇÑö Åöáóì
ÂÎöÑöåö æóáóãú íóÚúãóáú íóæúãóÆöÐò ÚóãóáÇð íóÞúåóÑõåõäøó ÝóÅöäøó ÞóÇáó Íöíúäó íóãúÓöí
ÝóãöËúáõ Ðٰáößó . ( ÕÍíÍ ) _
“Barang siapa membaca
ketika pagi Laa ilaha illa
Allahu wahdahu laa syarika lahu
lahul mulku walahul hamdu yuhyi
wayumiytu wahuwa ala kulli syai’in qadir
(tidak ada Tuhan selain Allah Dia Esa tidak
ada sekgutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya
puji-pujian. Dia menghidupkan dan mematikan dan dan
berkuasa atas segala sesuatu), sepuluh kali, maka Allah mencatat untuknya, setiap satu kali ia membacanya, sepuluh kebaikan, Allah menghapuskan darinya sepuluh keburukan, Allah mengangkatnya dengan bacaan itu sepuluh
derajat. Kalimat itu baginya seperti
(memerdekakan) sepuluh hamba sahaya dan
ia merupakan senjata baginya dari dini hari
sampai akhir menjelang sore. Lalu jika dia membaca
ketika sore, maka seperti itu juga
keadannya.”
Hadits ini dikeluarkan
oleh Imam Ahmad (5/420): “Telah
bercerita kepadaku Abu Al-Yaman: “Telah bercerita
kepadaku Ismail bin Iyasy dari Shafwan
bin Amr, dari Khalid bin Ma’dan, dari Abi Rahm.
Saya berpendapat: Sanad ini shahih.
Semua perwainya tsiqah. Sedangkan Ibnu Iyasy hanya
lemah riwayatnya bila datang dari
selain orang-orang Syam (Siria). Adapun
jika dari orang-orang Syam maka shahih, sebagaimana
yang dikatakan oleh Al-Bukhari dan lainnya,
sedang hadits ini juga termasuk
dari orang-orang Syam tersebut. Adapun Shafwan adalah termasuk dari mereka yang tsiqah.
Dalam riwayat ini
ada faedah yang bagus. Yakni berupa
tambahan
( íõÍúíöì
æóíõãöíúÊõ ) “Dia menghidupkan dan mematikan”. Kalimat ini tidak terdapat
dalam hadits lain. Dan saya telah meriwayatkannya
dari hadits Abi Dzar. Dan Imarah
bin Syahib, yang dinilai hasan oleh At-Tirmidzi.
Sedangkan sanad keduanya adalah lemah, seperti yang telah saya jelaskan
dalam At-Ta’liqur Raghib Alat-Targhib Wat-Tarhib. Dalam hadits pertama
dari keduanya terdapat:
Yang artinya:
“Barangsiapa membaca pada seusai shalat
fajar, diamana dia melipat kedua
kakinya, sebelum ia menuturkan laa
ilaaha ialla Allah (tidak ada Tuhan selain Allah)”, maka qayyid
ini ( æåæ ËÇä ) “Dimana dia melipat” tidak
sah dalam hadits ini. Karena
hanya Syahr bin Hausyab sendiri yang menggunakan qayyid ini. Dan sesungguhnya dalam sanad hadits
ini serta matannya mengalami kegoyahan (perubahan) yang sangat, seperti yang telah saya jelaskan
pada permulaan.
****
As-Shahihah Online melalui www.alquran-sunnah.com |