As-Shahihah Daftar Isi >
KISAH SEPOTONG KERTAS (135)
PreviousNext

KISAH SEPOTONG KERTAS

 

 

١٣٥ - Åöäøó Çááåó ÓóíõÎúáöÕõ ÑóÌõáÇð ãöäú ÃõãøóÊöí Úóáٰì ÑõÁõæúÓö ÇáúÎóáÇóÆöÞö íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÝóíóäúÔõÑú Úóáóíúåö ÊöÓúÚóÉð æóÊöÓúÚöíúäó ÓöÌøöáÇð ßõáøõ ÓöÌøöáò ãöËúáõ ãóÏøö ÇáúÈóÕóÑó Ëõãøó íóÞõæúáõ ÃóÊõäúßöÑõ ãöäú åٰÐóÇ ÔóíúÆðÇ ÃóÙóáóãóßó ßóÊóÈóÊöí ÇáúÍóÇÝöÙõæúäó ÝóíóÞõæúáõ áÇó íóÇ ÑóÈøö ÝóíóÞõæúáõ ÃóÝóáóßó ÚõÐúÑñ ÝóíóÞõæúáõ áÇó íóÇ ÑóÈøö ÝóíóÞõæúáË Èóáٰì Åöäøó áóßó ÚöäúÏóäóÇ ÍóÓóäóÉñ ÝóÅöäøóåõ áÇó Ùõáúãó Úóáóíúßó Çáúíóæúãó ÝóÊóÎúÑõÌõ ÈöØóÇÞóÉñ ÝöíúåóÇ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáٰåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ ÝóíóÞõæúáõ ÇÍúÖõÑú æóÒúäóßó ÝóíóÞõæúáõ íóÇ ÑóÈøö ãóÇ åٰÐöåö ÇáúÈöØóÇÞóÉõ ãóÚó åٰÐöåö ÇáúÓøöÌöáÇøóÊñ ÝóÞóÇáó Åöäøóßó áÇó ÊõÙúáóãõ ÞóÇáó ÝóÊõæúÖóÚõ ÇáúÓøöÌöáÇøóÊõ Ýöí ßóÝøóÉò æóÇáúÈöØóÇÞóÉõ Ýöí ßóÝøóÉö ÝóØóÇÔóÊö ÇáÓøöÌöáÇøóÊõ æóËóÞõáóÊö ÇáúÈöØóÇÞóÉõ ÝóáÇó íóËúÞõáõ ãóÚó ÇÓúãö Çááåö ÔóíúÁñ .

          “Sesungguhnya Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat. Kemudian dibentangkan kepadanya sembilan puluh sembilan catatan. Tiap catatan bagai pandangan sejauh mata. Kemudian Allah berfirman. “Apakah kamu memungkiri sesuatu dari catatan ini? Apakah para malaikat pencatat menganiayamu?” Orang itu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Allah bertanya lagi, “Adakah kamu mempunyai udzur?” Orang itu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Lalu Allah berfirman: “Benar. Sesungguhnya kamu di sisi-Ku mempunyai suatu kebaikan. Karena itu tidak ada penganiayaan atas kamu pada hari ini.” Kemudian dikeluarkan sepotong kertas yang di situ terdapat Asyahu an laa ilaaha illa Allah wa asyjadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya). Allah berfirman: “Datangkanlah timbanganmu.” Orang itu berkata, “Apakah secarik kertas dibandingkan dengan catatan-catatan ini?” Kemudian Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu tidak akan teraniaya.” Nabi bersabda: “Lalu catatan-catatan itu diletakkan dalam neraca yang lain, maka catatan-catatan itu melayang dan secarik kertas itulah yang lebih berat, sehingga tidak ada sesuatu yang berat disbanding nama Allah.”

 

          Hadits ini dikeluarkan oleh At-Tirmidzi (2/106-107), dan dinilainya hasan. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ibnu Majah (4300), Al-Hakim (1/6.529) dan Imam Ahmad (2/273) dari jalur Al-Laits bin Sa’ad dari Amir bin Yahya dari Abi Abdurrahman Al-Hubulu yang memberitahukan: “Aku mendengar Abdullah Ibnu Amr berkata: “Aku mendengar Rasulullah r bersabda: (lalu dia menyebutkan hadits itu).

 

          Al-Hakim berkomentar: “Hadits ini sanadnya shahih menurut syarat Muslim.” Penilaian ini disepakati oleh Adz-Dzahabi pula.

 

          Saya melihat: Hadits ini sebagaimana yang mereka berdua katakana dan sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hubuli (dengan ha  dan ba di-dhammah). Namanya adalah Abdullah bin Yazid.

 

          Kemudian hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2/221-222) dari jalur Ibnu Luhai’ah dari Amer Ibnu Yahya dari Abi Abdurrahman Al-Hubuli.

 

          Saya mengetahui, Ibnu Luhai’ah itu buruk hafalannya. Saya khawatir terhadap ucapannya Amer Ibnu Yahya, sedang kedua hadits tersebut adalah darinya, barangkali dia bermaksud mengatakan “Amir”, namun kemudian yang muncul adalah “Amer”. Atau mungkin juga kesalahan itu bersumber dari sebagian naskah atau penerbit. Wallahu a’lam.

 

          Hadits itu menunjukkan bahwa timbangan amal perbuatan itu mempunyai dua daun neraca yang dapat disaksikan, sedang amal perbuatan meskipun berupa aradh (memamerkan) ia akan ditimbang. Allah I Maka Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Ini termasuk aqidah Ahli Sunnah dan memang banyak hadits yang menyinggung soal ini. Periksa Sarhul Aqidah Ath-Thahawiyah (351-352 cet. Al-Maktab Al-Islami).

 

 

****

 

 


As-Shahihah Online melalui www.alquran-sunnah.com