SIAPAKAH YANG PENGASIH ITU?
١٦٧ - æóÇáøóÐöíú
äóÝúÓöí ÈöíóÏöåö áÇó íóÖóÚõ Çááåõ ÑóÍúãóÊóåõ ÅöáÇøó Úóáìٰ ÑóÍöíúãò . ÞóÇáõæúÇ
ßõáøõäóÇ íóÑúÍóãõ . ÞóÇáó áóíúÓó ÈöÑóÍúãóÉö ÃóÍóÏößõãú ÕóÇÍöÈóåõ íóÑúÍóãõ ÇáäøóÇÓó
ßóÇÝøóÉð
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya.
Allah tidak meletakkan kasih sayang-Nya kecuali kepada yang pengasih. Mereka
berkata, “Setiap kita mengasih.” Beliau bersabda: “Tidaklah akan sampai
seseorang kamu pada temannya itu mengasihi manusia seluruhnya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hafizh
Al-Iraqi dalam “Al-Majlis 86” dari kitab Al-Amali (77/2) dari jalur
Muhammad bin Ishaq yang berasal dari Yazid bin Abi Habib, dari Sinan bin Sa’ad
dari Anas bin Malik secara marfu’. Kemudian Al-Hafizh memberikan catatannya:
“Hadits ini hasan gharib. Sehingga Sinan bin Sa’ad disitu dikatakan “Sa’ad bin
Sinan” dan dikatakan juga “Sa’id bin Sinan”. Dia dinilai tsiqah oleh Ibnu Ma’in
dan Ibnu Hibban. Dia mengatakan bahwa orang-orang Mesir menceritakan darinya.
Namun dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat. Dan saya berharap bahwa yang
benar adalah Sinan Ibnu Sa’ad.”
Selanjutnya Al-Hafizh mengatakan:
“Sesungguhnya aku telah meneliti haditsnya, kemudian aku melihat bahwa hadits
yang diriwayatkan dari Sinan Ibnu Sa’ad menyerupai hadits-hadits orang tsiqah. Sedangkan
hadits-hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad bin Sinan dan Sa’id bin Sinan ada
beberapa yang mungkar. Tidak seorang pun yang menuliskan haditsnya karena
kerancuan nama mereka masih rawan. Sementara itu An-Nasa’i mengatakan bahwa
hadits ini mungkar.”
Saya tidak melihat Sinan tidak
menyendiri dalam hadits ini.diikuti oleh Akhsyan As-Suddusi yang mengutip dari
Anas, dimana saya telah meriwayatkannya dalam Kitabul Adab kepunyaan
Al-Baihaqi dengan lafazh:
“Tidak akan masuk surga dari kamu
kecuali orang yang pengasih.” Mereka berkata: “Ya Rasulullah, tiap-tiap kami
adalah pengasih.” Lalu beliau bersabda: “Tidaklah kasih sayang salah seorang
kamu sampai pada dirinya dan ahli keluarganya, sebelum ia mengasihi manusia
seluruhnya.”
Ibnu Hibban menyebutkan Akhsyam
termasuk tsiqah. Sedang Ar-Rafi’i dalam Amali-nya menyebutkan hadits
dari hadits Tsauban secara marfu’:
“Sesungguhnya pang paling tinggi
derajatnya di antara kamu di surga adalah kamu yang paling banyak kasih sayang
kepada orang secara umum.”
Saya tidak menganggap baik
penyebutannya dalam imla’ (dikte) karena di situ ada
Saya katakan: Sesungguhnya saya telah
menemukan hadits pendukung yang mursal dan jayyid bagi hadits Anas tersebut
yang dikeluarkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhdu (203/1): “Telah
bercerita Ismail bin Ibrahim: “Telah bercerita kepadaku Unus dari Al-Hasan
secara marfu’.”
****
As-Shahihah Online melalui www.alquran-sunnah.com |