Judul buku : Bekal-bekal di Dalam Menyambut Idul Adha
Penulis : Ustadz Abū Salmâ al-Atsarî
Halaman : 41 Halaman
Ukuran PDF : 500 KB
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang penuh dengan keutamaan dan kebaikan. Namun sungguh sayang apabila bulan ini dilewatkan begitu saja. Untuk itulah, sebagai upaya untuk menyambut dan meramaikan bulan ini, saya menyusun risalah yang sederhana dan ringkas ini.
Di dalam risalah ini, saya hanya menyusun permasalahan yang berkaitan dengan Dzulhijjah, hari raya ‘îdul adhhâ dan penyembelihan kurban secara ringkas. Saya tidak memaparkan secara mendetail berikut khilâf-khilâf yang ada di dalamnya, yang mana hal ini memerlukan upaya dan usaha tersendiri. Saya hanya memilihkan pendapat-pendapat yang râjih insyâ Allôh dari buku-buku para ulama.
Semoga apa yang saya lakukan ini dapat bermanfaat, terutama untuk diri saya sendiri dan kaum muslimin. Segala tegur sapa dan kritik saya terima dengan lapang dada. Dan semoga apa yang saya lakukan ini terhitung sebagai bekal di hari yang tiada bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan hati yang selamat. Ya Allôh, jadikanlah upaya yang sederhana ini adalah amal yang ikhâsh hanya mengharap wajahmu dan dapat bermanfaat bagi kaum muslimin.
Keutamaan Bulan Dzulhijjah
Banyak hadîts yang berbicara tentang keutaaman bulan DzulHijjah, diantaranya adalah :
1. Bulan yang tidak memiliki kekurangan
وَعَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " شَهْرَا عِيدٍ لَا يَنْقُصَانِ: رَمَضَانُ وَذُو الْحِجَّةِ "(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ).
Dari Abî Bakrah radhiyallâhu ‘anhu, dari Nabî Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam beliau bersabda : “Dua bulan yang tidak memiliki kekurangan, adalah bulan ‘îd Ramadhân dan DzulHijjah.” (Muttafaq ‘alaihi).
2. Bulan disempurnakannya agama Islâm
أنَّ رَجُلًا، مِنَ اليَهُودِ قالَ له: يا أمِيرَ المُؤْمِنِينَ، آيَةٌ في كِتَابِكُمْ تَقْرَؤُونَهَا، لو عَلَيْنَا مَعْشَرَ اليَهُودِ نَزَلَتْ، لَاتَّخَذْنَا ذلكَ اليومَ عِيدًا. قالَ: أيُّ آيَةٍ؟ قالَ: {اليومَ أكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وأَتْمَمْتُ علَيْكُم نِعْمَتي ورَضِيتُ لَكُمُ الإسْلَامَ دِينًا} [المائدة: 3] قالَ عُمَرُ: قدْ عَرَفْنَا ذلكَ اليَومَ، والمَكانَ الذي نَزَلَتْ فيه علَى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، وهو قَائِمٌ بعَرَفَةَ يَومَ جُمُعَةٍ.
Dari ‘Umar bin al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, bahwa seorang Yahudi berkata kepada beliau, “Wahai Amîrul Mu’minîn, ada satu ayat di dalam kitab kalian yang kalian membacanya, sekiranya ayat tersebut turun pada Yahudi niscaya akan kami jadikan hari ‘îd (perayaan) kami.” ‘Umar bertanya, “Ayat yang manakah?” Yahudi itu berkata, “yaitu ayat yang berbunyi, ‘Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan aku cukupkan nikmat-Ku kepada kalian serta Aku Ridhai Islam sebagai agama kalian.’ ‘Umar radhiyallâhu ‘anhu berkata, “kami telah mengetahui hari dan tempat diturunkannya ayat ini kepada Nabî Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam, dan beliau saat itu sedang berdiri (berkhutbah) di ‘Arofah pada hari Jum’at.” (Muttafaq ‘alaihi). Hari ‘Arofah adalah pada bulan DzulHijjah.
3. Bulan yang di dalamnya ada sepuluh hari yang ibadah di dalamnya lebih mulia daripada jihâd
ما من أيَّامٍ العملُ الصَّالحُ فيهنَّ أحبُّ إلى اللهِ من هذه الأيَّامِ العشرِ . قالوا : يا رسولَ اللهِ ولا الجهادُ في سبيلِ اللهِ ؟ فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : ولا الجهادُ في سبيلِ اللهِ إلَّا رجل خرج بنفسِه ومالِه فلم يرجِعْ من ذلك بشيءٍ
Dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhuma beliau berkata,Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada hari-hari untuk beramal shâlih di dalamnya yang lebih dicintai oleh Allôh melebihi daripada sepuluh hari ini.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasūlullâh, tidak pula jihâd fî sabîlillâh?”. Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Tidak pula jihâd fî sabîlillâh. Kecuali seorang lelaki yang keluar jiwa dan hartanya (untuk berperang), dan ia tidak kembali membawa sesuatu apapun.” (HR Bukhârî).
Maksudnya sepuluh hari pada awal bulan Dzul Hijjah.
4. Bulan yang di dalamnya terdapat hari Arafah yang apabila berpuasa pada hari tersebut, niscaya dosanya setahun sebelumnya dan sesudahnya diampuni oleh Allôh
صِيامُ يومِ عَرَفَةَ، إِنِّي أحْتَسِبُ على اللهِ أنْ يُكَفِّرَ السنَةَ التي قَبلَهُ، والسنَةَ التي بَعدَهُ، ...
Dari Abî Qotâdah radhiyallâhu ‘anhu, Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersanda : “Puasa Arafah, saya mengharapkan kepada Allôh agar mengampuni dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya…” (HR Muslim)
5. Bulan yang di dalamnya terdapat hari Idul Adhhâ dan hari Tasyrîk yang merupakan hari makan dan minum.
إنَّ يومَ عرفةَ ويومَ النَّحرِ وأيَّامَ التَّشريقِ عيدُنا أَهْلَ الإسلامِ ، وَهيَ أيَّامُ أَكْلٍ وشربٍ
Dari ‘Uqbah bin ‘Ậmir radhiyallâhu ‘anhu beliau berkata : Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Hari ‘Arofah, hari an-Nahr (‘îdul adhhâ) dan hari taysrîk, merupakan ‘îd (perayaan) kami ummat Islâm, yaitu hari makan dan minum.” (HR Muslim)
6. Bulan yang tidak ada hari di dalamnya, Allôh lebih banyak menyelamatkan hamba-Nya dari siksa neraka
ما من يومٍ أكثرُ من أن يعتِقَ اللهُ فيه عبيدًا من النَّارِ من يومِ عرفةَ
Dari ‘Ậisyah radhiyallâhu ‘anhâ beliau berkata : Sesungguhnya Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada hari yang lebih banyak Allôh membebaskan hamba dari neraka selain pada hari ‘Arofah.” (HR Muslim).
7. Bulan yang di dalamnya terdapat hari haji besar
أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم وقف يومَ النَّحرِ بين الجمَراتِ في الحجَّةِ الَّتي حجَّ فيها . فقال : أيُّ يومٍ هذا ؟ فقالوا : هذا يومُ النَّحرِ ، فقال : هذا يومُ الحجِّ الأكبرِ
Dari ‘Abdullâh bin ‘Umar radhiyallâhu ‘anhumâ, bahwa Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam berwukuf pada hari an-Nahar (hari penyembelihan/’îdul adhhâ) di antara tempat melempar jumrah (baru kerikil) pada saat beliau sedang berhaji, kemudian beliau berkata : “Hari apa sekarang?” Para sahabat menjawab, “hari an-Nahar”. Lantas Nabî bersabda : “Hari ini adalah hari haji besar.” (HR Bukhârî).
8. Bulan yang di dalamnya terdapat hari yang paling agung
إنَّ أفضلَ الأيَّامِ عندَ اللَّهِ يومُ النَّحرِ ثمَّ يومُ القرِّ
Dari ‘Abdullâh bin Qorth dari Nabî Shallâllâhu alaihi wa Sallam beliau berkata : “Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allôh Tabâroka wa Ta’âlâ adalah hari an-Nahar (‘îdul adhhâ) dan hari al-Qurr (sehari setelah ‘îdul adhhâ, tanggap 11 Dzhul Hijjah).” (HR Ahmad).
Sunnah-sunnah Di Dalam Bulan Dzulhijjah
Pada bulan yang mulia ini, ada beberapa hal yang dituntunkan oleh Nabî Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam, diantaranya adalah :
1. Berpuasa sunnah pada 9 hari awal di bulan Dzul Hijjah
“Adalah Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam berpuasa pada 9 hari Dzulhijjah, hari ‘Ậsyurâ`, tiga hari pada setiap bulan, senin pertama setiap bulan dan Kamis.” (HR Abū Dâwud dan an-Nasâ`î).
2. Puasa ‘Arofah selain yang melaksanakan Haji
Dari Abî Qotâdah radhiyallâhu ‘anhu, Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersanda : “Puasa Arafah, saya mengharapkan kepada Allôh agar mengampuni dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya…” (HR Muslim)
3. Melaksanakan Haji bagi yang mampu
Dari ‘Abdullâh bin ‘Umar radhiyallâhu ‘anhumâ, bahwa Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam berwukuf pada hari an-Nahar (hari penyembelihan/’îdul adhhâ) di antara tempat melempar jumrah (baru kerikil) pada saat beliau sedang berhaji, kemudian beliau berkata : “Hari apa sekarang?” Para sahabat menjawab, “hari an-Nahar”. Lantas Nabî bersabda : “Hari ini adalah hari haji besar.” (HR Bukhârî).
4. Melakukan ‘amal Shâlih terutama pada 10 hari awal Dzulhijjah
Dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhuma beliau berkata, Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada hari-hari untuk beramal shâlih di dalamnya yang lebih dicintai oleh Allôh melebihi daripada sepuluh hari ini.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasūlullâh, tidak pula jihâd fî sabîlillâh?”. Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Tidak pula jihâd fî sabîlillâh. Kecuali seorang lelaki yang keluar jiwa dan hartanya (untuk berperang), dan ia tidak kembali membawa sesuatu apapun.” (HR Bukhârî).
‘Amal Shâlih ini bisa berupa sholat sunnah, shodaqoh, puasa, tilâwatul Qur`ân, dan selainnya.
5. Berkurban bagi yang memiliki kemampuan
Akan dijelaskan secara terperinci pada pembahasannya nanti.
E-book Masalah Qurban Lainnya:
2. Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi:
3. Bekal Qurban: Menilik Praktek Qurban Indonesia:
4. Belajar Qurban Sesuai Tuntunan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam:
5. Fiqih Praktis Qurban (Metode Tanya Jawab):