بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Subuh - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu 'Afiyah Agus Waluyo, Lc. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Masjid Umar bin Khathab Mahad Assunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 24 Ramadhan 1446 / 24 Maret 2025
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, berupa nikmat dan hati, nikmat beribadah terutama di akhir Ramadhan.
Syaikh Abdul Rozaq bin Muhsin Al-Badr hafizhahullohu berkata kebahagian itu ada ditangan Allah ﷻ dan kebahagiaan itu didapat dengan ketaatan kepada Allah ﷻ.
Kajian pagi ini adalah takwa dan akhlak. Yaitu memenuhi hak Allah ﷻ dan hak manusia.
Diambil dari:
Termasuk di antara keindahan ajaran agama Islam adalah agama ini mendorong umatnya untuk memiliki akhlak yang mulia dan akhlak yang luhur. Dan sebaliknya, agama ini melarang umatnya dari akhlak-akhlak rendahan dan akhlak yang buruk. Hal ini ditunjukkan oleh banyak hadits tentang akhlak dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan dalam hadits dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ
“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi, no. 2003. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Adab bermakna menggunakan sesuatu yang dipuji baik ucapan atau perbuatan. Adab bisa diartikan juga sastra.
Hadits#1: Hak muslim atas muslim Lainnya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).”
[HR. Muslim, no. 2162]
📃 Penjelasan:
Disebutkan enam di sini bukan pembatasan dan dalam Shahih Bukhari disebutkan ada 5.
Hak bermakna wajib, walaupun sebagian ulama bermakna sesuatu yang dituntut untuk dikerjakan atau tidak sepatutnya ditinggalkan.
1. Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya.
2. Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya.
3. Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya
Jika tidak mampu pada saat diminta, hendaknya ditunda.
4. apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’).
Membeli Surga dengan Satu Dirham
Telah sampai dari Abu Dawud penulis As Sunan, bahwa suatu saat beliau sedang berada di atas bahtera, dan mendengar orang yang bersin yang kemudian memuji Allah di tepi peraiaran. Maka beliau menyewa sebuah sampan dengan harga satu dirham untuk mendatangi orang yang bersin tersebut dalam rangka menjawabnya.
Imam Abu Dawud ditanya mengenai apa yang telah beliau lakukan itu. Beliau pun menjawab, ’Semoga ia menjadi doa yang terkabulkan.’ Dan ketika para penumpang bahtera berbaring, mereka serentak mendengar ada yang mangatakan, ’Wahai para penumpang bahtera, sesungguhnya Abu Dawud telah membeli surga dari Allah Ta’ala dengan satu dirham!'” (lihat, Hasyiyah Ibnu Abi Jamrah, hal. 196)
5. Apabila dia sakit, jenguklah dia.
6. Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ اتَّبَعَهَا حَتَّى تُوضَعَ فِي الْقَبْرِ فَقِيرَاطَانِ قَالَ قُلْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَمَا الْقِيرَاطُ قَالَ مِثْلُ أُحُدٍ
“Barangsiapa mensholatkan jenazah, maka baginya pahala satu qirath, dan siapa yang mengantarnya hingga jenazah itu di letakkan di liang kubur, maka baginya pahala dua qirath.”
“Ya Abu Hurairah, seperti apakah dua qirat itu?” Tanyaku.
Beliau menjawab, “Seperti gunung Uhud.” (HR. Muslim)
Hadits#2: Lihatlah yang lebih rendah dalam masalah dunia
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, dalam suatu kesempatan ketika ditanya tentang ciri takwa, ia berkata:
روي عن علي بن ابي طالب - رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ - أنه قال:"التقوى هي الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة او الرضى بالقليل والاستعداد ليوم الرحيل
Diriwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Sesungguhnya tanda takwa itu ada empat, yakni:
Urusan rezeki adalah takdir dari illahi, bukan karena keutamaan dia dalam berbisnis.
Sesungguhnya takdir kaya dan miskin mengandung hikmah agar si kaya bisa membantu sedekah kepada orang miskin.
Ghibtah yang Diperbolehkan
Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu,
ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ
“Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” (HR. Muslim)
Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan kepada mereka ada jalan lain untuk mendapatkan pahala sedekah,
أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih (suhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Al-hamdulillah) adalah sedekah, tiap-tiap tahlil adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah sedekah“. (HR. Muslim)
Dalam hadits ini sangat jelas bahwa berzikir dengan membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil adalah salah satu jalan mendapatkan pahala sedekah.
Hadits#3: Dosa Selalu Menggelisahkan Jiwa
Dari Nawas bin Sam’an, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia.”. [HR. Muslim no. 2553. ]
An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Dosa selalu menggelisahkan dan tidak menenangkan bagi jiwa. Di hati pun akan tampak tidak tenang dan selalu khawatir akan dosa.” [Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, 1392, 16/111]
Hadits#4 Larangan berbisik jika ada tiga orang
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -: «إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً، فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ، حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ; مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian bertiga, maka janganlah berbisik-bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bergaul dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.” (Muttafaqun ‘alaih. Lafaznya adalah lafaz Muslim) [HR. Bukhari, no. 6290 dan Muslim, no. 2184]
Hadits #5: Larangan seseorang mengusir orang lain dari tempat duduknya
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم: «لَا يُقِيمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ, ثُمَّ يَجْلِسُ فِيهِ, وَلَكِنْ تَفَسَّحُوا, وَتَوَسَّعُوا». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seseorang duduk mengusir orang lain dari tempat duduknya, kemudian ia duduk di tempat tersebut, namun ucapkanlah berilah kelonggaran dan keluasan.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 627 dan Muslim, no. 2177]
Faedah:
Hadits #6: Adab dalam Memberi Salam 1
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: [قَالَ] رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِيُسَلِّمْ اَلصَّغِيرُ عَلَى اَلْكَبِيرِ, وَالْمَارُّ عَلَى اَلْقَاعِدِ, وَالْقَلِيلُ عَلَى اَلْكَثِيرِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: – وَالرَّاكِبُ عَلَى اَلْمَاشِي
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah yang kecil memberi salam pada yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 3231, 3234, dari jalur ‘Atha’ bin Yasar; no. 6232; Muslim, no. 2160 dari jalur Tsabit bin Al-Ahnaf, bekas bukda ‘Abdurrahman bin Zaid, ketiga jalur ini dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam]
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Dan orang yang berkendaraan. memberi salam kepada yang berjalan.”
Memulai mengucapkan salam menunjukkan semangatnya dalam menjalankan adab, melaksanakan syariat, dan semangat untuk meraih pahala.
Hadits #7: Adab dalam Memberi Salam 2
وَعَنْ عَلِيٍّ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – يُجْزِئُ عَنْ اَلْجَمَاعَةِ إِذَا مَرُّوا أَنْ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمْ, وَيُجْزِئُ عَنْ اَلْجَمَاعَةِ أَنْ يَرُدَّ أَحَدُهُمْ – رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَالْبَيْهَقِيُّ
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukup jika berjamaah (berada dalam kelompok) jika lewat, maka salah seorang dari mereka mengucapkan salam. Cukup jika berjamaah (berada dalam kelompok) jika ada yang mengucapkan salam, maka salah seorang dari jamaah tersebut yang membalas salamnya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi) [HR. Abu Daud, no. 5210 dan Al-Baihaqi, 9:49]
Hadits #8: Adab dalam Memberi Salam 3
وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – لَا تَبْدَؤُوا اَلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ, وَإِذَا لَقَيْتُمُوهُمْ فِي طَرِيقٍ, فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ – أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu pula, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah memulai mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani. Jika kalian bertemu dengan mereka di jalan, maka persempitlah jalan mereka.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 1319]
Imam Nawawi berkata, “Larangan yang disebutkan dalam hadits di atas menunjukkan keharaman, Inilah yang benar bahwa memulai mengucapkan salam pada orang kafir dinilai haram.” (Syarh Shahih Muslim, 14:145).
jika orang kafir memberi salam, maka jawablah dengan ucapan “wa ‘alaikum”. Dalilnya adalah hadits muttafaqun ‘alaih dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ
“Jika seorang ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah dengan ucapan ‘wa’alaikum’.” (HR. Bukhari, no. 6258 dan Muslim, no. 2163)
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Subuh - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu 'Afiyah Agus Waluyo, Lc. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Masjid Umar bin Khathab Mahad Assunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 23 Ramadhan 1446 / 23 Maret 2025
Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat menjumpai akhir Ramadhan di masjid Allah ﷻ, semoga kita termasuk hamba yang bersyukur.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah ﷺ, para sahabat dan pengikut setianya hingga akhir zaman.
Allah ﷻ menurunkan Al-Qur'an secara sekaligus dari lauhul mahfud ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar dan diturunkan ke bumi berangsur-angsur selama 23 tahun.
Makna lailatul qadar :
1. Malam kemuliaan. Allah ﷻ menggambarkan kemuliaannya dalam firman-Nya:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadar: 3)
2. Malam Takdir, Lailatul Qadar disebut juga sebagai malam penetapan takdir karena pada malam ini Allah menetapkan ketentuan bagi setiap makhluk-Nya selama satu tahun ke depan. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an:
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." (QS. Ad-Dukhan: 4).
Mendapatkan lailatul Qadar artinya mendapatkan kemuliaan pada malam itu dengan keutamaan lebih baik dari 1000 bulan.
Seperti kita sedekah 5000 rupiah, jika bertemu malam lailatul qadar maka setara dengan 5000x1000x30 = 150 juta!
Kapan terjadi? Al-Iraqi menyebut ada 25 perbedaan pendapat, Ibnu Hajar menyebut ada 46 pendapat dan As-Suyuti menyebut 50 perbedaan pendapat.
Mayoritas sepakat bahwa malam mulia ini terjadi pada sepuluh hari terakhir Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil.
Akan tetapi, ganjil tersebut bisa dihitung dari awal bulan, maka malam yang dicari adalah malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Namun bisa jadi pula lailatul qadar dihitung dari malam yang tersisa. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى
“Bisa jadi lailatul qadar ada pada sembilan hari yang tersisa, bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa, bisa jadi pula pada lima hari yang tersisa, bisa juga pada tiga hari yang tersisa.” (HR. Bukhari)
Para ulama menyebut waktunya berpindah-pindah waktunya. Berpindah-pindah setiap tahunnya, tidak selalu di malam yang sama.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari 4/266 berkata: “Saya menguatkan bahwa Lailatul Qadr itu pada sepuluh hari terakhir dan berganti-ganti. Para ulama mengatakan: ‘Hikmah tersembunyinya kepastian waktu Lailatul Qadr itu agar manusia bersungguh-sungguh untuk mencarinya. Seandainya kepastian malamnya diberitahukan, maka manusia hanya akan bersungguh-sungguh di malam itu saja (sedangkan malam lainnya tidak).’
Oleh karena itu, cara terbaik agar bisa mendapatkan malam lailatul qadar adalah dengan menghidupkan semua malam di 10 Ramadhan terakhir, sehingga semua kemungkinan bisa didapatkan semuanya.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
“Barang siapa yang menghidupkan 10 akhir Ramadan dengan ibadah, maka dia pasti meraih Lailatul Qadar”. (Majmu’ Fatawa 15/430)
Nabi ﷺ mengalami 9 kali Ramadhan hingga beliau meninggal dunia.
Bagaimana caranya?
Dengan menghidupkan malam itu dengan beribadah, bukan berarti terus menerus tetapi menghidupkan malam misalnya dengan ibadah tarawih berjamaah, shalat malam, membaca Al-Qur’an.
Dihitung Shalat semalam suntuk...1. Shalat tarawih bersama imam hingga selesai.
Nabi shallallahualaihiwasallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻡَ ﻣَﻊَ ﺍْﻹِﻣَﺎﻡِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻨْﺼَﺮِﻑَ ﻛُﺘِﺐَ ﻟَﻪُ ﻗِﻴَﺎﻡُ ﻟَﻴْﻠَﺔ
“Barang siapa salat malam bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) salat satu malam (penuh).” [HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i, dan lain-lain, Disahihkan oleh Al-Albani dalam Sahih Tirmidzi]. 2. Shalat Isya dan Subuh Berjama'ah
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya berjamaah, maka seolah ia telah melaksanakan shalat separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka seolah ia telah melaksanakan shalat semalaman penuh.’” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 656]
3. Shalat malam akan diampuni dosa.
Rasulullah bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau (HR Imam Bukhari).
Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dari sekelompok ulama Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu ‘Abbas disebutkan,
أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ
“Menghidupkan lailatul qodar bisa dengan melaksanakan salat isya berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan salat subuh secara berjamaah.”
Perbanyak Do'a...
Telah kita ketahui bersama doa yang dibaca ketika malam lailatul qadar adalah
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni
Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku. [HR. Tirmidzi]
Bagaiama dengan wanita haidh?
Perempuan haid yang tetap ingin mendapatkan berkah di malam Lailatul Qadar bisa melakukan beberapa amalan seperti berzikir kepada Allah ﷻ dan membaca Al-Qur’an dengan aplikasi hape. Dengan demikian, perempuan haid tetap bisa menghidupkan malam Lailatul Qadar dan ikut meraih keberkahan yang melimpah.
Para ulama sepakat bahwa wanita haid tidak diperbolehkan untuk melakukan i'tikaf dan berdiam diri di masjid. Hal ini dikarenakan syarat utama i'tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid, sedangkan wanita haid dilarang memasuki masjid untuk berdiam diri dalam waktu yang lama.
Maksiat di Bulan Ramadhan
Hendaknya kita berhati-hati apabila melakukan dosa dan maskiat di bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang mulia, karena melakukan dosa dan maksiat di bulan Ramadhan juga dilipatgandakan sebagaimana pahala yang dilipatgandakan di bulan Ramadhan (Semoga Allah menjaga kita di bulan Ramadhan).
Ibnu Muflih menjelaskan dan membuat bab terkait hal ini,
فصل: زيادة الوزر كزيادة الأجر في الأزمنة والأمكنة المعظمة،
“Bab Tambahan dosa sebagaimana tambahan pahala pada waktu dan tempat yang mulia.” [Al-Adabus Syar’iyyah hal. 415]
Demikian juga penjelasan dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz, beliau berkata:
ولما كان رمضان بتلك المنزلة العظيمة كان للطاعة فيه فضل عظيم ومضاعفة كثيرة، وكان إثم المعاصي فيه أشد وأكبر من إثمها في غيره
“Karena bulan Ramadhan memiliki kedudukan yang mulia dan pahala ketaatan apabila dilakukan pada saat itu besar dan dilipatgandakan, demikian juga dosa maksiat, lebih dahsyat dan lebih besar dosanya dibandingkan (apabila dilakukan) pada bulan lainnya.” [https://binbaz.org.sa/fatwas/13013]
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
Segala puji bagi Allah‘azzawajalla yang menjadikan Ramadhan sebagai penghulu bulan-bulan dan melipatgandakan pahala kebaikan di dalamnya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Sholallohu'alaihi wasallam yang telah diturunkan Al-Qur’an kepadanya sebagai petunjuk, rahmat, nasehat, dan penyembuh bagi manusia.
Alangkah bahagianya kaum muslimin dengan kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan dari api neraka. Bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh segenap kaum muslimin. Bulan yang sebelum kedatangannya Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam berdoa kepada Allah: “Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.”
Bulan dimana orang-orang saleh dan para generasi salaf berdoa kepada Allah‘azzawajalla agar mereka disampaikan ke bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya, Mualla bin al-Fadhl berkata: “Mereka (salaf) selama enam bulan berdoa kepada Allah supaya disampaikan ke bulan Ramadhan, dan berdoa enam bulan selanjutnya agar amalan mereka pada bulan Ramadhan diterima.”
Kenapa mereka begitu bersungguh-sungguh memohon kepada Allah‘azzawajallaagar disampaikan ke bulan Ramadhan? Mari kita dengarkan sabda Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam ketika beliau memberi kabar para sahabatnya dengan kedatangan bulan Ramadhan: "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh setan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga dibuka hingga tidak ada satu pun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru: "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan menyingkirlah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi).