Siapa yang mau celaka? Tentunya semua orang sepakat menjawab tak akan ada yang mau mengalaminya. Sebagai orang berakal, tentunya kita pun mesti menjauhi hal-hal yang bisa mencelakai diri kita. Namun tahukah Anda apa kecelakaan terbesar yang bisa dialami seseorang? Kecelakaan terbesar yang didapatkan seorang hamba adalah masuknya ia ke dalam api neraka, naudzubillah.
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya mengenai 3 sifat pembawa celaka yang bisa mengantarkan ke jurang neraka. Mari kita simak:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ، أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ ؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
Dari Haritsah bin Wahb radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku kabarkan kepada kalian siapa penghuni surga? Merekalah orang yang lemah lagi diremehkan orang lain. Namun jika dia bersumpah dengan menyebut nama Allah, pasti Allah akan mengabulkannya. Maukah aku kabarkan pada kalian siapa penghuni neraka? Merekalah orang yang kasar, tak sabaran lagi sombong.” (HR. Al-Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853)
بسم الله الرحمن الرحيم
عن زيد بن ثابت قال: سمعتُ رسولَ الله يقول: ((نَضَّرَ اللهُ امْرَءاً سَمِعَ مِنَّا حَدِيْثاً فَحَفِظَهُ - وفي لفظٍ: فَوَعَاها وَحَفِظَها - حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حامِلِ فِقْهٍ إلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيْهٍ)).
Dari Zaid bin Tsabit dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Semoga Allah mencerahkan (mengelokkan rupa) orang yang mendengar hadits dariku, lalu dia menghafalnya – dalam lafazh riwayat lain: lalu dia memahami dan menghafalnya –, hingga (kemudian) dia menyampaikannya (kepada orang lain), terkadang orang yang membawa ilmu agama menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan terkadang orang yang membawa ilmu agama tidak memahaminya" (Hadits yang shahih dan mutawatir).
Takhrij hadits dan derajatnya
Hadits ini diriwayatkan oleh imam Abu Dawud (no. 3660), at-Tirmidzi (no. 2656), Ibnu Majah (no. 230), ad-Darimi (no. 229), Ahmad (5/183), Ibnu Hibban (no. 680), ath-Thabrani dalam "al-Mu'jamul kabiir" (no. 4890), dan imam-imam lainnya.
Hadits ini adalah hadits yang shahih dan mutawatir, karena diriwayatkan oleh lebih dari dua puluh orang sahabat dari Rasulullah ﷺ, dan diriwayatkan dari berbagai jalur yang banyak sekali. 1
Imam Shalahuddin al-'Ala'i berkata: "Hadits ini diriwayatkan dari berbagai jalur yang banyak, dari sejumlah besar sahabat, diantaranya: Abdullah bin mas'ud, Jubair bin muth'im, Zaid bin Tsabit, Nu'man bin Basyir, Abu Sa'id al-Khudri, Abdullah bin 'Umar, Anas bin Malik, Ibnu 'Abbas, 'Aisyah, Abu Hurairah, Ubay bin Ka'ab, Jabir bin Abdillah, Rabi'ah bin 'Utsman, Abu Qarshafah dan sahabat lainnya ".2
Selengkapnya: Keutamaan Mempelajari dan Menyampaikan Hadits-hadits Rasulullah ﷺ
Dari sahabat Anas bin Malik al-Anshari radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْفَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
“Akan mengikuti Dajjal tujuh puluh ribu orang Yahudi Asfahan, mereka memakai jubah-jubah.”
Hadits yang mulia ini dikeluarkan oleh al-Imam Muslim rahimahullah dalam ash-Shahih, Kitabul Fitan (4/2266 no. 2944) melalui jalan Manshur bin Abi Muzahim, dari Yahya bin Hamzah, dari al-Auza’I, dari Ishaq bin Abdillah, dari pamannya, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu.
Di antara ujian besar yang menimpa umat manusia adalah fitnah (ujian) al-Masih ad-Dajjal.
Di antara kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala, seluruh para nabi dan rasul memperingatkan umatnya dari ujian ad-Dajjal, termasuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan beliau telah memberikan keterangan-keterangan yang lebih lengkap dan gamblang ketimbang nabi-nabi sebelum beliau.
Dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa di antara para pengikut al-Masih ad-Dajjal adalah orang-orang Yahudi Asbahan.
Asbahan atau Asfahan adalah salah satu provinsi di Republik Iran, negara yang dibangun di atas agama Syiah Rafidhah. Asbahan sekarang lebih dikenal dengan Isfahan atau Esfahan.
Berita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin membuka mata kita tentang hakikat negara Iran. Iran bukan kiblat kaum muslimin. Revolusi Iran yang digembar-gemborkan Khomeini yang keji dan kotor bukanlah revolusi Islam, melainkan revolusi Syiah Rafidhah.