عن الأغرَِِِبن يسار المزني رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : (( يا أيها الناس، توبوا إلي الله واستغفروه ، فإني أتوب في اليوم مائة مرة))(58) ( رواه مسلم)
“Dari al-Agharr bin Yasar al-Muzani radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Wahai sekalian manusia, bertaubat dan minta ampunlah (istighfar) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah seratus kali setiap hari.” (HR. Muslim)
Definisi Istighfar
Istighfar berarti permintaan maghfirah, dan maghfirah berarti permintaan kepada Allah supaya dosanya ditutup dan diampuni. Permintaan supaya dosanya ditutup agar tidak diketahui oleh orang lain, sehingga namanya tercemar karena dosa itu. Oleh sebab itu pada hari qiyamat Allah akan berbicara dangan hamba-Nya yang beriman satu persatu untuk menanyakan dosa mereka, lalu mereka mengakui dosanya, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala akan berfirman: ”Telah Aku tutupi dosa kalian di dunia dan hari Aku ampuni dosa kalian."
Maka dari itu, salah satu dosa besar adalah seseorang memberitahukan dan menceritakan kepada orang lain tentang dosa yang telah dia lakukan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
( كل أمتي معافى إلا المجاهرين، وإن من المجاهرة أن يعمل الرجل بالليل عملا، ثم يصبح وقد ستره الله، فيقول : يا فلان، عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربه، ويصبح يكشف ستر الله عنه). أخرجه البخاري عن أبي هريرة 1 - رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ - رقم 6069 )
“Seluruh umatku diampuni kecuali al-mujahirun (orang yang terang-terangan berbuat dosa), dan termasauk bentuk Mujaharoh (terang-terangan dalam berbuat dosa) adalah seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian pada pagi hari dosanya telah ditutup oleh Allah, dia berkata:”Wahai fulan semalam aku telah melakukan seperti ini dan ini (menceritakan dosanya).”Allah telah menutupi dosanya di malam hari, tetapi dia membuka kembali dosa yang telah ditutup oleh Allah tersebut. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
SEMUA MERASAKAN
“Laut mana yang tidak berombak.” Itulah yang dikatakan orang-orang bijak dahulu. Tak seorang manusia pun yang bebas dari cobaan. Siapa pun dia pasti pernah merasakannya. Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 155)
Semua manusia sama. Setiap orang mendapatkan ujian dan cobaannya masing-masing. Yang membedakan mereka hanyalah cara menghadapinya. Ada yang berkeluh kesah, merasa sempit lalu mengumpati takdir Allah. Ada pula yang sabar dan bahkan bersyukur terhadap cobaan tersebut.
Semoga Allah merahmati orang-orang yang beriman. Karena hanya orang-orang yang berimanlah yang mampu menyikapi segala sesuatu dengan cara terbaik.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Urusan seorang mukmin itu sungguh sangat mengagumkan, karena semua urusannya menjadi kebaikan. Dan yang demikian itu hanya terjadi di kalangan orang-orang mukmin. Jika dianugerahi kebaikan maka ia bersyukur, dan syukurnya itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila ia ditimpa kesulitan, maka ia pun bersabar, dan kesabarannya itu menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim: 2999)
Di antara cobaan yang ditimpakan Allah kepada hamba-Nya adalah sakit. Nyaris tiada orang yang hidup tanpa pernah merasakan sakit, betapa pun manusia menginginkannya. Fulan tak bisa melihat, matanya sakit, tak seperti biasanya. Fulan yang lain tak mampu bangkit dari pembaringannya. Seluruh tubuhnya mati rasa, tak bisa digerakkan lagi seperti kemarin lusa.
Mungkin terbetik sebuah pertanyaan, mengapa pembahasan ini harus dikemukakan? Apa perlunya kita membicarakan masalah dosa dan keharaman-keharaman Alloh ﷻ? Bukankah dosa dan keharaman Alloh ﷻ sudah jelas.
Ketahuilah wahai saudaraku, kita mengetahui kejelekan bukan untuk melakukannya. Akan tetapi, karena takut kejelekan tersebut menimpa diri kita. Apabila seorang insan berkenalan dengan dosa, lalu membuat dirinya takut dan menjauh dari dosa tersebut, maka itulah yang kita harapkan. Apabila seorang insan jahil (bodoh) terhadap dosa dan keharaman Alloh ﷻ, tidak mustahil dia akan terjerumus dalam kubangan dosa tanpa sadar.
DI sinilah pentingnya pembahasan kita kali ini. Semoga Alloh ﷻ meridhai sahabat mulia Hudzaifah bin Yaman Radhiyallohu'anhu yang telah memberikan bimbingan kepada kita semua akan pentingnya mengetahui kejelekan dari kebaikan.
Perhatikan teks ucapan beliau: Hudzaifah bin Yaman berkata, 'Adalah Para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejelekan karena khawatir akan menimpaku." (HR. Bukhari 3606, Muslim 1847)
Bukanlah sebuah kesalahan jika kita mencoba mengetahui kejelekan dengan tujuan untuk membentengi diri dari kejelekan tersebut. Karena seorang insan bisa jadi menyangka amalannya sudah baik dan benar akan tetapi pada kenyataannya menyelisihi Sunnah Rasulullah ﷺ atau, mungkin saja seorang hamba melakukan sebuah amalan yang dia anggap ringan tidak ada dosanya, ternyata merupakan keharaman di sisi Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.
Alangkah indahnya yang diucapkan oleh seorang sahabat mulia Anas bin Malik Radhiyallohu'anhu tatkala mengatakan:
إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُوْنَ أَعْمَالاً هِيَ أَدَقُّ فِيْ أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ إنْ كُنَّا لَنَعُدُّهاَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ مِنَ الْمُوْبِقاَتِ يَعْنِيْ الْمُهْلِكاَتِ
Sungguh kalian melakukan sebuah amalan yang kalian sangka lebih ringan dari sehelai rambut, padahal kami pada zaman Rasulullah menganggap hal itu sebagai amalan yang membinasakan. (HR. Bukhari 6492, Ahmad 3/2. Lihat Shahih Targhib 2/645)
Terlebih lagi apa yang kita saksikan dewasa ini, betapa banyak dosa dan keharaman yang diterjang habis-habiskan oleh kaum muslimin. Mereka terbuai hawa nafsu setan yang mengurat dalam hati. Mereka tidak sadar dan pura-pura jahil terhadap dosa dan keharaman yang telah digariskan dengan jelas oleh dien ini.