بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم
📚┃ Materi : 10 Kaidah dalam Tazkiyatun Nafs (Asyru qawaaida fi tazkiyatin nafsi) karya Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala.
🎙┃ Pemateri : Ustadz Ashim, LC Hafidzahullah (Staff pengajar pondok pesantren Imam Bukhori)
🗓┃ Setiap Hari Ahad Pekan 3 - Ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃ Tempat :Masjid Umar bin Khaththab (Belakang STMIK AMIKOM Singopuran SKA)
Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita kembali akan pentingnya tazkiyatun-nufus. Banyak dalil-dalil yang menyebutkan hal tersebut.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ…….
“……Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah [2]: 222).
قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ تَزَكّٰىۙ
Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), (QS Al-a'la Ayat 14).
Umar bin Khattab Radhiyallahu Ta’ala Anhu berkata :
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ
“Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal”
Salah satu manfaat majelis ilmu adalah meningkatkan iman sebagai sarana dalam mensucikan jiwa.
Selengkapnya: Al-Qur’an Al-Karim adalah Sumber Mata Air Penyucian Jiwa
بسم الله الرحمن الرحيم
📚┃Materi :
"Pesan Nabi Dalam Menata Hati"
✍🏼Karya : Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr حفظه الله تعالى
🎙┃Pemateri :
Ustadz Fadzla Mujadid, Lc حفظه الله تعالى
(Alumnus Universitas Islam Madinah KSA Fakultas Dakwah)
🗓┃Hari & Tanggal :
Setiap Hari Kamis Genap "Pekan Ke-2 & Pekan Ke-4"
🕰┃Waktu :
Ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃Tempat :
Masjid Al Mubarok
Kampung Gondang Wetan Jl.Bangau I, Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kodepos 57139
Hati adalah Bejana
Dari sahabat Abu Inabah Al-Khaulani Radhiyallahu ‘Anhu yang sampai kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ آنِيَةً مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ ، وَآنِيَةُ رَبِّكُمْ قُلُوبُ عِبَادِهِ الصَّالِحِينَ , وَأَحَبُّهَا إِلَيْهِ أَلْيَنُهَا وَأَرَقُّهَا
“Sesungguhnya Allah mempunyai bejana-bejana di atas muka bumi, dan bejana-bejana Tuhan kalian adalah hati-hati hamba-hambaNya yang shalih, dan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling halus dan yang paling lembut.” (HR. At-Thabrani no. 840)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi perumpamaan hati-hati manusia dengan bejana-bejana. Dan kondisi setiap bejana adalah sesuai apa yang dijadikan di dalamnya dari kebaikan atau keburukan.
Sebagaimana dikatakan كل إناء بالذي فيه ينضح (semua bejana akan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya). Maka hati-hati orang yang beriman penuh dengan pikiran kebaikan dan ketaatan. Adapun hati-hati orang yang fasik penuh dengan pikiran dosa dan maksiat.
Berkata Malik bin Dinar Rahimahullahu Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang beriman hatinya penuh dengan kebaikan dan ketaatan. Adapun orang-orang fasik maka hatinya penuh dengan amalan-amalan dosa. Sesungguhnya Allah melihat pikiran-pikiran kaalian, maka perhatikanlah apa yang kalian pikirkan. Semoga Allah merahmati kalian".
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Masjid Jami' Babussalam
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
🗓 Cimanggis, 16 Dzulhijjah 1446 / 12 Juni 2025
Pengantar - Misteri Kematian
Mati dalam bahasa Arab adalah maut, secara bahasa As-Sakan bermakna diam, dalam Lisanul Arab - Ibnu Mandzur menjelaskan secara bahasa makna asal maut adalah sukun (tenang), segala sesuatu yang tenang disebut mati.
Orang Arab mengatakan api itu telah mati apabila baranya telah dingin dan tidak menyala, demikian juga telah mati angin jika tidak ada lagi hembusan yang bertiup.
Maka, lawannya adalah Al-hayat (Hidup) yaitu bergerak. Maka, sesuatu yang tetap bergerak berarti hidup.
Mati secara istilah menurut imam Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah, maut adalah berpisahnya ruh dari badan, putus hubungan antara ruh dan badan, berubah keadaannya dan berpindah alam. Jadi, Kematian secara syariat harus memenuhi 4 keadaan agar dikatakan maut.
Kematian disebut juga dengan wafat, ada dua jenis wafat:
Wafat kubra adalah kematian sesungguhnya yang memenuhi empat Keadaan di atas, dan kematian kecil (wafat Sughra) ada tiga kasus: tidur, pingsan atau koma. Karena, hanya ruh yang berpisah dari badan secara sementara.
Allah ﷻ menjelaskan dalam Al-Qur’an :
وَهُوَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُم بِٱلَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِٱلنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰٓ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (Al-An'am ayat 60).
Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa ketika tidur, ruh-ruh dari hamba dicabut, siapa yang dikehendaki ruhnya ditahan maka Allah akan tahan, siapa yang Allah ﷻ kehendaki untuk tetap hidup, Ruhnya dikembalikan untuk waktu tertentu hingga dia bangun lagi.