بسم الله الرحمن الرحيم
📘┃Materi : Mana Baktimu Kepada Orang Tuamu
🎙┃Bersama: Al Ustadz Aris Saifuddin Ar Rifqani, LC. MA. Hafidzahullah [Kandidat Doktor Universitas Islam Madinah Jurusan Ilmu Fikih]
🗓 ┃Hari : Jum'at 20 Juni 2025 / 24 Dzulhijjah 1446 H
🕰┃ Waktu: Ba'da Isya' - Selesai
🕌 ┃Tempat: Masjid Al Karim Pabelan - Kartasura
Ustadz mengawali kajian dengan menyampaikan syukur atas nikmat yang telah Allah ﷻ berikan kepada kita, karena sedikit hamba Allah yang bersyukur …
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
Diantara nikmat Allah ﷻ adalah Allah ﷻ menutupi dosa-dosa dan aib kita. Muhammad bin Waasi’ rahimahullah mengatakan,
لو كان للذنوب ريحٌ ما جلس إلي أحدٌ .
“Kalau seandainya dosa ini memiliki BAU, niscaya tidak ada seorangpun yang mau duduk denganku.” (Siyar A’laamin Nubalaa (6/120).
Salah satu bentuk syukur lainnya adalah, keberadaan orang tua yang telah melahirkan kita.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim no. 2551)
Dari Jabir Radhiyallahu’anhu, bahwasanya Nabi ﷺ naik ke mimbar. Ketika beliau naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga beliau mengucapkan, “Amiin”. Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Amiin, amiin, amiin. Beliau menjawab, ”Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka Aku pun berkata: Amiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Amiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan dihadapannya tapi dia tidak bershalawat untukmu. Maka Aku pun berkata: Amiin.
(HR. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam shahih Al-Tirmidzi).
ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi ﷺ Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat Sunnah, hingga saat ini kita masih termasuk golongan yang mengikuti kebenaran.
Dari Umar bin Khatab Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الحَقِّ، حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Selalu akan ada kelompok dari umatku akan membela kebenaran hingga datang hari kiamat.” (HR. Muslim no. 1921).
Satu hal yang menjadi catatan penting di awal kajian adalah, ketakwaan bukan hanya mengikuti hak-hak Allah ﷻ saja, seperti haji, sedekah, shalat, membaca Al-Qur’an dan lainya, sementara tidak memperhatikan hubungan dengan sesama manusia, yaitu akhlak.
Maka, takwa mencakup semua yang diperintahkan Allah ﷻ seperti akhlak yang mulia dan semua yang dilarang Allah ﷻ seperti akhlak yang buruk.