ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Muqadimah [Lanjutan] - Dua Jenis Akhlak
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata,
إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلاقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala membagi akhlak (yang terpuji) kepada kalian, sebagaimana Allah membagi rezeki kalian”
(HR. Ahmad 3490 dan disahikan oleh Al-Albani dalam Ash-Sahihah no. 2714 secara mauquf (bersumber dari para sahabat) dari Abdullah Ibn Mas’ud namun memiliki status hukum sebagai hadis marfu’ (berasal dari Nabi Muhammad ﷺ).
Jika demikian, maka selaiknya, sebagaimana kita bersemangat sembari bertawakal kepada Allah ﷻ dalam mencari rezeki, demikian pula sikap kita ketika mengupayakan akhlak mulia dalam diri kita.
Ucapan Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu di atas juga menjelaskan, bahwa layaknya kondisi ekonomi seseorang yang fluktuatif, demikian pula taraf kemuliaan akhlak seseorang pun naik-turun. Oleh karenanya Rasulullah ﷺ senantiasa berdoa meminta akhlak yang baik dan berlindung dari akhlak yang buruk.
بسم الله الرحمن الرحيم
📘┃Materi : Mana Baktimu Kepada Orang Tuamu
🎙┃Bersama: Al Ustadz Aris Saifuddin Ar Rifqani, LC. MA. Hafidzahullah [Kandidat Doktor Universitas Islam Madinah Jurusan Ilmu Fikih]
🗓 ┃Hari : Jum'at 20 Juni 2025 / 24 Dzulhijjah 1446 H
🕰┃ Waktu: Ba'da Isya' - Selesai
🕌 ┃Tempat: Masjid Al Karim Pabelan - Kartasura
Ustadz mengawali kajian dengan menyampaikan syukur atas nikmat yang telah Allah ﷻ berikan kepada kita, karena sedikit hamba Allah yang bersyukur …
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
Diantara nikmat Allah ﷻ adalah Allah ﷻ menutupi dosa-dosa dan aib kita. Muhammad bin Waasi’ rahimahullah mengatakan,
لو كان للذنوب ريحٌ ما جلس إلي أحدٌ .
“Kalau seandainya dosa ini memiliki BAU, niscaya tidak ada seorangpun yang mau duduk denganku.” (Siyar A’laamin Nubalaa (6/120).
Salah satu bentuk syukur lainnya adalah, keberadaan orang tua yang telah melahirkan kita.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim no. 2551)
Dari Jabir Radhiyallahu’anhu, bahwasanya Nabi ﷺ naik ke mimbar. Ketika beliau naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga beliau mengucapkan, “Amiin”. Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Amiin, amiin, amiin. Beliau menjawab, ”Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka Aku pun berkata: Amiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Amiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan dihadapannya tapi dia tidak bershalawat untukmu. Maka Aku pun berkata: Amiin.
(HR. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam shahih Al-Tirmidzi).