Ringkasan kajian pada Daurah Qatar ke-23 yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin Al-Banjary Hafidzahullah. Dengan judul Seberapa Dekat Anda dengan Al-Qur’an.
Seberapa Dekat Anda dengan Al-Qur’an
Keutamaan Membaca Al-Qur'an dan mengajarkannya
Setelah memuji Allâh Ta'ala dan bershalawat kepada Nabi ﷺ, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita, hingga dipertemukan di rumah Allâh ﷻ untuk menuntut ilmu syar’i.
Judul kajian kita pada hari ini adalah Seberapa Dekat Anda dengan Al-Qur’an
Berbicara tentang seorang muslim, maka ada beberapa aspek penting dalam hidupnya:
- Aqidah
- Ibadah
- Adab dan akhlak
- Muamalah
Membaca Al-Qur’an termasuk dalam aspek ibadah. Dalilnya adalah atsar Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena sesungguhnya kalian diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk الم , akan tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim, setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Atsar riwayat Ad Darimy dan disebutkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 660).
Hamba Allâh ﷻ diciptakan untuk beribadah. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Latar belakang pentingnya mempelajari Al-Qur’an:
1. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Dan hamba Allâh ﷻ diciptakan untuk beribadah.
Perintah membaca Al-Qur’an ada dalam surat Fatir ayat 29:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَۙ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.
Dan firman-Nya:
اتْلُ مَآأُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur’an). (QS. al-’Ankabut:45)
2. Akan ada orang yang jauh dari Al-Qur’an.
Yaitu orang-orang yang tidak pernah membaca, mempelajarinya dan mengamalkannya.
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Berkatalah Rasul, “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” [Al-Furqân/25:30]
3. Al-Qur’an adalah kalamullah yang mulia, maka tema yang indah.
▪️Abdullah bin Abbas Radhiyallahu’anhu berkata : siapa yang menyukai Al-Qur'an, bergembiralah.
▪️Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S Thaha: 123, 124).
Dalam menjelaskan kedua ayat ini, Abdullah bin Abbas berkata, “Allah menjamin kepada siapa saja yang membaca Alquran dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” [Tafsir ath Thabari, 16/225].
▪️Siapa yang ingin mendekatkan diri kepada Allâh ﷻ adalah dengan mengagungkan firman-Nya.
▪️Abdullah Ibnu Mas’ud berkata:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
“Barangsiapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah, jika ia mencintai Al Quran maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid berkata: “semua rijalnya shahih”).
Bagaimana cara berinteraksi dengan Al-Qur'an:
1. Mendengar dan menyimak (istima') ayat-ayat suci Al-Qur’an.
QS. Al-A'raf Ayat 204:
وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.
▪️Perbedaan makna istima dan inshaat:
Al-Inshaat (الإنصات): berkaitan dengan perkara lahiriah, diam tidak menyibukkan dirinya dengan hal lain selain mendengarkan Al-Qur’an.
Al-Istima' (الاستماع) : menetapkan pendengarnya, menetapkan qalbunya dan memahaminya. Ini memerlukan pemahaman bahasa Arab.
Manfaat istima':
1. Al-Istima' (الاستماع) Terhadap ayat-ayat Al-Qur’an akan membuat hati khusu' dan airmata berlinang.
Dalil dari hadits :
Abdullah bin Masud bercerita, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda kepadaku,"Bacakan suatu ayat Alquran."
"Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin saya membacakan ayat untuk engkau, sedangkan ayat ini diturunkan kepada engkau,"tanya Abdullah bin Masud.
"Aku suka mendengarkannya dari orang lain,"jelas Rasulullah.
Maka Abdullah bin Masud membacakan surat An Nisa ayat 41. "Dan bagaimana (keadaan orang kafir nanti) jika kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap umat dan kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka."
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda,"Cukup sampai di sini saja."
Lalu Abdullah bin Masud melihat Rasulullah menangis mencucurkan air mata. (HR Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Nasai, dan Thabrani)
- Imam Nawawi berkata [Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Alquran, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Qur'an agar dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri].
Sahabat setia Rasul Umar bin Khattab ini menangis tersedu-sedu hingga ia jatuh sakit ketika Alquran, sampai pada ayat:
إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَاقِعٌ
“Sesungguhnya siksa Tuhanmu pasti terjadi.” (QS Ath-Thur: 7).
Umar bin Khattab yang selalu menangis setiap membaca Alquran ini berkata kepada putranya saat menghadapi kematian.
“Letakkanlah pipiku di atas tanah. Barangkali Allah menaruh belas kasihan kepadaku.” Lalu berkata lagi, “Celaka lah kalau Allah tidak mengampuni aku.”
2. Istima' akan Menambah keimanan.
Allah Ta'âla berfirman:
(إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." [Surat al-Anfal: 2]
2. Mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an. Baik tata cara membaca maupun tafsirnya.
Ini adalah amalan yang sangat agung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Abu Musa dan Mu'adz bin Jabal ke negeri Yaman. Untuk mempelajari Al-Qur'an.
Keutamaan mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an:
1. Siapa yang mengajari Al-Qur’an maka, ia seperti Jibril 'Alaihissallam mengajarkan Al-Qur’an.
2. Makna خيركم adalah hiperbolis yang bermakna manusia yang paling baik adalah yang mengajarkan Al-Qur’an.
Maka orang-orang yang tidak bisa membaca Al-Qur’an, sungguh sangat merugi. Mahir dalam urusan dunia akan tetapi bodoh urusan akhirat.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara akherat”. (HR. Al-Hakim ,dishahihkan oleh al-Albani)
Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Al-Qur'an? Ia berkata, membaca Alquran, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain”.
Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: “Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini”.
Imam Nafi bin Abdurrahman seorang dari 7 orang ahli Al-Qur'an di Madinah mengajari Al-Qur'an selama 70 tahun.
Imam Abu Mansyur Al-Baghdad seperti dikutip Imam Adzahabi, beliau duduk mengajari Al-Qur'an sepanjang hidup beliau.
Perhatikan hadits ini!
Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, sedang kami berada di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda,
« أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ». فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ « أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ»..
“Siapakah di antara kalian yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau Al-‘Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus hubungan silaturahim (hubungan dengan sanak keluarga)?” Kami (yang hadir) berkata, “Ya kami senang, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Apakah seseorang di antara kalian tidak berangkat pagi ke masjid, lalu mempelajari atau membaca dua ayat Al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila mempelajari atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila mempelajari atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.” (HR. Muslim, no. 803)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasalllam menyebutkan tujuh perkara yang akan tetap mengalir pahalanya, meskipun seorang hamba sudah berada di dalam kubur setelah kematian menjemputnya. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
سبعٌ يجري للعبد أجرهن وهو في قبره بعد موته : من علَّم عِلْماً ، أو أجرى نهراً ، أو حَفَر بئراً ، أو غرس نخلاً أو بنى مسجداً ، أو ورَّث مصحفاً ، أو ترك ولداً يستغفر له بعد موته
“Ada tujuh amalan yang akan mengalir pahalanya bagi seorang hamba, meskipun ia berbaring di lubang kuburan setelah meninggal: (1) mengajarkan ilmu, (2) mengalirkan air sungai, (3) membuat sumur, (4) menanam kurma, (5) membangun masjid, (6) membagikan mushaf Al-Qur’an, atau (7) meninggalkan anak yang akan memintakan ampun baginya setelah ia meninggal. “ (HR. Al-Bazzar. Dinilai hasan oleh Al-Albani)
Renungkanlah wahai saudaraku muslim mengenai amal-amal yang mulia ini. Pastikan bahwa Anda memiliki andil bagian dalam mengamalkannya selama hidup di dunia. Bersegeralah dan bersemangat dalam mengamalkannya sebelum datangnya ajal.
3. Seberapa banyak membaca Al-Qur'an.
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memasuki kota Makkah dengan tetap menundukkan kepala sambil membaca firman Allah:
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
“Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (Qs. Al Fath: 1)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah membaca Al-Quran sambil berbaring. Aisyah bercerita, "Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah berbaring di pangkuanku ketika aku sedang haid, lalu beliau membaca Alquran." (HR. Bukhari 297 & Muslim 719)
Manfaat membaca Al-Qur’an:
1. Perdagangan yang tidak merugikan
Dalam surat Fatir ayat 29:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَۙ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.
Imam Qurthubi berkata, ayat ini adalah ayat para pembaca Al-Qur’an.
Kenapa tidak merugi?:
1. Membaca Al-Qur’an, Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan.
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ألم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).
2. Pahala tersebut menghapus dosa-dosa.
Dalam surat Hud ayat 11:
اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ
11. kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Faedah Membaca 100 ayat pada suatu malam
عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ»
Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).
3. Semakin banyak membaca maka semakin besar keutamaannya
Dalam riwayat Ibnu Huzaimah, 2/180:
من حافظ على هؤلاء الصلوات المكتوبات لم يكتب من الغافلين ، ومن قرأ في ليلة مائة آية لم يكتب من الغافلين أو لم يكتب من القانتين .. (قال الألباني في الصحيحة، رقم 643 ، إسناده صحيح على شرط الشيخين)
“Barangsiapa menjaga shalat wajib, maka dia tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai. Barangsiapa membaca di waktu malam hari seratus ayat, maka dia tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai atau termasuk orang-orang qanithin.” (Al-Albany mengatakan dalam Shahihnya, no. 643 sanadnya shahih dengan syarat Syeikhain).
4. Membaca Al-Qur’an terbaik pada saat shalat:
عَن اَبِي هُرَيرَةَ رَضيِ اللٌهُ عَنهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلُي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلَمَ اَيحُبُ اَحَدُكُم اِذَا رضجَعَ اِلي اَهلِه اَن يَجدَفِهِ ثَلآثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانِ قُلنَا نَعَم قَالَ فَثَلآثُ ايَاتٍ يَقُراُبِهِنٌ اَحَدُكُو فِي صَلآته خَيرٌلَه مِن ثَلآثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ. (رواه مسلم).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah ﷺ bertanya kepada kami, “Sukakah salah seorang di antara kalian apabila kembali ke rumahnya mendapati tiga ekor unta betina yang hamil dan gemuk.” Kami menjawab, “Tentu kami menyukainya.” Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, “Tiga potong ayat yang kamu baca dalam sholat adalah lebih utama daripada tiga ekor unta betina yang hamil dan gemuk.” (Hr. Muslim)
5. Orang yang membaca dan mendengar Al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat, dan pujian dari Allah. Nabi ﷺ bersabda,
”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah (Al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Muslim).
Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat." (HR. Muslim).
4. Seberapa banyak menghafal Al-Qur'an.
Nabi juga menganjurkan kepada penghafal Al-Quran agar selalu menjaga dan memelihara hafalannya, sebab hafalan itu lebih cepat lepasnya daripada unta yang diikat.
Imam Nawawi Rahimahullah berkata tidaklah para salafush shalih mengajari ilmu agama sampai mereka menghafal Al-Qur'an. Karena Al-Qur'an adalah pokok ilmu.
Motivasi menghafal Al-Qur'an:
1. Derajat di surga tergantung pada hafalan Qur’an.
Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkan di surga kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها
“akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat) : bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca” (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
Beda satu tingkat di surga adalah jarak antar langit dan bumi selama 500 tahun.
2. Akan didahulukan di dunia dan di akhirat.
Seperti dalam memilih pemimpin atau imam shalat. Para penghafal Quran sangat diutamakan menjadi pemimpin karena pengetahuannya. Mereka yang menghafal Quran maka memiliki pengetahuan lebih dibandingkan yang lain.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah” (HR. Abu Daud 582, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Selain itu ada juga hadits lain yakni dari Ibnu Umar, beliau bercerita, "Ketika para muhajirin pertama tiba di Quba, sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menjadi imam mereka shalat adalah Salim mantan budak Abu Hudzaifah. Dan beliau adalah orang paling banyak hafalan Qurannya." (HR. Bukhari)
3. Salah satu keutamaan para penghafal Quran adalah memberikan mahkota untuk orang tua penghafal Quran di akhirat kelak. Itulah salah satu kelebihan yang Allah berikan untuk para penghafal Quran.
Ada sebuah hadits tentang penghafal Al Quran, yakni dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim).
5. Beramal dengan hukum-hukum yang diperintahkan atau menjauhi larangan dalam Al-Qur’an.
Akhlak Rasulullah ﷺ adalah Al-Qur'an.
Akhlak Al-Qur'an bermakna bahwa Rasulullah ﷺ mengamalkan Al-Qur'an. Sehingga, yang diperintahkan dalam Alquran beliau pasti mengerjakannya, dan yang dilarang dalam Alquran beliau pasti meninggalkannya.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم