Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم

📚┃Materi : Agar Dicintai Allah ﷻ
🎙┃ Pemateri : Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A Hafizhahullah
🗓┃ Hari, Tanggal : Jum'at, 11 Juli 2025 M / 16 Muharram 1447
🕌┃Tempat : Masjid Fatimah Serengan Solo
🎞┃ Video Kajian: Muslim Solo Youtube Channel


Pembahasan kali ini adalah bagaimana kita bisa mencintai Allah ﷻ dan bagaimana agar kita dicintai oleh Allah ﷻ.

Keutamaan dicintai oleh Allah ﷻ

1. Allah ﷻ akan menjaganya dan membimbingnya

Merupakan akidah Ahlusunah bahwasanya Allah ﷻ dicintai dan juga mencintai itu sesuai dengan fitrah manusia. Bahkan, Allah ﷻ menyebutkan bahwa cinta tersebut bisa datang dari dua belah pihak, seperti firman Allah ﷻ,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al-Maidah: 54).

Syaikh Sa'di rahumahullah menjelaskan dalam tafsirnya, Jika Allah mencintai seorang hamba, maka dia akan memudahkan sebab-sebab untuk meraih yang benar, memudahkan semua baginya yang sulit, memberinya taufik untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran dan menyambut hati hamba-hambaNya dengan kecintaan dan kasih sayang.

Ketika seseorang telah mendapatkan predikat dicintai oleh Allah ﷻ, maka para ulama mengatakan bahwasanya itu adalah anugerah terbesar yang telah dia peroleh, melebihi berbagai macam anugerah dunia yang dia telah rasakan. Dia akan mudah melakukan kebajikan dan mudah pula menjauhi kemaksiatan.

Ketahuilah, ketika Allah ﷻ telah mencintai seorang hamba, Nabi Muhammad ﷺ mengatakan,

فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

“Jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang dia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang dia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang dia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku niscaya akan Aku beri, jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya akan aku lindungi.”([HR. Bukhari No. 6502])

Dalam riwayat yang lain disebutkan pula,

وَلِسَانَهُ الَّذِي يَنْطِقُ بِهِ، وَقَلْبَهُ الَّذِي يَعْقِلُ بِهِ

“Dan Aku menjadi lisannya yang dia berbicara dengan lisannya tersebut, dan Aku menjadi hatinya yang dia berpikir dengan hatinya tersebut.”([HR. Thabrani No. 7883 dalam al-Mu’jam al-Kabir li Ath-Thabrani.])

2. Mustahil Allah ﷻ mengazabnya

Ketika Allah ﷻ telah mencintai seorang hamba, maka hamba tersebut tidak akan diazab oleh Allah ﷻ, dia akan dijaga oleh Allah ﷻ.

Firman Allah ﷻ,

وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

“Orang Yahudi dan Nasrani berkata, ‘Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya’. Katakanlah, ‘Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Tidak, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada-Nya semua akan kembali’.” (QS. Al-Maidah: 18).

Yaitu maksudnya orang-orang Yahudi dan Nasrani mengaku bahwasanya mereka adalah kekasih-kekasih Allah. Namun, nyatanya Allah ﷻ memerintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk membantah mereka bahwasanya kalau memang Allah ﷻ mencintai mereka, niscaya mereka tidak mungkin diazab. Kita tahu bahwa sebagian dari nenek moyang Bani Israil diazab, dan tidak mungkin kaum yang dicintai oleh Allah akan diazab, maka tentu ini menunjukkan bahwasanya mereka berdusta.

Kiat-kiat Agar Dicintai Allah ﷻ

Secara umum, Segala amal shaleh sekecil apapun, akan mendatangkan cinta Allah ﷻ dan sekecil apapun dosa mendatangkan kebencian Allah ﷻ.

Berikut adalah ciri-ciri yang secara spesifik yang disebut dalam dalil-dalil. Yaitu beberapa perkara yang jika perkara-perkara tersebut dikerjakan oleh seorang hamba, maka dia akan dicintai oleh Allah ﷻ.

1. Mengikuti Sunnah Nabi ﷺ

Allah ﷻ menurunkan satu ayat di dalam Al-Qur’an yang disebut dengan ayat Al-Mihnah ‘ayat ujian’. Ketika banyak orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah ﷻ, maka Allah ﷻ kemudian berkata,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’. Dan sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali-‘Imran: 31)

Oleh karenanya, agar kita bisa mencapai derajat dicintai Allah setelah kita mencintai-Nya, maka perbanyaklah melakukan amalan-amalan sunah, perbanyaklah mengikut sunah Nabi Muhammad ﷺ setelah dia mengerjakan yang fardhu atasnya. Sesungguhnya di antara bukti seseorang cinta seseorang terhadap Allah adalah dengan mengikuti dan menjalankan sunah-sunah Nabi Muhammad ﷺ, baru kemudian setelah itu Allah ﷻ akan mencintainya.

Karena yang paling tahu apa yang dicintai Allah ﷻ adalah Nabi ﷺ, maka jika kita mencintai Nabi ﷺ maka dengan mengerjakan sunnah-sunnah Nabi ﷺ, Allah ﷻ akan mencintai kita.

Contoh mudah adalah Nabi ﷺ selalu mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri dalam amalan yang baik, seperti memakai baju, sandal sisir dan lainnya.

Demikian juga dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Dan senantiasa hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah, hingga Aku mencintainya.” ([HR. Bukhari No. 6502.])

2. Zuhud kepada dunia

Zuhud adalah meninggalkan perkara yang tidak ada pahalanya (manfaat akhirat), sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Maka, latih segala aktivitas yang mendatangkan pahala, ingat akhirat. Dan ini adalah pengamalan Surat Az-Zariyat Ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Sesungguhnya shalatku, hidupku, matiku hanyalah untuk Allah adalah penggalan ayat dari Al-Quran Surat Al-An'am ayat 162. Ayat ini menegaskan bahwa seluruh aspek kehidupan seorang muslim, termasuk shalat, ibadah, hidup, dan matinya, semata-mata ditujukan untuk Allah ﷻ Tuhan semesta alam.

Maka, lakukan hal-hal yang mubah diniati untuk beribadah karena Allah ﷻ. Hasilnya, akan mendapatkan pahala dan Allah ﷻ akan mencintainya. Maka, lakukan pertanyaan jika akan melakukan sesuatu ajukan pertanyaan, apakah ada manfaatnya untuk akhirat?

3. Mencintai saudara karena Allah ﷻ

Diantara kemuliaan akhlak seorang Muslim adalah senang mengunjungi saudaranya semuslim. Namun kunjungan ini bukan didasari kebutuhan dan keperluan duniawi, melainkan didasari rasa cinta kepada saudaranya karena Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أنَّ رجلًا زارَ أخًا لَهُ في قريةٍ أخرى ، فأرصدَ اللَّهُ لَهُ على مَدرجَتِهِ ملَكًا فلمَّا أتى عليهِ ، قالَ : أينَ تريدُ ؟ قالَ : أريدُ أخًا لي في هذِهِ القريةِ ، قالَ : هل لَكَ عليهِ من نعمةٍ تربُّها ؟ قالَ : لا ، غيرَ أنِّي أحببتُهُ في اللَّهِ عزَّ وجلَّ ، قالَ : فإنِّي رسولُ اللَّهِ إليكَ ، بأنَّ اللَّهَ قد أحبَّكَ كما أحببتَهُ فيهِ

“Pernah ada seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah yang lain. Lalu Allah pun mengutus Malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika mendatanginya, Malaikat tersebut bertanya: “engkau mau kemana?”. Ia menjawab: “aku ingin mengunjungi saudaraku di daerah ini”. Malaikat bertanya: “apakah ada suatu keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?”. Orang tadi mengatakan: “tidak ada, kecuali karena aku mencintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla”. Maka malaikat mengatakan: “sesungguhnya aku diutus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya“ (HR Muslim no.2567).

Dari hadits ditegaskan bahwa orang yang saling berkunjung karena Allah akan dicintai oleh Allah Ta’ala.

Dalam hadits ini ada keutamaan saling mencintai karena Allah, dan itu merupakan sebab mendapatkan cinta dari Allah dan keutamaan mengunjungi orang shalih. ( Mirqatul Mafatih, 8/3135).

Firman Allah ﷻ,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al-Maidah: 54).

Buah dari rasa cinta ini adalah mereka akan membenci orang yang dibenci Allah dan mencintai orang yang dicintai Allah, bersikap keras terhadap orang-orang kafir, dan tegas dalam menegakkan kebenaran. Dan ini tidak bertolak belakang dengan sikap toleransi dan kasih sayang yang mereka miliki, kelembutan dan tawaddu' terhadap orang-orang beriman. Ini semua tidak akan dapat terealisasi kecuali dengan menegakkan jihad, karena ia merupakan jalan menuju kemuliaan dan sumber kekuatan.

Diantara perkataan indah Syaikh Muhammad At-Thahir bin Ashur rahimahullah adalah, dalil dalam ayat di atas disebut أَذِلَّةٍ عَلَى المُؤْمِنِيْنَ menggunakan kata عَلَى, bukan ل Maknanya Allah ﷻ sangat sayang kepada mukminin dan memberi rasa sayang di depannya, oleh karena itu memakai عَلَى menunjukkan sangat sayang dan lembut kepada orang beriman, bukan للمُؤْمِنِيْنَ.

Maka Nabi ﷺ selalu berdo'a agar mencintai orang miskin. Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِى وَتَرْحَمَنِى وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنِى غَيْرَ مَفْتُونٍ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ

“Wahai Muhammad, jika engkau shalat, ucapkanlah do’a: Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin, wa an taghfirolii wa tarhamanii, wa idza arodta fitnata qowmin fatawaffanii ghoiro maftuunin. As-aluka hubbak wa hubba maa yuhibbuk wa hubba ‘amalan yuqorribu ilaa hubbik (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah saya, jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya dalam keadaan tidak terfitnah. Saya memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu)”. Dalam lanjutan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan, “Ini adalah benar. Belajar dan pelajarilah”. (HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Demikian juga sifat Ibaadurrahmaan adalah tawadhu (Rendah Hati): Mereka berjalan di bumi dengan rendah hati, tidak sombong, dan tidak memamerkan kelebihan mereka.

4. Bertaqwa kepada Allah ﷻ

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 76:

وَٱتَّقَىٰ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَّقِينَ

dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.

Seberapa pun kecil amal kebaikan atau keburukan, akan ada balasannya. Dicontohkan dalam hal menjaga pandangan, dengan adanya handphone, mudah sekali kita bermaksiat dari dalam kamar sendiri. Maka, bertaqwalah kepada Allah ﷻ.

Maka orang-orang yang mampu menundukkan mata pada zaman ini, dialah wali Allah ﷻ.

5. Orang-orang yang Sabar

Orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar“. [Ali Imran/3:146]

Yaitu sabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan kesabaran ini perlu mujahadah.

Maka, salah satu sifat Ibaadurrahmaan adalah sabar dalam menahan hawa nafsu. Menjauhi Dosa: Menghindari dosa-dosa besar dan maksiat, Tidak menghadiri perkumpulan yang berisi kemungkaran, Bertaubat jika terjerumus dalam dosa.

6. Bertawakkal kepada Allah ﷻ

Allah ﷻ berfirman

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. (QS Ali ‘Imran Ayat 159)

Jangan mengandalkan diri sendiri, tetapi bertawakkal kepada Allah ﷻ dalam segala hal.

Jangan membatasi tawakkal hanya untuk urusan rezeki saja, Tapi dalam segala hal. Allah Ta’ala berfirman,

فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ

“Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya” (QS. Hud: 123).

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada rasul-Nya dan orang-orang yang beriman untuk beribadah dan sekaligus memerintahkan mereka untuk bertawakal.

7. Berlaku Adil

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 9

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ

sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

Adil dalam kegiatan, anak-anak, hukum, menilai orang dan lainnya. Bahkan kepada orang kafir sekalipun. Sebagaimana dalam surat Al-Ma'idah ayat 8:

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ

janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

8. Orang yang berbuat Ihsan

Yaitu orang-orang yang bertakwa kepada Allah ﷻ dengan sebenarnya. Ciri-ciri orang yang bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 133-134, adalah mereka yang senantiasa (terus menerus) berinfak di waktu lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, dan selalu berbuat baik. Selain itu, mereka juga beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran ayat 134).

9. Orang yang bertaqwa, kaya hati dan tersembunyi

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai hamba-hambaNya yang bertakwa, kaya hati dan tersembunyi. Dalam hadits riwayat Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنَّ الله يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الغَنِيّ الْخَفِيَّ

“Sesungguhnya Allah cinta kepada seorang hamba yang bertakwa, yang kaya hati dan tersembunyi.” (HR. Muslim)

Allah ﷻ mencintai orang yang kaya hatinya, yang penuh qana’ah (merasa puas dengan yang ada), hatinya tidak mengharapkan kehidupan dunia, hatinya hanya menghidupkan kehidupan akhirat saja. Dan ia tidak menyukai ketenaran, ia tidak membutuhkan untuk dikenal manusia, yang ia butuhkan olehnya adalah dikenal oleh penduduk langit sana.

Semoga Allah Ta’ala mencinta kita dan keluarga kita serta kaum muslimin. Aamiin.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم