بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
التعليق على عقيدة الرازيان للشيخ أحمد النجمي رَحِمَهُ اللهُ
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام علي رسول الله وعلي آله وأصحابه أجمعين، أما بعد:
هذه رسالة مختصرة تتناول عقيدة أهل السنة والجماعة، وهي من مقولات الإمامين الجليلين من أئمة الحديث أبي زرعة وأبي حاتم الرازيين رحمهما الله، وقد علّق عليها بشرح موجز فضيلة الشيخ
العلامة أحمد بن يحیی النجمي رحمه الله.
وهذه العقيدة موافقة لعقيدة الأئمة في كتبهم، كالإمام أحمد في "أصول السنة"، والإمام المزني في "شرح السنة"، وغيرهم من أهل السنة والحديث.
فمن اعتقد هذه العقيدة وسار عليها، فهو - بإذن الله- من أهل السنة السلفيين. فنسأل الله أن يرحم علماءنا، وأن ينفع بهذه الرسالة المسلمين أجمعين، وأن يثبتنا جميعا على التوحيد والسنة.
وكتب
أبو زياد محمد أليف الإند ونيسي
غفر الله له ولوالديه والمشاتخه وللمسلمين
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Selanjutnya:
Ini adalah risalah singkat tentang akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Risalah ini didasarkan pada perkataan dua ulama hadis terkemuka, Abu Zur'ah dan Abu Hatim al-Razi, semoga Allah merahmati mereka. Risalah ini telah diulas secara singkat oleh Syekh terkemuka Allamah Ahmad bin Yahya al-Najmi, semoga Allah merahmatinya.
Akidah ini sejalan dengan akidah para imam dalam kitab-kitab mereka, seperti Imam Ahmad dalam "Usul al-Sunnah" (Prinsip-prinsip Sunnah), Imam al-Muzani dalam "Syarh al-Sunnah" (Penjelasan Sunnah), dan para ulama Ahlus Sunnah dan Ahlus Hadits lainnya.
Siapa yang berakidah dan mengamalkan akidah ini, insya Allah, termasuk golongan Salafi Ahlussunnah. Semoga Allah merahmati para ulama kami, semoga risalah ini bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin, dan semoga kita semua teguh dalam Tauhid dan Sunnah.
Ditulis oleh,
Al-Ustadz Abu Ziyad Muhammad Alif al-Indonisi Hafidzahullah
Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, kedua orang tuanya, para syekhnya, dan seluruh kaum muslimin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
التعليق على عقيدة الرازيان للشيخ أحمد النجمي رَحِمَهُ اللهُ
Abdurrahman bin Abi Hatim adalah seorang tokoh hadis yang hafiz dan ahli di bidang ushul fikih, fikih, dan tafsir (L. 195 - w. 277 H), Nama lengkapnya Abdurrahman bin Muhammad Abi Hatim bin Idris bin Munzir bin Dawud bin Mihran Abu Muhammad at‑Tamimi al‑Hanzali ar‑Razi. Karena ia tinggal di Hanz ala, Rayy, namanya dinisbahkan dengan keduanya: al‑Hanzali dan ar‑Razi.
Bukunya dalam bidang tafsir yang berjudul Tafsir Al‑Qur’an al‑Karim, Karyanya yang lain adalah al‑Kunya (Julukan), al‑Fawa’id al‑Kubra (Faedah Besar), al‑Marasil (Hadis Mursal) dan Kitab az‑Zuhd (Kitab Zuhud).
Abu Zur’ah Ar Razi lahir (L. 200H – W. 264), bernama lengkap Ubaidullah bin Abdil Karim bin Yazid bin Farrukh Al Qurasyi Al Makhzumi. Abu Zur’ah Ar Razi adalah seorang Imam Robbani yang banyak menghafal hadits, dan sangat menguasai hadits-hadits yang beliau hafal. Karyanya antara lain Al-Fadhail, Kitabul A'immah , Dhalail nubuwah, dan lainya. Beliau juga tinggal di Rayy, maka keduanya disebut Ar-Raziyain.
Penta’liq: Syekh Ahmad bin Yahya bin Muhammad bin Syabir an-Najmi Rahimahullah [L. 1346H – W. 1429H) adalah seorang ulama Arab Saudi yang berasal dari Provinsi Jizan, tepatnya dari keluarga Bani Hummad. Beliau dikenal sebagai mufti di wilayah selatan Arab Saudi.
Awal rislalah ini: Diriwayatkan oleh Syaikh Hibatullah Al-Lalakai, juga dikenal sebagai Abu al-Qasim Hibatullah al-Lalika'i Rahimahullah dalam kitab beliau Syarh Ushul I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah sebuah kitab yang membahas akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Dalam kitabnya disebutkan:
قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ، عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي حَاتِمٍ , قَالَ:
* سَأَلْتُ أَبِي وَأَبَا زُرْعَةَ عَنْ مَذَاهِبِ أَهْلِ السُّنَّةِ فِي «أُصُولِ الدِّينِ», وَمَا أَدْرَكَا عَلَيْهِ الْعُلَمَاءَ فِي جَمِيعِ الْأَمْصَارِ, وَمَا يَعْتَقِدَانِ مِنْ ذَلِكَ؛ فَقَالَا:
« أَدْرَكْنَا الْعُلَمَاءَ فِي جَمِيعِ الْأَمْصَارِ: حِجَازًا، وَعِرَاقًا، وَشَامًا، وَيَمَنًا؛ فَكَانَ مِنْ مَذْهَبِهِمُ:
Imam Abu Muhammad Abdurrahman ibnu Abi Hatim berkata: Aku bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah rahimahumallah tentang madzhab Ahlus Sunnah dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) juga tentang pemahaman para ulama di berbagai kota yang mereka berdua ketahui, serta apa saja yang mereka berdua yakini.
Maka, keduanya berkata: Kami telah berjumpa dengan para ulama di seluruh kota baik di Hijaz, Irak, Mesir, Syam(Suriah, Yordania, dan Palestina), maupun Yaman, maka di antara madzhab yang mereka anut adalah:
الإيمان قول وعمل
قال الرازيان رحمهما الله: ((الإِيمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ، يَزِيدُ وَيَنْقُصُ)).
التعليق: [قال الشيخ العلامة أحمد بن يحى النجمي رَحِمَهُ اللهُ]:
هذا مذهب أهل السنة والجماعة: أن الإيمان قول باللسان، واعتقاد بالقلب وعمل باجوارح، لا یتم الإیمان إلا بذلك، وهو يزيد في قلب العبد وينقص، يعني: أنه يزيد بالطاعات، وينقص بالمعاصي، وزيادته ونقصه یعرفها العبد نفسُه، فإن عمِل بالطاعات، زاد الإيمان في قلبه، وإن عمل بالمعاصي، نقص الإيمان في قلبه.
والله سُبْحَانَةُ وَتَعَالَى قد أثبت زيادة الإيمان في مواضعَ متعددةٍ من كتابه؛ كقوله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا﴾ [المدثر:٣١]، وكقوله سُبْحَانَةُ وَتَعَالَى: ﴿وَيَزِيدُ اللهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدَى﴾ [مريم: ٧٦]، وكقوله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدِّى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ﴾ [محمد: ١٧]، وما قبِل الزيادة قبِل النقص، وهذه عقيدة أهل السنة والجماعة خلافا للمرجئة والجهميَّة.
Ta’liq Aqidah Raziyain oleh Syekh Ahmad Al-Najmi Rahimahullah
Iman adalah ucapan dan perbuatan
Dua Imam Ar-Razi: Abi Zur’ah Ar-Razi (w. 264 H) dan Abi Hatim Ar-Razi (w. 277 H), [Raziyain], semoga Allah merahmati mereka, berkata: (Iman itu berupa perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.)
❦ Penjelasan: [Syekh Ahmad bin Yahya Al-Najmi, semoga Allah merahmatinya, berkata]:
Inilah keyakinan Ahlussunnah wal Jama'ah: bahwa iman adalah ucapan di lisan, keyakinan di hati, dan amal anggota badan. Iman tidaklah sempurna tanpa ini. Iman bertambah dan berkurang di hati seorang hamba. Artinya, iman bertambah seiring dengan ketaatan dan berkurang seiring dengan kemaksiatan. Hamba itu sendiri mengetahui bertambahnya dan berkurangnya iman. Jika ia mengerjakan ketaatan, iman bertambah di hatinya. Jika ia melakukan kemaksiatan, iman berkurang di hatinya.
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan bertambahnya iman di banyak tempat dalam Kitab-Nya. Seperti firman-Nya, Maha Suci Allah,
وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا
"Dan orang-orang yang beriman akan bertambah imannya" [Al-Muddatstsir: 31],
dan firman-Nya, Maha Suci Allah,
وَيَزِيدُ اللهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدَى
"Dan Allah akan menambah orang-orang yang mendapat petunjuk" [Maryam: 76], dan firman-Nya, Maha Suci Allah,
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدِّى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ
"Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan mereka ketakwaan" [Muhammad: 17].
Apa pun yang mendahului bertambahnya, maka mendahului berkurangnya, dan inilah keyakinan Ahli Sunnah wal Jama'ah, berbeda dengan Murji'ah dan Jahmiyyah.
الفرآن كلام الله
وَالقُرْآنُ كَلَامُ اللّهِ غَيْرِ مخْلُوقٍ بِجَمِيعِ جِهَاتِهِ.
التعليق:
كون القرآن كلام الله غير مخلوق عليه أدلة من كتاب الله؛ لقوله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللهِ﴾ [التوبة: ٦]، وهناك آياتٌ أخرى في هذا المعنى.
قوله: ((بجميع جهاته)) يعني: إذا لُفظ في اللسان، وإذا كتب بالطُّروس (الصحيفة)، فهو كلام الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.
Al-Qur'an adalah kalam Allah, bukan diciptakan dalam segala sisi (aspeknya).
❦ Penjelasan:
Fakta bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah, tidak diciptakan, didukung oleh bukti dari Kitab Allah. Allah ta’ala berfirman: "Dan jika salah seorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka berikanlah perlindungan kepadanya agar ia dapat mendengarkan kalam Allah." [At-Taubah: 6] Ada ayat-ayat lain dengan makna ini.
Pernyataan-Nya: "dalam segala (sisi) aspeknya" berarti: baik diucapkan dengan lisan maupun tertulis di atas gulungan, maka itu adalah kalam Allah, Maha Suci Dia.
الإيمان بالق در
الْقَدَرُ خَيْرُهُ وَشَرُّهُ مِنَ اللهِ.
التعليق:
الدليل على ذلك قول الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالى: ﴿إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ﴾ [القمر: ٤٨]، وقوله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَبَْأَهَا﴾ [الحديد: ٢٢]، أي: من قبل أن يخلق الله الخليقة.
وفي حديث محاجّة موسى وآدم، وذلك ((أن موسى لقي آدم، فقال له: أنت آدم أبو البشر؟ قال: نعم، قال: أنت الذي أخرجتنا من الجنة. فقال له آدم أنت موسى بني إسرائيل؟ قال: نعم. قال: أنت الذي أنزل الله عليك التوراة؟ قال: نعم. قال: أوجدتَ فيها أن الله كتب عليّ ذلك قبل أن يخلقني بكذا وكذا؟ قال: نعم. قال: فكيف تلومني على أمرٍ كتبه الله علي قبل أن يخلقني بكذا سنة)).
Takdir, baik maupun buruk, berasal dari Allah.
❦ Penjelasan:
Dalilnya adalah firman Allah Ta’aala:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
"Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan dengan takdir" (Al-Qamar: 48), dan firman-Nya, Yang Maha Tinggi:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَبَْأَهَا
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa bumi dan di antara kamu, melainkan telah tercatat dalam kitab sebelum Kami beritakan kepadamu" (Al-Hadid: 22), yaitu sebelum Allah menciptakan makhluk.
Dan dalam hadits tentang perdebatan antara Musa dan Adam, bahwa Musa bertemu Adam dan berkata kepadanya: "Apakah engkau Adam, bapak manusia?" Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya: "Apakah engkau yang mengeluarkan kami dari surga?" Adam bertanya kepadanya: "Apakah engkau Musa, Bani Israil?" Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya: "Apakah engkau yang diturunkan Allah Taurat kepadanya?" Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya: "Apakah engkau mendapati di dalamnya bahwa Allah telah menuliskannya untukku sebelum Dia menciptakan aku begini dan begini?" Ia menjawab: "Ya." Ia berkata: Bagaimana mungkin engkau menyalahkanku atas sesuatu yang telah dituliskan Tuhan kepadaku bertahun-tahun sebelum Dia menciptakanku?. [HR. Bukhari Muslim].
Beriman kepada Takdir ada 4 tingkatan:
1. Al-'Ilmu (Ilmu): Keyakinan bahwa Allah Ta’aala Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi, meliputi segala detail dan globalnya.
2. Al-Kitabah (Pencatatan): Keyakinan bahwa segala sesuatu yang telah diketahui oleh Allah Ta’aala, telah dicatat dalam Lauh Mahfuz (kitab yang terpelihara).
3. Al-Masyi'ah (Kehendak): Keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah sesuai dengan kehendak Allah Ta’aala. Tidak ada sesuatupun yang terjadi kecuali atas izin dan kehendak-Nya.
Iradah terbagi menjadi dua: iradah kauniyah dan iradah syar'iyah. Iradah kauniyah adalah kehendak Allah yang pasti terjadi, mencakup segala sesuatu yang ada di alam semesta. Sementara iradah syar'iyah adalah kehendak Allah yang berkaitan dengan perintah dan larangan-Nya, yang terkadang terjadi dan terkadang tidak, sesuai dengan hikmah-Nya. Contoh: perintah shalat, puasa, zakat, haji, larangan mencuri, berzina, dll.
4. Al-Khalq (Penciptaan): Keyakinan bahwa Allah Ta’aala adalah pencipta segala sesuatu, baik perbuatan-Nya maupun perbuatan makhluk-Nya. Tidak ada yang menciptakan selain Allah.
خير الأمة بعد الني
وَخَيْرُ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ، ثُمَّ عُثْتَانُ بْنُ عَفَّانَ، ثُمَّ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضَمَلََّ عَنْشُو، وَقَالَ: وَهُمُ الخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ المَهْدِيُّونَ.
التعليق:
هذه عقيدة أهل السنة والجماعة، وقوله: ((وَهُمُ الخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ الْمَهْدِيُّونَ) إشارة إلى حديث العرباض بن سارية رَضَِياللَّهُ عَنهُ: (فَعَلَيكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الَمَهْدِيِّينَ مِن بَعْدِي، عَضُّوا عَلَيهَا بِالنَّواجِذِ.
Umat terbaik setelah Nabi adalah: Abu Bakar, kemudian Umar bin Khattab, kemudian Utsman bin Affan, kemudian Ali bin Abi Thalib, dan beliau bersabda: "Dan merekalah khalifah-khalifah yang mendapatkan petunjuk."
❦ Penjelasan:
Inilah keyakinan kaum Sunni dan masyarakat. Pernyataan beliau, "Dan merekalah khalifah-khalifah yang mendapatkan petunjuk," merujuk pada hadis Al-’Irbadh bin Sariyah radhiyallahu 'anhu: "Maka berpeganglah pada Sunnahku dan Sunnah para khalifah setelahku. Peganglah erat-erat." [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi].
Hadits yang dimaksud:
عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membuat hati menjadi bergetar dan mata menangis, maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah! Sepertinya ini adalah wasiat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah wasiat kepada kami.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun kalian dipimpin seorang budak. Sungguh, orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan Sunnah khulafaur rosyidin al-mahdiyyin (yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal). Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, serta jauhilah setiap perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah sesat.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Abu Daud, no. 4607 dan Tirmidzi, no. 2676. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih].
العشرة المبشرون بالجنة
وَأَنَّ العَشْرَةَ الَّذِينَ سَمَّهُمْ رَسُولُ اللّهِ وَشَهِدَ لَُمْ بِالجُنَّةِ عَلَى مَا شَهِدَ لَهُمْ بِهِ رَسُولُ اللهِ، يَعْنِي: فِي الفَضْل، وَقَوْلُهُ الْحَقُّ.
التعليق:
أقول: (العشرة) الأربعة الخلفاء وبقية الستة، وهم: الزبير بن العوّام، وطلحة بن عبيد الله، وسعد بن أبي وقّاص، وعبد الرحمن بن عوف، وسعيد ابن زيد، وأبو عبيدة بن الجرّاح.
Sepuluh Orang yang Dijamin Masuk Surga
Dan bahwa sepuluh orang yang disebutkan dan disaksikan Rasulullah ﷺ akan masuk surga adalah orang-orang yang disaksikan Rasulullah ﷺ, yaitu: dalam keutamaan, dan perkataan beliau adalah benar.
❦ Penjelasan:
Saya katakan: (Kesepuluh orang itu) adalah empat khalifah dan enam sisanya, yaitu: Zubair bin Al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa'ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Sa'id bin Zaid, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.
Hadits yang dimaksud: Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ
“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.” (HR. Tirmidzi, no. 3747 dan Ahmad, 1:193. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
فضل الأصحاب رَ ضَِ اللهُ عَنْهُم
وَالتَّرَخُمُ عَلَى أَصْحَابٍ مُحَمَّدِ ، وَالكَفُّ عَمَّ شَجَرَ بَيْنَهُم.
التعليق:
أي: من حق أصحاب رسول الله الترضّي عنهم جميعا على مقاماتهم في الفضل، فأفضلهم بعد هؤلاء العشرة: مَن هاجر الهجرتين. أي: هجرة الحبشة وهجرة المدينة، ثم أهل بيعة العقبة من الأنصار، ثم أهل بدر، ثم أهل بيعة الرضوان، ثم مَن أسلم وهاجر قبل الفتح، ثم مَن أسلم وجاهد بعده، ثم صغار الصحابة.٤
Keutamaan para Sahabat, semoga Allah meridhoi mereka
Dan menunjukkan kasih sayang kepada para Sahabat Muhammad ﷺ, dan menjauhi perselisihan yang muncul di antara mereka.
❦ Penjelasan:
Artinya, adalah hak para Sahabat Rasulullah ﷺ untuk meridhoi mereka semua, mengingat kedudukan mereka yang mulia dalam keutamaan. Sebaik-baik mereka setelah sepuluh orang ini adalah: mereka yang melakukan dua kali hijrah
yaitu, hijrah ke Habasyah dan Madinah, kemudian kaum Anshar yang mengambil Baiat Aqabah, kemudian ahli Badar, kemudian ahli Baiat Ridwan, kemudian mereka yang masuk Islam dan berhijrah sebelum penaklukan, kemudian mereka yang masuk Islam dan berperang setelahnya, kemudian para Sahabat yang lebih muda.
Hadits yang dimaksud:
٤ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ النَّبِيَّي ﷺ قَالَ: ((إذَا ذَكَرَ أَصْحَابي فَأَمْسِكُوا، وَإِذَا ذَكَرْتَ النُّجُومِ فَأَمْسِكُوا، وَإِذَا ذَكَرَ الْقَدْرَ فَأَمْسِكُوا)). [رواه الطبراني في الكبير، وفي الصحيحة (٣٤(
4) Dari Ibnu Mas'ud, Nabi bersabda: “Jika para Sahabatku dibicarakan, maka diamlah, jika bintang-bintang dibicarakan, maka diamlah, dan jika takdir dibicarakan, maka diamlah.” [Diriwayatkan oleh al-Tabarani dalam al-Kabir dan dalam al-Sahihah (34)]
الإيمان باستواء الله على عرشه
وَأَنَّ اللّهَ مُسْتَوِ عَلَى عَرْشِهِ، بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ كَمَا وَصَفَ نَفْسَهُ في كِتَابِهِ وَعَلَى لِسَانِ رَسُولِهِ َ بلا كيفٍ.
التعليق:
يعني: أنه مستوٍ على عرشه بلا كيفٍ، فلا يجوز أن نكيِّف الاستواء، وقد أنكر السلف على من سأل عن الكيفيّة، فأُثر عن مالك أنه قال لمن قال له: ﴿الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى﴾ [طه: ٥]، كيف استوى؟ فقال: الاستواء معلومٌ، والكيف مجهول، وما أراك إلا رجل سوء، أخرِ جوه.
Mengimani Allah ta’aala Bersemayam di Atas Arsy-Nya
Dan bahwa Allah bersemayam di atas Singgasana-Nya, terpisah dari ciptaan-Nya, sebagaimana Dia menggambarkan Diri-Nya dalam Kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya, tanpa menjelaskan bagaimana.
❦ Penjelasan:
Ini berarti bahwa Dia bersemayam di atas Singgasana-Nya tanpa menjelaskan bagaimana. Tidak diperbolehkan menjelaskan istiwa’-Nya. Umat Islam awal mengecam orang-orang yang bertanya tentang bagaimana. Diriwayatkan dari Malik bahwa ia bertanya kepada seseorang yang bertanya kepadanya, "Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arsy" (Tha-Ha: 5), "Bagaimana Dia bersemayam?" Ia menjawab, "Bersemayam itu diketahui, tetapi bagaimananya tidak diketahui. Aku melihatmu tidak lain hanyalah seorang yang buruk dan mengusirnya”.
علم الله سُبْحَانَهٌ وَتَعَالَى
أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمً».
التعليق:
يعني: أن الله لما استوى على العرش لم يكن غافلا عن خلقه، بل هو مطّلعٌ عليهم، عالمٌ بهم، يطّلع على حركاتهم، وسكناتهم، وخفايا أمورهم، قال تعالى: ﴿وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ﴾ [ق: ١٦].
Allah Ta’aala Maha Mengetahui.
Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
❦ Penjelasan:
Ini berarti bahwa ketika Allah naik ke Singgasana-Arsy, Dia tidak lengah terhadap ciptaan-Nya. Sebaliknya, Dia Maha Mengetahui tentang mereka, Maha Mengetahui gerak-gerik mereka, diamnya mereka, dan hal-hal tersembunyi dari urusan mereka. Allah ta’aala berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan jiwanya kepadanya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." [Qaf: 16]
ليس كمثْله شيء
قال تعالى: ﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيءٌ، وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ﴾.٥
التعليق:
في هذه الآية نفي الماثلة عنه، وإثباتٌ لصفتي السمع والبصر.
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.
Allah ta’aala berfirman: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Qs. Asyura ayat 5.)
❦ Penjelasan:
Ayat ini meniadakan sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan menegaskan sifat-sifat pendengaran dan penglihatan.
Ada dua hal dalam ayat di atas:
- Nafyu (mengingkari): لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيءٌ
- Isbat (menetapkan): وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
رؤية الله في الآخرة
وَأَنَّهُ - تَبَارَكَ وَتَعَالَى - يُرَى فِي الْآخِرَةِ، يَرَاهُ أَهْلُ الجَنَّةِ بِأَبْصَارِهِمْ، وَيَسْمَعُونَ كَلَامَهُ كَيْفَ شَاءَ، وَكَمَا شَاء.
التعليق:
وأقول: إثبات رؤية الله في الآخرة هو مذهب أهل السنة والجماعة بخلاف المعتزلة ومن نحا منحاهم، فهم لا يعترفون بالرؤية في الآخرة، علما بأنَّ الله قد أثبتها في كتابه حيث يقول: ﴿وُجُوهٌ يَوْمَئذٍ نَّاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ﴾ [القيامة: ٢٢ -٢٣].
والنبي للا يقول: ((إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ الشَّمْسَ في الظَّهِيرَةِ، لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ، وَكَمَا تَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ دُونَهُ سحاب.] أخرجه البخاري من حديث جرير، ومسلم من حديث أبي هريرة[.
قوله: ((يَرَاهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ بِأَبْصَارِهِمْ)) يعني: أنّ الله يمكِّن أهلَ الجنة من رؤية وجهه سُبْحَانَةُ وَتَعَالَى، وسماع كلامه على سبيل الإكرام لهم، ويُمنع ذلك عن الكفار كما قال تعالى: ﴿كَلَّا إِنَّهُمْ عَن رَّبِِّمْ يَوْمَئدأَّحْجُوبُونَ﴾ [المطففين: ١٥].
Dan bahwa Dia, Yang Maha Suci dan Maha Agung, akan terlihat di akhirat. Para penghuni surga akan melihat-Nya dengan mata kepala mereka dan mendengar firman-Nya kapan pun Dia kehendaki.
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Menetapkan melihat Allah di akhirat adalah akidah Ahlussunnah wal Jamaah, tidak seperti Mu'tazilah dan mereka yang mengikuti pemahaman mereka. Mereka tidak mengakui melihat Allah di akhirat, meskipun Allah telah menegaskannya dalam Kitab-Nya, di mana Dia berfirman: "Wajah-wajah di hari itu berseri-seri, melihat kepada Tuhan mereka" (Qiyamah: 22-23).
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat matahari di siang hari, tanpa awan di antaranya, dan sebagaimana kalian melihat bulan di malam purnama, tanpa awan di antaranya." (HR. Al-Bukhari dari hadits Jarir, dan Muslim dari hadits Abu Hurairah).
Pernyataan beliau: ((Penghuni surga akan melihat-Nya dengan mata kepala mereka)) berarti bahwa Allah akan memampukan penghuni surga untuk melihat wajah-Nya, Maha Suci Allah, dan mendengar firman-Nya sebagai cara untuk memuliakan mereka, dan hal itu akan terhalang dari orang-orang kafir, sebagaimana Allah ta’aala berfirman: Sesungguhnya mereka akan terhalang dari Tuhan mereka pada hari itu. [Al-Mutaffifin: 15]
الجنة حق والنارحق
وَالجُنَّةُ حَقٌٍّ، وَالنَّارُ حَقٌّ.
التعليق:
أي: من أنواع الإيمان: الإيمان بالجنة والنار، وأنهما موجودتان، وأنهما مخلوقتان لا تفنيان أبدا، فالجنة ثوابٌ لأوليائه، والنار عقابٌ لأهل معصيته إلا من رحم الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، أي أن لكل منهما أهلا، فأهل الجنة المؤمنون المتقون، وأهل النار الكافرون والمنافقون.
Surga itu benar, dan Neraka itu benar.
Surga itu benar, dan Neraka itu benar.
❦ Penjelasan:
Artinya, di antara jenis-jenis iman adalah keyakinan akan Surga dan Neraka, bahwa keduanya ada, bahwa keduanya diciptakan dan tidak akan pernah binasa. Surga adalah pahala bagi para wali-Nya, dan Neraka adalah hukuman bagi orang-orang yang durhaka kepada-Nya, kecuali bagi orang-orang yang dirahmati Allah, Subhanahu wa Ta'ala. Artinya, masing-masing memiliki penghuninya sendiri. Penghuni Surga adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, sedangkan penghuni Neraka adalah orang-orang yang kafir dan munafik.
الصراط حق
وَالصَّرَاطُ حَقٌّ.
التعليق:
الصراط: هو الجسر الممدود على نار جهنم، يمر عليه الموحدون على قدْر أعمالهم، ويسقط فيه من سقط، وهو تجسيدٌ للصراط المعنوي في الدنيا الذي أشار الله إليه بقوله: ﴿وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَبِعُوهُ﴾ [الأنعام: ١٥٣]، فمنْ ثبت على الصراط المعنوي في الدنيا، ثبّته الله على الصراط الحسي يوم القيامة بمعنى: أنه
يمر عليه لا يجد في ذلك مشقةً، قال تعالى: ﴿وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمَا مَّقْضِيًّا ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ انَّقَوا وَنَذَرُ الظَّالِينَ فِيهَا جِئِيًّا﴾ [مريم: ٧١-٧٢].
Shirath itu benar.
❦ Penjelasan:
Sirath adalah jembatan yang membentang di atas api Neraka. Ahli Tauhid akan melewatinya sesuai dengan amal mereka, dan siapa pun yang terjatuh akan terjatuh. Ini adalah perwujudan jalan maknawi di dunia ini, yang Allah sebutkan dalam firman-Nya: "Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia." [Al-An'am: 153] Barangsiapa yang teguh di jalan maknawi di dunia ini, Allah akan menguatkannya di jalan fisik pada Hari Kiamat, artinya ia akan melewatinya tanpa mengalami kesulitan apa pun. Allah ta’aala berfirman: " Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut." [Maryam: 71-72]
[الميزان حق]
((وَالْمِيزَانُ حَقٌٍّ لَهُ كِفَّتَانٍ))
التعليق:
الميزان توزن فيه أعمال العباد؛ حسنُها وسيّئها، وله لسانٌ، فتوضع الحسنات في كِفة، والسيئات في كفَّة؛ قال تعالى: ﴿وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذِ الحُقُّ فَمَن تَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ المَّفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُم بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ﴾
[الأعراف: ٨-٩]، وقال تعالى: ﴿فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ المَُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ في جَهَنَّمَ خَالِدُونَ . تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَاِلِحُونَ﴾
[المؤمنون: ١٠٢-١٠٤]
((Dan Mizan itu Benar; ia memiliki dua wadah.))
❦ Penjelasan:
Neraca itu menimbang amal para hamba, baik yang baik maupun yang buruk. Ia memiliki lisan, sehingga amal baik diletakkan di satu wadah dan amal buruk di wadah yang lain. Allah ta’aala berfirman: {Dan timbangan pada hari itu adalah yang benar. Maka orang-orang yang berat timbangannya, merekalah orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang yang ringan timbangannya, merekalah yang merugikan diri mereka sendiri, disebabkan mereka selalu menzalimi ayat-ayat Kami.} [Al-A'raf: 8-9], dan Allah ta’aala berfirman: {Maka orang-orang yang berat timbangannya, merekalah orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang yang ringan timbangannya, merekalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri di [akhirat]} Di neraka Jahannam, mereka kekal. Wajah-wajah mereka akan hangus terbakar api neraka, dan mereka akan bersedih di dalamnya. (Al-Mu'minun: 102-104)
حوض النَِبِي ﷺ
((وَالْخُوْضُ المكَرَّمُ بِهِ نَِبِيُّنَا حَقٌّ))
التعليق:
أقول: دليله قولُ الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلٌّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ﴾ [الكوثر: ١-٣].
وقد أخبر النّبي ا أنّ الله أعطاه الحوض، طولُه كعِرضه، كلّ منهما مسافةَ شهرٍ، أبارِيقه عددَ نجومِ السّماء، ماؤه أبيض من اللّبن، وأحلى من العسل، منْ شرب منه شربةً لم يظمأ بعدها أبدًا. )كما رواه البخاري ومسلم ( والكوثر يصل إلى الحوض، وماؤه يمدّ الحوضَ.
((Dan telaga Nabi kita yang mulia itu benar))
❦ Penjelasan:
Aku berkata: Dalilnya adalah firman Allah ta’aala: {Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepadamu, [Muhammad], al-Kautsar. Maka salatlah karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya Orang-orang yang membenci kamulah yang terputus.} [Al-Kautsar: 1-3].
Nabi ﷺ mengabarkan kepada kami bahwa Allah memberinya sebuah telaga, yang panjang dan lebarnya sama, masing-masing sejauh jarak satu bulan. Kendi-kendinya sebanyak bintang di langit. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Barangsiapa meminumnya, ia tidak akan haus lagi selamanya. (Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim) Al-Kautsar mencapai telaga, dan airnya memenuhi telaga tersebut.
***
Mereka yang terhalang dari telaga: Ahlul bid’ah. Dari Abu Wail, dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari, no. 7049)
الشفاعة
((وَالشَّفَاعَةُ حَقٍّ))
التعليق:
وأقول: الشفاعة على العموم هي حق، ومنها ما يختص به النبي ، وهي ثلاث شفاعات:
أولها: الشفاعة في فصل القضاء، وهي التي تطلب إلى آدم، ثم نوح، ثم إبراهيم، ثم موسى، ثم عيسى، وكلهم يتنصلون منها، فإذا وصلت إلى النبي ا قال: ((أنا لها، أنا لها)، فيشفع في فصل القضاء.
الثاني: ثم یشفع أیضا في استفتاح باب اجنة، وهما تختصان به. الثالث: الشفاعة في تخفيف العذاب عن أبي طالب. وهناك شفاعات يشترك مع النبي فيها الرّسُل، والأنبياء، والشهداء، والصالحون، وهي الشفاعة في قوم اسْتحقوا دخول النار، فيشفع فيهم، فيُغفر لهم، ويدخلون الجنة، والشفاعة في قوم دخلوا النار، فيخرجون منها، والشّفاعة في رفعَة درجات أقوام في الجنَّة.
((Dan syafa’at itu benar))
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Syafa’at secara umum adalah benar, dan sebagiannya khusus untuk Nabi. Ada tiga jenis syafaat [khusus untuk Nabi]:
- Yang pertama adalah syafa’at [Udzma] dalam menentukan takdir, itulah yang diminta dari Adam, lalu Nuh, lalu Ibrahim, lalu Musa, lalu Isa, yang semuanya mengingkarinya. Ketika sampai kepada Nabi ﷺ, beliau berkata, "Aku bisa melakukannya, aku bisa melakukannya," dan dengan demikian beliau ﷺ bersyafaat dalam menentukan nasib Adam.
- Yang kedua adalah syafaat untuk membuka pintu surga, dan kedua hal ini khusus untuk beliau.
- Yang ketiga adalah syafaat untuk meringankan hukuman Abu Thalib.
Ada juga syafa’at yang lain yang dimiliki para Rasul, para Nabi, para syuhada, dan orang-orang saleh. Ini termasuk syafaat bagi orang-orang yang pantas masuk Neraka, sehingga mereka bersyafaat, maka mereka diampuni dan masuk Surga; syafaat bagi orang-orang yang telah masuk Neraka, sehingga mereka dibebaskan darinya; dan syafaat untuk meninggikan derajat manusia di surga.
****
Syafaat Nabi Muhammad ﷺ, termasuk bagi pelaku dosa besar, dan ini dingkari oleh kelompok Mu’tazilah dan Khawarij karena menurut mereka pelaku dosa besar adalah kekal di neraka.
[البعث حق]
((وَالبَعْثُ بَعْدَ الَمَوْتِ حَقٌٍّ ))
التعليق: البعث بعد الموت من أركان الإيمان، ولا يكون العبد مؤمنا باليوم الآخر إلا بذلك.
((Dan kebangkitan setelah kematian itu benar))
❦ Penjelasan:
Kebangkitan setelah kematian adalah salah satu rukun iman, dan seseorang tidak sah benar-benar beriman kepada Hari Akhir tanpa mengimaninya.
حكم أهل الكبائر في الآخرة
(وَأَهْلُ الكَبَائِرِ فِي مَشِيئَةِ اللهِ)
التعليق:
هذا مذهب أهل السنة والجماعة؛ لقوله: ﴿إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ، وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لَِن يَشَاءُ﴾ [النساء: ١١٦]. فمن شاءالله أن یغفر له منهم، غفر له، ومن شاء أن يعاقبه، عاقبه، ثمّ يدخل الجنة بعد أن يُنقّي، ثم تكون نهايته إلى الجنة.
Hukum Para Pelaku Dosa Besar di Akhirat
Dan para pelaku dosa besar itu ada pada kehendak Allah ta’aala.
❦ Penjelasan:
Inilah akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, berdasarkan pernyataan: " Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” [An-Nisa': 116] Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk mengampuninya, Dia mengampuni, dan barangsiapa yang Dia kehendaki untuk menyiksa, Dia menyiksanya. Kemudian, mereka masuk Surga setelah disucikan, dan tempat kembali mereka adalah Surga.
حكم أهل القبلة والعصاة
وَلَا نُكَفِّرُ أَحَدًا مِنْ أَهْلِ القِبْلَةِ بِذَنْبِهِ، وَنَكِلُ سَرَائِرَهُمْ إِلَى للّهِ.
التعليق:
هذه عقيدة أهل السنة والجماعة، وتخالفهم الخوارج الذين يكفرون بالكبائر، ويوجبون الحُلود في النار على أصحابها، ويُنكرون الشفاعة، وقد قال النبي ا عن الخوارج بأنهم («يَمرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقُ السَّهمِ مِنَ الرَّمِيَّة))، وقال: ((لَأِن أَدرَكتُهُم لَأَقْتْلَنَّهُم قَتلَ عَادٍ)»٨،
وقال: ((أَينَمَا لَقِيتُمُوهُم فَاقتُلُوهُم))٩، وقال: ((شَرُّ قَتلَى عَلَى وَجهِ الأَرْضِ)١٠.
وقال: ((طُوبَى ِمَنْ قَتَلَهُم أَو قَتَلُوهُ))١١، وبهذا تبين أن الخوارج من شرار المبتدعة، وأن الواجب على ولاة الأمور تتبُّعهم، وإقامة شرع الله عليهم، ومنعهم من الإخلال بالأمن، وإخافة الناس، وبالله التوفيق.
_______
٨ رواه البخاري ومسلم من حديث أبي سعيد الخدري.
٩ أخرجه البخاري من حديث علي بن أبي طالب.
١٠ رواه الترمذي من حديث أبي أمامة بلفظ: (شَرُّ قَتلَى تَحتَ أَديم السَّمَاءِ).
١١ أخرجه البيهقي.
Kami tidak mengkafirkan seorang pun dari Ahli Kiblat karena dosa-dosa mereka, dan kami serahkan rahasia mereka kepada Allah.
❦ Penjelasan:
Inilah akidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Mereka ditentang oleh kaum Khawarij, yang mengkafirkan orang-orang yang melakukan dosa besar, mewajibkan pelakunya dibakar di Neraka, dan mengingkari pemberian syafaat. Nabi ﷺ bersabda tentang kaum Khawarij, "Mereka akan keluar dari agama sebagaimana anak panah keluar dari busurnya."
Beliau bersabda, "Jika aku menjumpai mereka, aku akan perangi mereka sebagaimana terbunuhnya suku 'Ad." 8
Beliau juga bersabda, "Di mana pun kalian bertemu mereka, perangilah mereka." 9
Beliau juga bersabda, "Mereka adalah orang-orang terburuk yang terbunuh di muka bumi."10
Beliau juga bersabda, "Berbahagialah orang yang membunuh mereka atau dibunuh oleh mereka." 11
Hal ini menunjukkan bahwa kaum Khawarij termasuk di antara para pelaku bid'ah yang paling buruk, dan bahwa adalah kewajiban para penguasa untuk waspada kepada mereka dan menegakkan hukum Allah atas mereka. Dan mencegah mereka mengganggu kedamaian dan menakut-nakuti manusia. Dan dengan taufik dari Allah.
وجوب طاعة أئمة المسلمين
((وَنُقِيمُ فَرْضَ الجِهَادِ وَالحَج مَعَ أَئِمَّةِ المُسْلِمِينَ في كُلِّ دَهْرٍ وَزَمَانٍ)).
التعليق:
هذه عقيدة أهل السنة والجماعة، يرون وجوب طاعة أئمة المسلمين بالصلاة وراءهم في الجمع والجماعات والأعياد، وأداء الزكاة إليهم، والجهاد معهم حتى وإن كانوا جائرين، والحج معهم، أي: متابعتهم فيه، بل يرون طاعة كل بر وفاجر من أئمة المسلمين.
Kewajiban Menaati Pemimpin Umat Islam
(Dan Kami tetapkan kewajiban jihad dan haji dengan para pemimpin umat Islam di setiap zaman dan masa.)
❦ Penjelasan:
Ini adalah akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Mereka meyakini wajibnya menaati para pemimpin umat Islam dengan shalat di belakang mereka pada hari Jumat, shalat berjamaah, dan hari raya, membayar zakat kepada mereka, berjihad bersama mereka meskipun mereka zalim, dan berhaji bersama mereka—yakni mengikuti mereka dalam ibadah haji. Sungguh, mereka meyakini wajibnya menaati setiap pemimpin umat Islam, baik yang shalih maupun yang zalim.
حكم الخروج على ولاة الأمرْ
وَلا نَرَى الخُرُوجَ عَلَى الأَئِمَّةِ، وَلَا الْقِتَالَ فِي الفِتْنَةِ، وَنَسْمَعُ وَنُطِيعُ لمن وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَنَا، وَلَا نَنْزِعُ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ، وَنَشَبعُ السُّنَّةَ وَالْجمَاعَةَ، وَنَجتَنِبُ الشذُوذَ وَالْخِلَافَ وَالفُرْقَةَ.
التعليق:
هذه عقيدة أهل السنة والجماعة التي دلت عليها الأدلة من كتاب الله وسنة رسول الله ، فالله يقول: ﴿يَأَيُّهَا الَّذِينَ مَا مَنُوا أَطِيعُوا اللهَ أَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ﴾ [النساء: ٥٩].
والنبي يقول كما في حديث عبادة بن الصامت قال: ((دَعَانَا رَسولُ اللهِ، فَبَايَعنَاهُ عَلَى السَّمعِ وَالطَّاعَةِ في العُسرِ وَاليُسرِ، وَالَمَنْشَطِ وَالَمَكْرَهِ، وَأَلَّا نُنَازِعَ الأَمرَ أَهلَهُ، وَأَن نَقُولَ بِالحَقِّ أَينَمَا كُنَّا، لَا نَخَافُ في اللهِ لَومَةَ لائِمٍ)).) أخرجه البخاري ومسلم(.
فقتال ولاة الأمر ومنازعتهم سلطانَهم هو من الفتنة، ويجب على الناس طاعةُ ولي الأمر، وألا ينزعوا يدا من طاعة. والأدلة دالة على ذلك، من أرادها راجَعها من مظانها؛ ككتاب الإمارة في صحيح مسلم، وكتاب الفتن والأحكام في صحيح البخاري، وكتاب السنة في
سنن أبي داود، والمقدمة في سنن ابن ماجه، وغير ذلك من كتب الآثار؛ ككتاب الاعتصام، والإبانة الصغرى والكبرى لابن بطة، وشرح السنة للالكائي، والشريعة للآجري، وغير ذلك من الكتب المعروفة، هذه كلها فيها ما يكفي ويشفي، فعلى طلاب العلم قراءتها
والأخذ بما جاء فيها، وبالله التوفيق.
Kami meyakini tidak boleh memberontak terhadap para Imam, dan tidak pula pada pemberontakan di masa fitnah. Kami mendengarkan dan menaati siapa pun yang telah Allah tunjuk untuk memimpin kami, dan kami tidak akan menarik tangan kami dari ketaatan. Kami berpegang teguh pada Sunnah dan Jamaah, dan kami menghindari penyimpangan, perselisihan, dan perpecahan.
❦ Penjelasan:
Ini adalah akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, sebagaimana dijelaskan oleh Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." [An-Nisa’: 59] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sebagaimana dalam hadits Ubadah bin al-Samit: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memanggil kami, dan kami telah berbaiat kepadanya untuk mendengar dan taat di kala lapang maupun sempit, di kala lapang maupun sempit, tidak berselisih pendapat dengan penguasa, dan selalu berkata jujur di mana pun kami berada, tanpa takut akan celaan orang yang mencela.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Memerangi penguasa dan memperdebatkan kekuasaan mereka merupakan fitnah (ujian), dan manusia wajib menaati penguasa dan tidak meninggalkan ketaatan. Dalil-dalil menunjukkan hal ini. Siapa pun yang menginginkannya, hendaklah merujuk pada sumber-sumbernya, seperti Kitab Kepemimpinan dalam Shahih Muslim, Kitab Fitnah dan Hukum dalam Shahih al-Bukhari, Kitab Sunnah dalam Sunan Abi Dawud, dan Pengantar dalam Sunan al-Mulk. Ibnu Majah dan kitab-kitab hadis lainnya, seperti Kitab al-I'tisam, al-Ibanah al-Sughra wa al-Kubra karya Ibnu Battah, Syarah al-Sunnah karya al-Alka'i, al-Syariah karya al-Ajurri, dan kitab-kitab terkenal lainnya, semuanya mengandung informasi yang memadai dan memuaskan. Oleh karena itu, para penuntut ilmu hendaknya membacanya dan mengamalkan apa yang tercantum di dalamnya. Dan dengan taufik dari Allah.
الفرقة شر
((وَنَجْتَنِبُ الشُّذُوذَ، وَالخِلَافَ، وَالفُرْقَةَ))
التعليق:
وأقول: واجب على المسلمين اجتناب هذه الأمور.١٣
***
١٣ قال الإمام أبو جعفر الطحاوي رَحِمَةُ اللهُ في عقيدته: ((ونتبع السُّنَّة والجماعة، ونجتنب الشذوذ، والخلاف، والفرقة».
(Dan kami menjauhi penyimpangan, perselisihan, dan perpecahan)
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Wajib bagi umat Islam untuk menjauhi hal-hal ini. (Imam Abu Ja'far al-Tahawi rahimahullah berkata dalam syahadatnya: ((Dan kami mengikuti Sunnah dan jamaah, dan kami menjauhi penyimpangan, perselisihan, dan perpecahan.))
[الجهاد ماض إلى قياع الساعة]
(وَأَنَّ الْجِهَادَ مَاضٍ مُنْذُ بَعَثَ اللهُ نَبِيَّهُ إلَى قِيَامِ السَّاعَةِ مَعَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ)).
التعليق:
قوله: ((والجهاد ماض)) أقول: الجهاد مع الإمام إذا قام بالقتال على الكفار أو ناوأه أحد من المسلمين، وأراد الخروج عليه، وجب علينا أن ننصره، ونقاتل معه.
Jihad akan terus berlanjut hingga Hari Kiamat
Dan jihad itu akan terus berlanjut sejak Allah mengutus Nabi-Nya, hingga Hari Kiamat, bersama para pemimpin kaum Muslim yang berwenang..
❦ Penjelasan:
Pernyataannya: ((Dan jihad akan terus berlanjut)) Saya katakan: Jihad itu bersama pemimpin jika ia bangkit memerangi orang-orang kafir atau jika seorang Muslim menentangnya dan berniat memberontak terhadapnya, maka wajib bagi kita untuk mendukung pemimpin dan berjuang bersamanya.
[الحج ماض مع إمام المسلمين]
((وَالحَجَّ كَذَلِكَ))
التعليق :أي: نحج بقيادته. )قال الإمام البربهاري رَحِمَةُ اللهُ في شرح السنة: ((والحج والغزو مع الإمام ماض)).
Haji dilaksanakan di bawah kepemimpinan Imam kaum Muslimin
Dan haji pun demikian.
❦ Penjelasan:
Yaitu, melaksanakan haji di bawah kepemimpinannya. Imam Al-Barbahari (rahimahullah) berkata dalam Syarah as-Sunnah: ((Dan haji dan penaklukan militer dilaksanakan di bawah kepemimpinan Imam.))
دفع الصدقات إلى ولاة الأمر
((وَدَفْعَ الصَّدَقَاتِ مِنَ السَّوَائِمِ إِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْ أَئِمَّةِ المُسْلِمِينَ)).
التعليق: وأقول: يجب على المسلمين دفع زكواتهم إلى أولي الأمر، ولا يجوز دفعها إلى غيرهم، بل الواجب دفع الزّكاة إلى ولي الأمر ومن يُنيبه.
Membayar Zakat kepada Penguasa
Dan membayar zakat kepada penguasa di antara para pemimpin kaum Muslimin.
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Umat Muslim wajib membayar zakat mereka kepada penguasa, dan tidak boleh membayarnya kepada siapa pun. Akan tetapi, zakat wajib dibayarkan kepada penguasa dan orang yang ditunjuknya.
[الحكم على الناس بظواهرهم]
((وَالنَّاسُ مُؤْمِنُونَ فِي أَحْكَامِهِمْ وَمَوَارِيثِهِمْ، وَلَا نَدْرِي مَا هُمْ عِندَ اللهِ))
التعليق:
وأقول: أي نحكم لهم بالإسلام، ونُجري لهم أحكام المواريث؛ كل يرث قريبه؛ فالواجب أن نعتبر الناس مؤمنين، ولا يجوز أن نحكم على أحد منهم بالكفر إلا بأمر واضح كالشَّمْس بأن
يرتد عن دینه، وكذلك هذه الأحكام تجري علیهم في مواريثهم بأن نُورث بعضهم من بعض، ولا يجوز أن نحكم على أحد منهم بجنة أو نار؛ لأنا لا ندري ما لهم عند الله، فلا نحكم بالجنة إلا لمن حكم له رسول الله بذلك، ولا نحكم بالكفر إلا لمن علمنا أنه مات عليه.
Menilai Manusia Berdasarkan Dzahirnya
(Dan manusia [secara dzahir] dianggap beriman dalam hukum dan warisan mereka, dan kami tidak mengetahui hakekat mereka di sisi Allah.)
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Yaitu, kami menilai mereka sebagai Muslim dan menerapkan hukum-hukum waris kepada mereka; masing-masing mewarisi dari kerabatnya. Oleh karena itu, wajib bagi kami untuk menilai manusia sebagai orang-orang yang beriman, dan tidak boleh menilai seseorang di antara mereka sebagai orang-orang kafir kecuali dengan perintah yang jelas dan nyata agar mereka meninggalkan agama mereka. Demikian pula, hukum-hukum ini berlaku bagi mereka dalam hal warisan mereka, dengan menetapkan sebagian dari mereka mewarisi sebagian yang lain. Tidak boleh menilai seseorang di antara mereka masuk surga atau neraka, karena kami tidak mengetahui apa kedudukan mereka di sisi Allah. Kami tidak menilai surga kecuali bagi orang-orang yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, dan kami tidak menilai orang-orang kafir kecuali bagi orang-orang yang kami ketahui telah meninggal dunia di dalamnya.
ادعاء كمال الإيمان
فَمَنْ قَالَ: إِنَّهُ مُؤْمِنٌ حَقًّا فَهُوَ مُبْتَدِعٌ، وَمَنْ قَالَ: هُوَ مُؤْمِنٌ عِنْدَ اللهِ فَهُوَ مِنَ الكَاذِبِينَ، وَمَنْ قَالَ: هُوَ مُؤْمِنٌ بِاللهِ حَقًّا فَهُوَ مُصِيبٌ.
التعليق:
أقول: هذه الفقرات، وبالأخص الأولى والثالثة عليها ملاحظة، إذ إنّ الثالثة هي الأولى، وقد حكم المؤلف على من قال الأولى: إنّه مبتدع، ومن قال الثالثة: إنّه مصيب.
والمعروف أنّ الذي ينبغي للمسلم أن يقول: أنا مؤمن إن شاء الله، أو أرجو أني مؤمن تجنبا لتزكية الإنسان نفسه.
وإذا علم الإنسان من نفسه الإيمان، فله أن يقول ذلك، كما قال حنظلة لأبي بكر: إنا نكون عند النبي ، فيحدثنا عن الآخرة حتى كأنها رأي عين، فإذا خرجنا عافسنا الزوجات، ولاعبنا الأولاد، وباشرنا الضيعات، فينقص ما عندنا من الإيمان، وقد خفت على نفسي النفاق، فقال أبو بكر: والله، إنا لنجد ذلك، ثم قال: انطلق بنا إلى رسول الله ، فلمَّا وصلوا إلى النبي أخبره حنظلة كما قال لأبي بكر، وقال: إنه خاف على نفسه النفاق. فقال له النبي ل: («يَا حَنظَلَة، لَو كُنتُمْ عَلَى الحَالِ الَّتِي تَكُونُونَ عَلَيهَا عِندِي لَصَافَحَتْكُم المَلَائكةُ في
طُرُقِكُم، وَعَلَى فُرُشِكُم، وَلَكِن سَاعَة وَسَاعَة يَا حَنظَلَةُ)). أخرجه مسلم.
فأقول: إنّ المسلم يجوز له أن يخبر عن نفسه بأنه مؤمن، ولكن الأولى أن يأتي بالاستثناء (إن شاء الله) حتى لا يكون مدعيا لكمال الإيمان.
Mengaku Beriman Secara Sempurna
Barangsiapa yang mengatakan, "Dia seorang mukmin sejati," adalah seorang ahli bid'ah. Barangsiapa yang mengatakan, "Dia seorang mukmin di sisi Allah," adalah seorang pendusta. Barangsiapa yang mengatakan, "Dia seorang mukmin kepada Allah," adalah benar.
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Paragraf-paragraf ini, terutama yang pertama dan ketiga, patut dicatat, karena yang ketiga adalah seperti yang pertama, dan penulis telah menilai mereka yang mengatakan yang pertama sebagai bid'ah, dan mereka yang mengatakan yang ketiga sebagai benar.
Sudah diketahui umum bahwa yang seharusnya dikatakan seorang Muslim adalah, "Saya seorang mukmin, Insya Allah," atau "Saya berharap saya seorang mukmin," untuk menghindari pujian diri.
Jika seseorang tahu bahwa ia beriman pada dirinya sendiri, ia dapat mengatakannya, sebagaimana yang dikatakan Hanzala kepada Abu Bakar: “Kami bersama Nabi, dan beliau berbicara kepada kami tentang akhirat seolah-olah kami melihatnya dengan mata kepala sendiri. Namun ketika kami keluar, kami mengurus istri-istri kami, bermain dengan anak-anak kami, dan mengelola ladang, sehingga iman kami pun menurun. Aku takut aku menjadi munafik.” Abu Bakar berkata: “Demi Allah, kami juga seperti hal itu.” Kemudian beliau berkata: “Mari kita pergi menemui Rasulullah.” Ketika mereka tiba di hadapan Nabi, Hanzala menceritakan apa yang telah beliau katakan kepada Abu Bakar, dan mengatakan bahwa beliau khawatir Abu Bakar akan menjadi munafik. Nabi berkata kepadanya: “Wahai Hanzala, seandainya engkau berada dalam keadaan seperti saat aku bersamamu, para malaikat akan menyambutmu di jalan dan di tempat tidurmu. Namun, sesekali, wahai Hanzala.” (HR. Muslim).
Saya katakan: Boleh saja bagi seorang muslim menyatakan dirinya beriman, akan tetapi lebih baik jika ia membuat pengecualian (insya Allah) agar ia tidak mengaku beriman secara sempurna.
[المرجئة مبتدعة ضلّال]
((وَالْمَرْجِيَّةُ مُبْتَدِعَةٌ ضُلَالٌ))
التعليق:
أقول: المرجئة هم الذين أرجئوا الأعمال وأخروها عن اسم الإيمان، مع أن الأعمال هي من مسمى الإيمان، فالإيمان: قول باللسان، واعتقاد بالقلب، وعمل بالجوارح، لا يتم إيمان عبد إلا
بذلك كله، لكن المرجئة أخروا العمل، وزعموا أن مجرد التصديق يكفي، وزعموا أن الإيمان لا يزيد ولا ينقص، وأقوالهم هذه أقوال مبتدعة؛ إذ إنَّهم يزعمون أن إيمان الواحد منهم كايمان جبريل وأبي بكر، وهذا كلامٌ باطل، وادعاء مردود، لذلك فهم مبتدعة ضلّال.
Kaum Murji'ah adalah Ahlul bid'ah yang Sesat
(Dan kaum Murji'ah adalah orang-orang yang melakukan bid'ah dan sesat.)
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Kaum Murji'ah adalah mereka yang menunda-nunda amal dan mengesampingkannya dari konsep iman, padahal amal merupakan bagian dari konsep iman. Iman adalah: ucapan lisan, keyakinan hati, dan amal anggota badan. Iman seseorang tidak sempurna tanpa semua ini. Akan tetapi, kaum Murji'ah menunda-nunda amal dan mengklaim bahwa iman saja sudah cukup. Mereka mengklaim bahwa iman tidak bertambah dan tidak berkurang. Pernyataan mereka sesat, karena mereka mengklaim bahwa iman masing-masing dari mereka seperti iman Jibril dan Abu Bakar. Ini adalah pernyataan yang salah dan klaim yang tertolak. Oleh karena itu, mereka adalah orang-orang yang melakukan bid'ah dan sesat.
[القدرية مبتدعة ضلال]
((وَالقَدَرِيَّةُ مُبْتَدِعَةٌ ضُلَّالٌ))
التعليق:
أقول: القدرية ينقسمون إلى: قدرية نفاة، وقدريّة غلاة. القدرية النفاة هم الذين يقولون: لا قدر، ويزعمون أن الله لم يقدرالكفر والمعاصي، وهؤلاء مبتدعون ضلال، وقد أخذ بهذه النحلة عمرو بن عبيد القدري، وواصل بن عطاء، وتبعهم على ذلك كثيروكثير، وأما القدرية الغلاة فهم الذين زعموا أنّ العبد مجبور على السعادة والشقاوة، والكفر والإيمان، وكلا المذهبين باطل، وأهله ضلال.
Kaum Qadariyyah adalah Ahlul bid'ah yang Sesat
(Dan kaum Qadariyyah adalah orang-orang yang melakukan bid'ah dan sesat.)
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Kaum Qadariyyah terbagi menjadi: kaum Qadariyyah yang mengingkarinya dan kaum Qadariyyah ekstrem. Kaum Qadariyyah yang mengingkarinya adalah mereka yang mengatakan: Tidak ada takdir, dan mereka mengklaim bahwa Allah tidak menakdirkan kekafiran dan dosa. Mereka adalah para ahli bid'ah yang sesat. Amr bin Ubaid al-Qadari dan Wasil bin Ata' menganut pandangan ini, dan banyak lainnya mengikuti mereka dalam hal ini. Adapun kaum Qadariyyah ekstrem, mereka adalah mereka yang mengklaim bahwa manusia ditakdirkan untuk bahagia dan sengsara, untuk kekafiran dan iman. Kedua doktrin tersebut salah, dan para penganutnya sesat
علم الله سابق
وَمَنْ أَنْكَرَ مِنْهُمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا يَكُونُ قَبَلَ أَنْ يَكُونَ فَهُوَ كافر.
التعليق:
أقول: من نفى العلم (أي: علم الله بالمقادير) فهو كافر، لهذا جاء عن السلف أنهم قالوا: ((جادلوهم بالعلم، فإن نفوه فقد كفروا..
وعقيدة أهل السنة والجماعة أن الله يعلم ما كان، وما يكون، وما لم يكن لو كان كيف يكون، وما شاء كان، وما لم يشأ لم يكن، هذه عقيدة أهل الحق، ومن قال خلاف ذلك فقد ضلّ.
Ilmu Allah yang Maha Mengetahui Mendahului Segala Sesuatu Sejak Dulu
Dan barangsiapa di antara mereka yang mengingkari bahwa Allah mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadi, maka ia kafir.
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Barangsiapa yang mengingkari ilmu (yaitu, pengetahuan Allah tentang takdir) maka ia kafir. Karena itulah para Salaf (generasi awal Muslim) berkata: "Berdebatlah dengan mereka dengan ilmu, karena jika mereka mengingkarinya, maka mereka telah kafir."
Akidah Ahlussunnah wal Jamaah adalah bahwa Allah mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi. Apa pun yang Dia kehendaki pasti akan terjadi, dan apa pun yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi. Inilah akidah orang-orang yang benar. Barangsiapa yang mengatakan sebaliknya, maka ia telah sesat.
الجهمية كفار
((وَأَنَّ الجَهْمِيَّةَ كُفَّارٌ)).
التعليق :أقول: قد ذهب إلى هذا كثير من أهل العلم، فحكموا على الجهمية بأنهم كفار، حتى إن بعضهم أخرجهم من فرق أمة الإجابة.
(Dan kaum Jahmiyah adalah kafir)
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Banyak ulama yang menganut pandangan ini, memutuskan bahwa kaum Jahmiyah adalah kafir, sampai-sampai beberapa ulama bahkan mengecualikan mereka dari firqah-firqah Umat yang selamat.
الرافضة ضلال
((وَأَنَّ الرَّافِضَةَ رَفَضُوا الإِسْلَامَ))
التعليق:
الرافضة: هم الّذين يسبون أصحاب رسول الله ، وأوّل من سماهم الرافضة زيد بن علي حين خرج بالكوفة، فخرجوا معه، فسألوه عن أبي بكر وعمر، فأثنی علیهم خيرا، فتركوه عند ذلك، فقال: رفضتموني، فسموا رافضة من حينئذ.
Dan kaum Rafidah telah mengingkari Islam.
❦ Penjelasan:
Kaum Rafidah adalah mereka yang menghina para sahabat Rasulullah. Orang pertama yang menyebut mereka Rafidah adalah Zaid bin Ali ketika beliau berangkat ke Kufah. Mereka pergi bersamanya dan bertanya tentang Abu Bakar dan Umar. Beliau memuji mereka, tetapi mereka meninggalkannya. Beliau kemudian berkata, "Kalian telah mengingkariku." Mereka kemudian disebut Rafidah.
الخوارج ضلال
((وَالخَوَارِجَ مُرَّاقٌ)).
التعليق:
أي: أن الخوارج مارقون عن الإسلام، وخارجون عنه، وقدتقدم الكلام فيهم.
(Dan kaum Khawarij adalah orang-orang yang murtad.)
❦ Penjelasan:
Artinya, kaum Khawarij adalah orang-orang yang murtad dari Islam dan telah meninggalkannya. Kita telah membahas kasus mereka.
من قال القرآن مخلوق كفر
وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ القُرْآنَ َخْلُوقٌ فَهُوَ كَافِرُ بِاللَّهِ العَظِيمِ كُفْرًا يَنقُلُ عَنِ الِلَّةِ، وَمَنْ شَكٌّ في كُفْرِهِ يِمَّنْ يَفْهَمُ فَهُوَ كَافِرٌ.
التعليق:
أقول: صرّح السلف منهم الإمام أحمد وغيره بأن من قال: ((القرآن مخلوق، فهو كافر)). والكفر هنا مراد به كفر يخرج من الملة؛ لأنه كذّب الله في خبره حيث إنّ الله أخبر أن القرآن كلامه في آيات كثيرة، منها قوله: ﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرُهُ حَتَّى
يَسْمَعَ كَلَامَ اللهِ﴾ [التوبة: ٦].
والآيات الدالة على أنّ القرآن كلام الله، وأن الله يتكلم، آيات كثيرة، منها قوله: ﴿قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا﴾ [الكهف: ١٣٩].
Barangsiapa yang mengatakan Al-Qur'an itu makhluk, maka ia kafir.
Barangsiapa yang mengklaim bahwa Al-Qur'an itu makhluk, maka ia kafir kepada Allah ta’aala, suatu kekafiran yang diatributkan kepada Allah. Barangsiapa yang meragukan kekafirannya, padahal ia memahaminya, maka ia kafir.
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Para salaf, termasuk Imam Ahmad dan lainnya, secara tegas menyatakan bahwa siapa pun yang mengatakan, "Al-Qur'an itu makhluk," adalah seorang kafir. "Kekafiran" di sini berarti kekafiran yang mengeluarkan seseorang dari Islam, karena ia telah berdusta tentang firman Allah, sebagaimana Allah telah menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah firman-Nya dalam banyak ayat, termasuk firman-Nya: "Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah." (At-Taubah: 6).
Banyak ayat yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah dan bahwa Allah berfirman, di antaranya ayat berikut: “Katakanlah: ‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.’” (Al-Kahfi: 139).
حكم المتوففة في القرآن
وَمَنْ شَكٍّ فِي كَلَامِ اللَّهِ تَبَارَكَ، فَوَقَفَ شَاكًا فِيهِ، يَقُولُ: لَاأَدْرِي مَخْلُوقٌ أَوْ غَيْرُ مَخْلُوقٍ، فَهُوَ جَهْمِيٌّ، وَمَنْ وَقَفَ فِي القُرْآنِ جَاهِلًا، عُلِّمَ وَبُدِّعَ، وَلَمَْ يُكَفَّرْ، وَمَنْ قَالَ: لَفْظِي بِالْقُرْآنِ مَخْلُوقٌ، فَهُوَجَهْمِيٌّ، أَوْ القُرْآنُ بِلَفْظِي َخلُوقٌ، فَهُوَ جَهْمِيٌ.
التعليق:
أقول: لا يجوز للإنسان أن يقول لفظي بالقرآن مخلوق تحاشيا للاحتمال احاصل فیه، هكذا صرح الأئمة.
Hukum Orang yang Telah Mendiktekan Al-Qur'an
Barangsiapa yang meragukan Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tetap skeptis tentangnya, dengan mengatakan, "Aku tidak tahu apakah itu makhluk atau bukan," maka ia seorang Jahmīah. Barangsiapa yang tetap tidak mengetahui Al-Qur'an, ia diajari dan dinyatakan sebagai seorang bid'ah, tetapi bukan seorang kafir. Barangsiapa yang mengatakan, "Ucapanku terhadap Al-Qur'an itu makhluk," maka ia seorang Jahmī, atau "Al-Qur'an sebagaimana aku mengucapkannya itu makhluk," maka ia seorang Jahmī.
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Tidak boleh bagi seseorang untuk mengatakan bahwa ayat Al-Qur'an itu makhluk, untuk menghindari kemungkinan salah tafsir. Demikianlah yang telah dinyatakan oleh para imam.
علامة أهل البدع
((قَالَ أَبُو محَمَّدٍ: وَسَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ: وَعَلَامَةُ أَهْلِ البِدَعِ: الوَقِيعَةُ فِي أَهْلِ الأَثَرِ)».
التعليق:
بمعنى أن أهل البدع - في أي زمان كانوا - يكرهون أهل الحديث.
Abu Muhmmad berkata: Aku mendengar ayahku berkata: Tanda-tanda ahli bid'ah adalah celaann mereka terhadap para ahli hadist.
❦ Penjelasan:
Ini berarti bahwa para ahli bid'ah—di era mana pun—membenci para ahli hadis.
علامات الفرق الضالة
((وَعَلَامَةُ الزَّنَادِقَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ حَشَوِيَّةٌ، يُرِيدُونَ اِبْطَالَ الآثَارِ، قَالَ: وَعَلَامَةُ الجَهْمِيَّةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُشبِّهَةٌ، قَالَ: وَعَلَامَةُ القَدَرِيَّةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ الأَثَرِ مُجَبِرَةٌ، وَعَلَامَةُ الْمرْجِنَةِ تَسْمِيتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُخَالِفَةٌ وَنَقْصَانِيَّةٌ، وَعَلَامَةُ الرَّافِضَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ: ناصبة».
التعليق:
أقول: هو كما قال علامات أهل الأهواء ما ذكراه رحمهما الله.
Tanda-tanda orang-orang sesat adalah mereka menyebut ahli Sunnah sebagai Hasyawiyah [Orang pinggiran]. Mereka berusaha membatalkan hadits-hadits. Beliau bersabda: Tanda-tanda Jahmiyyah adalah mereka menyebut ahli Sunnah sebagai Mushabbihah. Beliau bersabda: Tanda-tanda Qadariyah adalah mereka menyebut ahli hadis sebagai Mujabirah. Tanda-tanda Murjiah adalah mereka menyebut ahli Sunnah sebagai Mukhalifih dan Naqsaniyyah. Tanda-tanda Rafidah adalah nama mereka, kaum Sunni, adalah "Nashibah."
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Sebagaimana tanda-tanda orang-orang sesat yang disebutkan oleh keduanya, semoga Allah merahmati mereka.
أهل السنة لهم اسم واحد
((لَا يَلْحَقُ أَهْلَ السُّنَّةِ إِلَّا اسْمٌّ وَاحِدٌ، وَيَسْتَحِيلُ أَنْ تَجْمَعَهُمْ هَذِهِ الأَسْمَاءُ)».
التعليق:
أقول: أهل السنة هم أهل السنة السائرون عليها، التابعون لها، المنافحون من أجلها، الذين يخالفون جميع الفرق المبتدعة الضالة، ويتبعون ما جاء في سنة رسول الله ا، وما درج عليه السلف الصالح من الصحابة والتابعين ومن بعدهم، نسأل الله أن يجعلنا منهم، وأن يثبتنا علي عقیدتهم، وأن يحشرنا في زمرتهم.
Ahlus Sunnah memiliki satu nama.
“Ahlus Sunnah tidak disebut kecuali dengan satu nama, dan mustahil nama-nama itu terkumpul pada Ahlus Sunnah.”
❦ Penjelasan:
Saya katakan: Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti, mengamalkan, dan mempertahankan Sunnah. Mereka menentang semua aliran sesat dan menyesatkan, serta berpegang teguh pada apa yang tercantum dalam Sunnah Rasulullah dan apa yang dipraktikkan oleh para salaf, para sahabat, para tabi’in, dan orang-orang setelah mereka. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami bagian dari mereka, agar kami teguh dalam keyakinan mereka, dan agar kami termasuk dalam golongan mereka.
هجر أهل البدع
((قالَ أَبُو مُحمَّدٍ: سَمِعْتُ أَبِي وَأَبًا زُرْعَةَ يَأُمُرَانِ بِهِجْرَانِ أَهْلِ البِدَعِ وَالزَّيْغِ، يُغَلِّظَانِ فِي ذَلِكَ أَشَدَّ التَّغْلِيطِ، وَيُنكِرَانِ وَضْعَ الكُتُبِ بِغَيْرِ آثَارِ)).
التعليق:
أقول: قد ورد عن السلف الأمر بهجران المبتدعة، وفي ذلك آثار كثيرة موجودة في الكتب التي سميناها سابقا، وبالله التوفيق.
Abu Muhammad berkata: Aku mendengar ayahku dan Abu Zur'ah memerintahkan untuk meninggalkan ahli bid'ah dan penyimpangan, dan mereka sangat tegas dalam hal ini, dan mereka mengingkari pembuatan kitab-kitab tanpa dalil.
❦ Penjelasan:
Aku katakan: Para Salaf memerintahkan untuk meninggalkan para ahli bid'ah, dan banyak dalil tentang hal ini dalam kitab-kitab yang telah kami sebutkan sebelumnya. Dan taufik itu dari Allah.
النهي عن مجالسة أهل الكلام
((وَيَنْهَيَانِ عَنْ مُجَالَسَةِ أَهْلِ الكَلَامِ، وَالنَّظَرِ في كُتُبِ المتكَلِّمِينَ، وَيَقُولَانِ: لَا يُفْلِعُ صَاحِبُ كَلامِ أَبَدًا).
Larangan Bertemu dengan Ahlul Kalam
Mereka berdua melarang duduk dengan ahlul kalam dan mempelajari kitab-kitab mereka, dan mereka berdua berkata: Tidak akan beruntung bersahabat dengan ahlul kalam selamanya.
[الخاتمة]
((قَالَ مُحمَّدٍ: وَبِهِ أَقُولُ أَنَا. وَقَالَ أَبُو عَليَّ بْنُ حُبَيْشِِ المُّقْرِى: وَبِهِ أَقُولُ. وَقَالَ شَيْخُنَا ابْنُ الْمُظَفَّرِ: وَبِهِ أَقُولُ. وَقَالَ شَيْخُنَا يَعْنِي (المُصَنِّف): وَبِهِ أَقُولُ)).١٦
***
١٦ تم إعداد هذه الرسالة المختصرة تعليقا على اعتقاد الرازيين، وقد نقلت كاملة من كتاب
"الفصل المبين من رب العالمين بالتعليق على أصل السنة واعتقاد الدين" للشيخ العلامة أحمد بن يحيى النجمي رحمه الله، طبعة منار الإسلام القاهرة. (الحمد لله أولا وآخرا ١٦ محرم ١٤٤٧)
((Abu Muhammad berkata: Dan aku juga mengatakan hal yang sama. Abu Ali bin Khubaish al-Muqri berkata: Dan aku juga mengatakan hal yang sama. Syekh kami Ibn al-Muzaffar berkata: Dan aku juga mengatakan hal yang sama. Syekh kami, maksudnya (penulis), berkata: Dan aku juga mengatakan hal yang sama. Demikian juga aku)).
***
Surat singkat ini disusun sebagai tafsir atas keyakinan kaum Razi. Surat ini diambil secara lengkap dari buku "Al-Fashlul Mubin Min Rabbil ’aalamiin bi Ta’liiqi ’alaa Ushulis Sunnah wa I’tiqadi diin" karya Syekh Ahmad bin Yahya al-Najmi, semoga Allah merahmatinya, yang diterbitkan di Manar al-Islam, Kairo. (Alhamdulillah) di awal dan di akhir, 16 Muharram 1447.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم