Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

Rahasia dibalik Taqdir

Kajian ilmiah tentang Hakikat Takdir

DAURAH QATAR KE-23
Bersama: Ustadz Ahmad Zainudin, Lc Hafidzahullah
Wakra, 16 Mei 2023 / 27 Syawal 1444

Rahasia dibalik Taqdir bermakna sesuatu yang belum dapat atau sukar diketahui seseorang tentang taqdir. Taqdir adalah ketentuan Allâh ﷻ yang berdasarkan ilmu Allâh ﷻ yang azali 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi yang ditulis di lauhul mahfudz berdasarkan kehendak dan ciptaan Allâh ﷻ.
 

Ringkasan kajian pada Daurah Qatar ke-23 yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin Al-Banjary Hafidzahullah

Setelah memuji Allâh Ta'ala dan bershalawat kepada Nabi ﷺ, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita. Judul kajian kita pada hari ini adalah Rahasia dibalik Taqdir. Rahasia bermakna sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain atau sesuatu yang belum dapat atau sukar diketahui seseorang.

Maka Rahasia dibalik Taqdir bermakna sesuatu yang belum dapat atau sukar diketahui seseorang tentang taqdir.



Taqdir adalah ketentuan Allâh ﷻ yang berdasarkan ilmu Allâh ﷻ yang azali 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi yang ditulis di lauhul mahfudz berdasarkan kehendak dan ciptaan Allâh ﷻ.

  • Beriman kepada takdir ada empat unsur :
[1] Beriman kepada ilmu Allah yang ajali sebelum segala sesuatu itu ada. Di antaranya seseorang harus beriman bahwa amal perbuatannya telah diketahui (diilmui) oleh Allah sebelum dia melakukannya.
[2] Mengimani bahwa Allah telah menulis takdir di Lauhul Mahfuzh.
[3] Mengimani masyi’ah (kehendak Allah) bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena kehendak-Nya.
[4] Mengimani bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu. Allah adalah Pencipta satu-satunya dan selain-Nya adalah makhluk termasuk amalan manusia.

Allâh ﷻ mengetahui segala sesuatu apa yang akan dan telah terjadi, maka mengukur segala sesuatu hanya dengan ilmu Allâh ﷻ yang azali. Seperti dalam menjawab kita telah diberi rezeki, tetapi kita masih bekerja, kita telah ditetapkan masuk surga dan neraka, tetapi kenapa kita beramal, dan seterusnya.

Puncak pertanyaan Taqdir adalah mengapa Allâh ﷻ ciptakan iblis? Kenapa Allâh ﷻ menciptakan babi, tetapi mengharamkannya, dan lainnya.... Ini akan terjawab pada pembahasan kali ini, biidzninallah.

Kenapa mempelajari takdir?

1. Taqdir merupakan bagian dari rukun iman. Rukun adalah inti dari sesuatu atau hal yang paling penting dari sesuatu. Atau sesuatu yang tidak sempurna kecuali dengannya.

Maka qadha dan qadar merupakan bagian dari inti iman. Atau iman tidak sempurna kecuali ada unsur takdir.

2. Syarat diterimanya amal yang merupakan bagian dari aqidah. Jika takdir menyimpang, tidak diterima amal ibadahnya.

  • 3. Agar terhindar dari penyimpangan aqidah mengenai takdir. Seperti:
    Qadariyah: kelompok yang meyakini bahwa Allah tidaklah mengetahui dan menetapkan takdir sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang, dan meyakini kalau perbuatan makhluk bukan Allah yang menciptakan.
  • Jabariyah: Kelompok yang meyakini bahwa Allah memaksa hamba untuk berbuat, tanpa punya pilihan.

Kaidah-kaidah Taqdir yang penting diketahui:

1. Perbuatan Allâh ﷻ adalah adil, penuh kasih sayang dan hikmah.

Dalam Alquran surah an-Nisa ayat 40, Allâh ﷻ berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۖ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah. Dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dari sisiNya pahala yang besar”.

'sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah’, berarti mustahil bagi Allah menzalimi seluruh makhluk ciptaannya. Kalaupun manusia diberikan musibah, hal itu bukan berarti Allah menzalimi manusia, karena pasti ada hikmah berdasarkan ilmu Allâh ﷻ yang azali. Allâh ﷻ berfirman :

لَا يُسْـَٔلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْـَٔلُوْنَ

Al-Anbiya ayat 23. Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.

2. Tidak boleh menisbatkan keburukan kepada Allâh ﷻ. Karena takdir Allâh ﷻ berdasarkan ilmu Allâh ﷻ yang azali. Ini merupakan murni kesempurnaan Allâh ﷻ.

Contoh Qishas atau potong tangan bagi pencuri. Atau had bagi pezina dan lainya.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : kebaikan dan keburukan termasuk manfaat dan mudharat, bukan pada perbuatan Allâh ﷻ karena perbuatan Allâh ﷻ seluruhnya kebaikan. Akan tetapi keburukan bagi makhluk-Nya, seperti potong tangan bagi pencuri adalah buruk baginya tetapi Allâh ﷻ menetapkan kebaikan pada dirinya. Karena perbuatan Allâh ﷻ adalah baik dan keburukan tidak dinisbatkan kepada Allâh ﷻ.

3. Memahami macam-macam keinginan Allâh ﷻ. Yaitu :

  • Iradah diniyyah syar'iyyah.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185:

يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

Ciri-cirinya:
1. Dicintai dan disukai Allâh ﷻ.
2. Tidak mesti terjadi kecuali jika ada kaitannya dengan Allâh ﷻ (Allâh ﷻ takdirkan).

Seperti Abu Bakar Radhiyallahu’anhu beriman kepada Allâh ﷻ, kita sholat lima waktu. Karena tidak semua orang beriman dan shalat.

  • Iradah kauniyyah qadariyah.

Ciri-cirinya:
1. Pasti terjadi.
2. Tidak mesti dicintai dan diridhai Allâh ﷻ.

Bolehkah bersandar kepada takdir?

  • Boleh dalam perkara-perkara yang musibah.
  • Boleh dalam maksiat yang sudah ditaubati.
  • Tidak boleh dalam maksiat yang sedang dikerjakan.

4. Pembahasan yang berkaitan dengan Sebab

  • Al-Qur'an ialah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Wahai manusia!Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS Yunus [10]: 57).

  • Madu adalah penyembuh

وَاَوْحٰى رَبُّكَ اِلَى النَّحْلِ اَنِ اتَّخِذِيْ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا وَّمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُوْنَۙ

Surat An-Nahl ayat 68. Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,

ثُمَّ كُلِيْ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ فَاسْلُكِيْ سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًاۗ يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ ۖفِيْهِ شِفَاۤءٌ لِّلنَّاسِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

69. kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.

  • Zam-zam adalah obat.

"Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zamzam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit." (HR Muslim).

  • Manfaat Kurma ajwa.

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan hadits dari Shahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau pernah bersabda.

مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ

“Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir”

5. Batasan akal dalam perkara taqdir:

Akal manusia tidak akan sanggup dengan ilmu Allâh yang luas, maka batasan akal adalah nash dari Al-Qur'an dan Assunnah.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم