Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam
Bukti Nyata Berbakti Kepada Orang tua
Bukti Nyata Berbakti Kepada Orang tua

Bukti Nyata Berbakti Kepada Orang tua

Birrul walidain adalah jihad yang paling tinggi. Padahal jihad adalah puncak amalan....

DAURAH QATAR KE-23
Bersama: Ustadz Ahmad Zainudin, Lc Hafidzahullah
Doha, 20 Mei 2023 / 30 Syawal 1444

Tidak ada manusia yang lebih wajib untuk berbakti kepadanya setelah berbakti kepada orang tua, tidak ada amalan yang pahalanya disegerakan di dunia selain berbakti kepada orang tua dan tidak ada dosa yang disegerakan di dunia selain durhaka kepada orang tua.
 

 

Setelah memuji Allâh Ta'ala dan bershalawat kepada Nabi ﷺ, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita, hingga dipertemukan di Markaz Abdullah bin Zaid Al-Mahmoud untuk menuntut ilmu syar’i. Judul kajian kita pada hari ini adalah Bukti Nyata Berbakti Kepada Orang tua

Dengan nama-nama Allâh ﷻ yang khusna dan sifat-sifat Allâh ﷻ yang 'ulya kita berdo'a:

اَللّٰهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

ᴀʟʟᴀʜᴜᴍᴍᴀ ɪɴɴɪ ᴀꜱ-ᴀʟᴜᴋᴀ ‘ɪʟᴍᴀɴ ɴᴀᴀꜰɪ’ᴀɴ ᴡᴀ ʀɪᴢQᴏɴ ᴛʜᴏʏʏɪʙᴀɴ ᴡᴀ ‘ᴀᴍᴀʟᴀɴ ᴍᴜᴛᴀQᴀʙʙᴀʟᴀ

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepadaMu, ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima". (HR. Ibnu Majah).

  • Berbicara tentang seorang muslim, maka ada beberapa aspek penting dalam hidupnya:
  • Aqidah : Beriman kepada Allâh ﷻ, malaikat, dst
  • Ibadah: Peribadatan kepada Allâh ﷻ seperti sholat, zakat, puasa termasuk birrul walidain.
  • Adab dan akhlak : termasuk budi pekerti yang luhur.
  • Muamalah: hubungan dengan orang lain termasuk orang tua.

Tema ini berkaitan dengan muamalah, akhlak dan ibadah. Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an. Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua....” [An-Nisaa’/4 : 36]

Perkara muamalah terkadang lebih berat pertanggungjawabannya di sisi Allâh ﷻ. Karena terdapat unsur perhitungan antara satu sama lain. Dibangun di antara unsur tuntut menuntut di hari kiamat. Bahkan di antara binatang pun akan diadili hingga diambil qishas. Karena di hari kiamat tidak ada kedzaliman sedikitpun.

Demikian juga dalam hal adab dan akhlak terkandung dalam unsur berbakti kepada orang tua. Maka, dalam birrul walidain terdapat unsur ibadah, akhlak dan muamalah.

1. Kedudukan Berbakti kepada kedua orang tua

1. Agungnya birrul walidain karena ibadah yang digandengkan dengan tauhid.

Dua hal yang digandengkan dengan lainnya, maka hukumnya sama besarnya, baik perintah atau larangan. Seperti ayat khamr dan judi.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Al-Maidah ayat 90: Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.

💡 Demikian juga birrul walidain digandengkan dengan tauhid:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua... (QS An-Nisa ayat 36)

💡 Dalam surat Al-An'am ayat 151:

قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ

Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak.

💡 Dalam surat al-Israa’ ayat 23, Allah Ta’ala berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak".

Dalam kata إِحْسَانًا i'robnya dengan maf'ul mutlak, artinya perbuatan baik apapun, lakukanlah itu kepada orang tua. Meskipun dengan mengorbankan harta dan perasaan.

2. Birrul walidain lebih tinggi daripada Jihad

Bahkan, birrul walidain adalah jihad yang paling tinggi. Padahal jihad adalah puncak amalan. Lihat hadits berikut ini:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seorang laki-laki yang meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berjihad, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya.

أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ: نَعَمْ.

“Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, ‘Ya, masih.”

Beliau pun bersabda

فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ.

“Maka pada keduanya, hendaklah engkau berjihad (berbakti).’” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Hadits ini juga menjadi dalil bolehnya memberikan zakat kepada orang yang berjihad termasuk orang yang berbakti kepada orang tua.

Dalam hadits lainnya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seseorang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berucap, ‘Aku berbai’at kepadamu untuk berhijrah dan membiarkan kedua orang tuaku menangis.’ Maka beliau bersabda.

اِرْجِعْ عَلَيْهِمَا فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا.

“Kembalilah kepada keduanya, lalu buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis” [HR. Abu Dawud dengan sanad yang hasan]

Ibnu Hajar al-ashqalany menjelaskan, jika engkau masih mempunyai kedua orang tuamu maka berbuat baiklah yang banyak kepada keduanya, itu setara dengan jihad. Karena yang di maksud dengan berjihad kepada orang tua adalah mengerahkan seluruh kekuatan, kapasitas dan kemampuannya untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Bukan hanya urusan harta, mereka yang dalam keadaan tua berbeda disaat muda,tetapi bahkan lebih berat dari pada itu, menjaga perasaan mereka. Maka di dalam orang tuamu, berjihadlah!

Tidak boleh seorang anak muslim berjihad keluar, kecuali dengan izin orang tua, karena jihad adalah fardhu kifayah, sementara berbakti kepada orang tua adalah fardhu 'ain. Kecuali dalam keadaan yang ada urusan fardhu' ainnya.

Apa yang kamu perbuat untuk orang tuamu, akan kamu dapatkan seperti apa yang kamu lakukan!.

Sayyid Ibnul musayyib rahimahullah pernah menjadi lihat seorang anak memukuli bapaknya. Kemudian beliau melerai sambil berkat: "Jangan! Ini bapakmu... Kenapa kamu pukuli bapakmu? Kemudian bapaknya bilang, biarkanlah, aku dulu sempat memukuli bapakku seperti yang anakku lakukan di tempat ini.

3. Berbakti kepada orang tua adalah amalan yang paling dicintai Allâh ﷻ

Abu ‘Amr Asy-Syaibani meriwayatkan, pemilik rumah ini (seraya menunjuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud) menyampaikan kepadaku;

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasul menjawab, “Shalat pada (awal) waktunya.” “Kemudian apa lagi?” Nabi Menjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.”Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.”

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Beliau terus menyampaikan kepadaku (amalan yang paling dicintai oleh Allah), andaikan aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai).

Dalam hadits ini diriwayatkan berbakti kepada orang tua, disebut setelah sholat, karena sholat adalah amalan yang utama kepada Tuhannya dan berbakti kepada orang tua derajatnya setelah berbakti kepada Allâh ﷻ.

idak ada manusia yang lebih wajib untuk berbakti kepadanya setelah berbakti kepada orang tua, tidak ada amalan yang pahalanya disegerakan di dunia selain berbakti kepada orang tua dan tidak ada dosa yang disegerakan di dunia selain durhaka kepada orang tua. TDia akan hancur di dunia sebelum akhirat.

4. Berbakti kepada orang tua adalah ibadah yang mendatangkan pahala yang besar

2. Pahala yang dihasilkan dari Berbakti kepada Orang Tua

1. Sebesar baktimu kepada orang tua sebesar itu pula Ridha Allâh ﷻ kepadamu

Karena di akhirat, nikmat terbesar adalah ridha Allâh ﷻ, dan itu didapat dengan berbakti kepada orang tua.

Meraih keridhoan Allah ta’ala adalah tujuan tertinggi dan teragung, bahkan ia merupakan tujuan para penghuni surga. Allah berfirman :

وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS At-Taubah : 72)

Keridhoan ini dijadikan oleh Allah lebih dari surga, sebagai tambahan atas karunia surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إنَّ الله – عز وجل – يَقُولُ لأَهْلِ الجَنَّةِ : يَا أهْلَ الجَنَّةِ ، فَيقولُونَ : لَبَّيكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ ، فَيقُولُ : هَلْ رَضِيتُم ؟ فَيقُولُونَ : وَمَا لَنَا لاَ نَرْضَى يَا رَبَّنَا وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أحداً مِنْ خَلْقِكَ ، فَيقُولُ : ألاَ أُعْطِيكُمْ أفْضَلَ مِنْ ذلِكَ ؟ فَيقُولُونَ : وَأيُّ شَيءٍ أفْضَلُ مِنْ ذلِكَ ؟ فَيقُولُ : أُحِلُّ عَلَيكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبَداً

“Sesungguhnya Allah azza wa jalla berkata kepada penghuni surga, “Wahai penghuni surga..”, mereka berkata, “Kami memenuhi panggilanMu, kami menta’atiMu”. Allah berkata, “Apakah kalian ridho (puas)?”, maka mereka berkata, “Kenapa kami tidak ridho (puas) sementara Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun dari ciptaanMu”. Maka Allah berkata, “Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih baik dari ini?”. Mereka berkata, “Apakah yang lebih baik dari ini?”. Allah berkata, “Aku telah menurunkan kepada kalian keridhoanKu, maka Aku tidak akan marah kepada kalian setelah ini selama-lamanya” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Maka raihlah ridha Allâh ﷻ dengan berbakti kepada orang tua. "Ridho Allâh ﷻ bergantung dari ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allâh ﷻ bergantung dari kemurkaan orang tua." (HR. Tirmidzi).

Bentuk kedurhakaan adalah menjaga agar mereka tetap ridha! Bukan hanya uang!

2. Berbakti kepada orang tua adalah penyebab masuk surga yang paling dominan.

Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

_Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya._ (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Yang pertengahan maksudnya adalah pintu yang paling megah dan mewah, karena pintu gerbang terletak di tengah.

Dari `Abdullâh bin `Amr Radhiyallahu’anhu berikut ini:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ

“Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullâh, lalu dia minta idzin ikut berjihad. Rasulullâh bertanya: ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Lelaki itu menjawab, “Ya.” Rasulallâh bersabda, “Berjihadlah di sisi keduanya!”

💡 Disetujui oleh Imam Zahabi, dan diakui oleh Imam Mundziri, dari hadis Mua’awiyah bin Jahimah: sesungguhnya dia datang kepada Nabi kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang. Maka aku memohon saran darimu. Nabi bertanya, ‘Apakah kamu memiliki seorang ibu?’ Jawab Jahimah, ‘Ya.’ Lantas Nabi pun bersabda, ‘kalau begitu, tetaplah bersamanya karena surga berada di bawah kedua kakinya.”

3. Berbakti kepada orang tua akan menjadi seseorang yang ahli syukur

Allâh ﷻ berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

📖 QS Lukman ayat 14: Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

3. Cara Berbakti kepada Orang tua

Mengamalkan perintah Allâh ﷻ tentang berbakti kepada orang tua:

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Al Isra ayat 23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Al-Isra' ayat 24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Al-Birr dalam birrul walidain artinya adalah Al-ihsan, yaitu berbuat baik dalam mengurus kedua orang tua dan kerabat. Berdasarkan ayat di atas, berikut beberapa cara berbakti kepada orang tua:

1. Berbuat baik kepada orang tua, baik dalam perasaan qolbu, ucapan lisan dan perbuatan anggota tubuh untuk mendekatkan diri kepada Allâh ﷻ.

2. Jangan mengucapkan perkataan apapun seperti ah. Mengenai maksud berkata uff (ah) dalam ayat, dikatakan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari,

كلّ ما غلظ من الكلام وقبُح

“Segala bentuk perkataan keras dan perkataan jelek (pada orang tua, pen.).” (Tafsir Ath-Thabari, 15:82)

Imam Ibnu katsir rahimahullah berkata,

وَلاَ التَّأْفِيْفُ الَّذِي هُوَ أَدْنَى مَرَاتِبِ القَوْلِ السَّيْءِ

“Jangan berkata ah, yang dimaksud adalah seringan-ringannya perkataan jelek.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:63).

3. Jangan membentak mereka berdua. (Mengucapkan perbuatan buruk apapun).

Yakni janganlah kamu bersikap buruk kepada keduanya, seperti apa yang dikatakan oleh Ata ibnu Abu Rabah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan janganlah kamu membentak mereka. (Al-Isra: 23).

Maksudnya, janganlah kamu menolakkan kedua tanganmu terhadap keduanya.

Muhasabah

💡 Abdullah bin 'aun, seorang ahli hadits yang baik akhlaknya. Suatu hari, Abdulah bin ‘Aun terjatuh pada dosa yang tak pernah dilakukannya. Ia memanggil ibunya dengan suara yang lebih tinggi dari suara ibunya saat memanggil. Seakan-akan Abdullah bin ‘Aun tengah marah pada ibunda.

Beliau sangat menyesal, dan apa yang dilakukannya? Ternyata ia memerdekakan dua orang budak sebagai tanda penyesalannya karena telah memanggil ibunya dengan suara keras. Subhanallah. (Hilyatul Auliya).

💡 Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu dalam Umdatul Qari, beliau menghukum dirinya sendiri karena terlambat sholat ashar dengan bersedekah dengan sebidang tanah seharga 200 ribu dirham.

💡 Abdullah bin umar Radhiyallahu’anhu pernah ketinggalan satu sholat berjama'ah, beliau akhirnya diam di masjid semalaman dan sholat tahajud semalam suntuk.

💡 Abi Rabiah beliau ketinggalan dua rakaat sebelum subuh, dengannya beliau memerdekakan seorang budak.

4. Ucapkanlah ucapan yang mulia kepada mereka.

Yaitu bertutur sapa yang baik dan lemah lembutlah kepada keduanya, serta berlaku sopan santunlah kepada keduanya dengan perasaan penuh hormat dan memuliakannya.

Yaitu seperti ucapan seorang budak yang salah kepada tuannya yang bengis dan kasar.

5. Rendahkan dirimu dengan penuh kesayangan.

Yakni berendah dirilah kamu dalam menghadapi keduanya. Tawadhu'lah kepada mereka. Seberapa pun buruk mereka.

Terutama kepada orang yang bercerai, jangan menumbuhkan sikap jelek kepada pasangannya disaat mereka bercerai.

6. Mendo'akan agar mereka mendapat Rahmat Allâh ﷻ

Memerdekakan orang tua jika mereka seorang budak. Dan ini mustahil terjadi.

Dari Abi Burdah, ia melihat melihat Ibnu Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا[1] لَمْ أُذْعَرُ

Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.

Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.

ثُمَّ قَالَ : ياَ ابْنَ عُمَرَ أَتَرَانِى جَزَيْتُهَا ؟ قَالَ : لاَ وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ[2] ، ثُمَّ طَافَ ابْنُ عُمَرَ فَأَتَى الْمَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَالَ : يَا بْنَ أَبِى مُوْسَى إِنَّ كُلَّ رَكْعَتَيْنِ تُكَفِّرَانِ مَا أَمَامَهُمَا .

Orang itu lalu berkata, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” Beliau lalu thawaf dan shalat dua raka’at pada maqam Ibrahim lalu berkata, “Wahai Ibnu Abi Musa (Abu Burdah), sesungguhnya setiap dua raka’at akan menghapuskan berbagai dosa yang diperbuat sesudahnya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 11, shahih secara sanad)

Lihat saja begitu besar ternyata jasa orang tua kita, terutama ibu. Satu tarikan nafas saat melahirkan kita saja tidak bisa kita balas. Belum lagi usaha keras beliau saat menyusui kita. Seringnya nangis tengah malam karena tangisan kita. Ia sering menangis karena kenakalan kita saat kecil. Saat kita sakit, ia pun sering meneteskan air mata karena tak bisa melihat anaknya menderita. Apalagi perjuangannya beliau mendidik kita sehingga menjadi sukses saat ini. Namun apa balas kita?

7. Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagai perbuatan durhaka.

Tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah sang anak. Ibnu 'Umar pernah menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan dan dosa besar”. [HR Bukhari, Adabul Mufrad hlm. 31. Lihat Ash Shahihah, 2.898].

Pada saat umat Islam hendak berhijrah agar diperbolehkan berhijrah bersama Nabi Muhammad ﷺ . Setelah meminta izin seperti itu, pemuda itu tanpa tedeng aling-aling mengatakan kepada Nabi Muhammad ﷺ kalau dirinya baru saja membuat orang tuanya menangis.

Nabi Muhammad ﷺ tidak mengizinkan pemuda tersebut untuk berhijrah. Malah, beliau menyuruh pemuda tersebut untuk kembali ke rumahnya dan membuat orang tuanya tertawa, sebagaimana dia membuat mereka menangis.

“Kembalilah kepada orang tuamu, dan buatlah mereka ketawa sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis".

8. Jangan mencela dan mencaci orang tua

“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci maki kedua orang tuanya.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang bisa mencaci maki kedua orang tuanya?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ

“Benar. Seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain tersebut mencela bapaknya. Dan seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain tersebut mencela ibunya.” (HR. Muslim no. 90)

9. Menyambung silaturahim dan teman dekat orang tua

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sungguh sebaik-baik kebaikan adalah seseorang yang (mau) menyambung tali silaturahim dengan sahabat bapaknya.” (HR. At-Tirmidzi)

10. Mengakui kebaikan-kebaikan mereka

Termasuk berterima kasih kepada mereka. Ucapkan Jazaakillahukhoir telah melahirkan saya...

Sungguh Abu Hurairah telah membuat contoh dalam berbakti kepada ibunya. Banyak cerita yang menunjukkan agungnya bakti kepada ibunya. Karena ibunya masuk Islam dengan sebab ajakan Abu Hurairah.

Kasih sayang ibu dan anak tercermin dari kisah Abu Hurairah dalam hadits ini yang disaksikan oleh Abu Murrah. Suatu ketika Abu Murrah pernah naik kendaraan bersama dengan Abu Hurairah. Tak lama kemudian mereka memasuki tempat kelahiran Abu Hurairah di daerah Aqiq.

Ketika mulai memasuki kampungnya, Abu Hurairah berteriak, “Alaikis salam warahmatul Laahi wa barakaatuh, wahai Ibu!” Ibu Abu Hurairah pun menyambut penuh suka cita dan cinta, “Wa ‘alaikas salaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh.”

“Semoga Allah menganugerahi kasih sayang-Nya kepada Ibu, seperti Ibu memberikanya kepadaku sewaktu aku masih kecil,” doa Abu Hurairah.

“Wahai putraku! Semoga Allah memberimu balasan yang terbaik dan meridhaimu sebagaimana kamu telah berbakti kepadaku di saat aku berusia tua. Ya Allah berkatilah harta dan anak-anak kami!” balas ibunya berdoa. HR. Bukhari.

💡 Cara berbakti kepada orang tua jika sudah meninggal dunia:

1. Sering beristighfar untuk orang tua.
2. Mendo'akan orang tua.
3. Melunasi hutang mereka.
4. Membayar nadzar (hutang-hutang yang wajib)
5. Membayar kafarat-kafarat (penebus dosa)
6. Menunaikan wasiat sebelum meninggal.
7. Membayar hutang puasa.
8. Menyambung hubungan rahim.
9. Menyambung persahabatan orang tua.
10. Bersedekah atas nama orang tua.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم