Raih Pahala yang Terus Mengalir

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya.”
(HR. Muslim nomor. 1893)
Jangan hentikan artikel bermafaat cuma sampai kepada anda, tapi beri kesempatan saudara kita untuk turut membaca dan mengambil manfaat dari artikel itu dengan cara anda share artikel tersebut...

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ringkasan kajian ke-1 pada Safari Dakwah di Qatar yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A Hafidzahullah. Dengan judul Seberapa Pilihan Allah ﷻ adalah yang Terbaik.

 

Pilihan Allah yang Terbaik

Pilihan Allah ﷻ adalah yang Terbaik

Pilihan Allah ﷻ adalah yang Terbaik bagi orang yang bersabar menghadapi ujian
Ustadz Dr. Firanda Andirja Lc., MA. Hafidzahullah berkata: “Banyak sekali keinginan-keinginan kita yang terkadang kita harapkan, tetapi tidak kita dapatkan. Di sisi lain, ada keinginan kita yang tidak kita harapkan, tetapi pilihan Allah ﷻ itulah yang terbaik. “Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi, merobek baju, dan menyeru dengan seruan jahiliyah. (HR. Bukhari Muslim).

Video Kajian ini


📖 Daftar Isi:

 Banyak sekali keinginan-keinginan kita yang terkadang kita harapkan, tetapi tidak kita dapatkan. Di sisi lain, ada keinginan kita yang tidak kita harapkan, tetapi pilihan Allah ﷻ itulah yang terbaik.

Banyak kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang bisa kita ambil hikmahnya dan semoga menjadikan dada kita menjadi lapang.

Pernyataan bahwa Pilihan Allah ﷻ adalah yang Terbaik itu tidak Secara mutlak, yang benar: Pilihan Allah ﷻ adalah yang Terbaik bagi orang yang bersabar menghadapi ujian. Karena kalau tidak bersabar maknanya bukan yang terbaik, betapa banyak orang yang mendapatkan ujian menjadikannya kufur dan murtad sebagai akibat dosa yang dilakukan.

Di dalam Shahihain,

«لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُوْدَ، وَشَقَّ الْجُيُوْبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ»

“Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi, merobek baju, dan menyeru dengan seruan jahiliyah.”

Oleh karenanya pernyataan Pilihan Allah ﷻ adalah yang Terbaik harus disertai syarat, apabila dia bersabar.

Berikut beberapa kisah yang dapat kita ambil pelajaran berkaitan dengan kesabaran dalam menghadapi musibah yang kami sebutkan secara umum:

1. Dalil-dalil mengenai pilihan Allah ﷻ adalah yang Terbaik lebih banyak dari pada pilihan hamba shaleh yang bersabar.

Contohnya, Allah ﷻ menurunkan ayat perang padahal para sahabat tidak menyukainya.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 216:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.

Pada saat itu, mereka para sahabat berperang melawan kaumnya sendiri Quraisy yang masih Kafir, bisa jadi masih saudara, paman, ponakan dan lainnya. Maka, Allah ﷻ lanjutkan ayat ini:

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Inilah kaidah umum yang awalnya terkait dengan jihad. Yang akhirnya islam menjadi jaya dan berkembang.

Dan hal ini, berkaitan dengan kejadian kita sehari-hari, banyak hal yang Allâh jaga melalui syariat padahal kita tidak menyukainya. Seperti bersafar tanpa mahram, berjilbab bagi wanita, dan ayat-ayat lainya.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Hujurat Ayat 7:

وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ ٱللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِى كَثِيرٍ مِّنَ ٱلْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,

Maka, kalau kita ingin bahagia, ikutlah syariat yang dibawa Nabi ﷺ : bersikaplah sopan kepadanya, sesungguhnya dia lebih mengetahui tentang apa yang baik bagi kalian daripada diri kalian sendiri, dia menginginkan kebaikan bagi kalian, sedangkan kalian terkadang menginginkan keburukan dan kemudaratan yang tidak disetujui oleh Rasulullah ﷺ.

2. Kesabaran terkait orang yang menuduh buruk tentang kita.

Aisyah pernah dituduh oleh orang-orang munafik dengan seorang sahabat yang bernama Shafwan ibnul-Mu'aththal as-Sulami Radhiyallahu’anhu. Allah ﷻ berfirman dalam Surah An-Nuur 11:

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-Nuur: 11)

Dalam hal ini Aisyah istri Nabi Muhammad, difitnah berzina setelah tertinggal dalam perjalanan pulang dari perang. Pemimpin kaum munafik, Abdullah bin Ubay, menyebarkan isu bahwa Aisyah berselingkuh dengan Shafwan bin Mu'attal, yang membantunya pulang.

Fitnah ini menyebabkan kegundahan di hati suaminya Nabi ﷺ, Aisyah sendiri dan kalangan Muslimin, namun Allah kemudian menurunkan wahyu dalam Surat An-Nuur ayat 11-19 untuk membersihkan nama Aisyah dan mengutuk penyebar Fitnah.

Dan tuduhan buruk terhadap harga diri adalah sesuatu yang menyakitkan. Namun dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, mengangkat kedudukan Aisyah radhiallahu’anha menjadi mulia, yang dibaca dan dihafal kaum muslimin hingga hari kiamat. Maka, musibah berujung keindahan.

Dan Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi umat Muslim agar tidak mudah menyebarkan tuduhan tanpa dasar dan pentingnya menjaga lisan.

3. Sabar terkait anak, jika Allah ﷻ anugerahkan kita anak laki-laki atau perempuan.

Sebagai contoh, Permintaan Hannah (ibu Maryam) agar anaknya laki-laki dan berkhidmat di Baitul Maqdis tidak terkabul karena ia melahirkan anak perempuan, Maryam. Namun, Allah tetap menerima niat baiknya, dan Maryam tumbuh menjadi anak yang saleh, sehingga ia tetap mengabdikan diri untuk melayani di Baitul Maqdis dengan dirawat oleh pamannya, Nabi Zakaria.

Sebagaimana kisahnya dalam Alquran,

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35).

Maryam adalah wanita ahli ibadah dan suci. Ia merupakan ibu dari kalimat Allah, Nabi Isa ‘alaihis salam. Putri Imran yang satu ini adalah wanita terbaik dan tersempurna, yang mengangkatnya menuju kedudukan yang mulia.

Maka, apapun yang Allah ﷻ berikan, itulah yang terbaik. Bahkan jika pun terlahir dalam keadaan cacat, ataupun kematian ayahnya. Hingga Nabi ﷺ memberi kabar gembira:

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا » وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya. [al-Bukhari (no. 4998 dan 5659].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang menyantuni anak yatim.

4. Sabarnya Nabi Yusuf alaihissalam terkait ujian yang berat kepadanya.

Beberapa ujian terhadap Nabi Yusuf alaihissalam adalah:

1. Pengkhianatan dan permusuhan saudara kandung:

  • Saudara-saudaranya membuangnya ke dalam sumur karena iri dan dengki, yang merupakan ujian berat berupa rasa sakit dan kehilangan keluarga.
  • Mereka menyebarkan kebohongan bahwa Yusuf telah diterkam binatang buas.
  • Saudara-saudara Nabi Yusuf menjualnya kepada para musafir, yang kemudian membawanya ke Mesir.

2. Godaan dari Zulaikha:

  • Ia digoda oleh Zulaikha, istri pejabat tinggi, yang merupakan wanita cantik, kaya, dan majikannya. Ini menjadi ujian besar yang melibatkan hasrat dan godaan kuat.
  • Meskipun sangat tergoda, Yusuf menolak dengan tegas karena takut kepada Allah dan mengingat kebaikan majikannya.

3. Fitnah dan pemenjaraan:

  • Lihatlah yang dilakukan oleh Zulaikha,

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)

  • Bagaimana pun juga, Nabi Yusuf adalah seorang manusia yang juga dikaruniai oleh Allah syahwat kepada wanita. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24)

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)

  • Karena menolak Zulaikha, ia difitnah dan dipenjara selama bertahun-tahun. Ujian ini menguji kesabarannya dalam situasi yang tidak adil, di mana ia tidak bersalah.

4. Kesendirian dan penderitaan:

  • Ia menghadapi ujian hidup sebagai seorang asing di negeri asing.
  • Ia harus bertahan hidup sendiri sejak kecil, dipisahkan dari keluarganya, dan melalui cobaan-cobaan berat tanpa dukungan keluarga terutama ibu dan bapaknya.

5. Buah kesabaran Nabi Yusuf Alaihissalam:

Yusuf diangkat menjadi bangsawan dengan menjabat sebagai bendahara atau orang kepercayaan Firaun (penguasa Mesir) setelah ia berhasil menafsirkan mimpi raja tentang musim kemarau. Pengangkatan ini terjadi setelah ia keluar dari penjara, dan posisinya membuat ia menjadi orang nomor dua di Mesir, memberinya kekuasaan dan kemampuan untuk mempersiapkan negeri menghadapi paceklik yang akan datang.

Hingga dipertemukan kembali dengan keluarga dan saudara-saudaranya:

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Yusuf Ayat 90:

قَالُوٓا۟ أَءِنَّكَ لَأَنتَ يُوسُفُ ۖ قَالَ أَنَا۠ يُوسُفُ وَهَٰذَآ أَخِى ۖ قَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّهُۥ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ

Mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?". Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik"

Menunjukkan kesabaran dan berbuat Ihsan yang berkepanjangan, maka Allah ﷻ menggantinya dengan yang lebih baik.

5. Kesabaran Nabi Musa Alaihissalam

Beberapa ujian nabi musa:

1. Saat bayi karena laki-laki saat itu, bisa dibunuh.

  • Ujian terhadap Nabi Musa teruji mulai dari saat bayinya hingga dialirkan ke sungai tetapi Malah diambil keluarga Fir'aun.
  • Allah ﷻ karuniakan setiap orang menyukai bayi kecil musa, hingga termasuk Fir'aun dan isterinya.
  • Ibunya ditakdirkan menyusuinya karena perintah Fir'aun.

2. Perjalanan Musa dari Mesir ke Madyan

  • Perjalanan Nabi Musa dari Memphis, Mesir ke Madyan adalah pelarian dari kemarahan Firaun setelah membunuh seorang pria Mesir. Dalam perjalanan yang penuh kesulitan, ia tiba di Madyan, membantu dua gadis penggembala, putri Nabi Syu'aib, dan kemudian tinggal serta bekerja untuk ayahnya selama bertahun-tahun.
  • Akhirnya Musa menikahi anak nabi Syuaib alaihissalam yang akhirnya, Musa pun menjadi nabi.

3. Menghadapi umat yang sulit diatur

Nabi Musa sabar dalam membimbing Bani Israil, yang sering kali melawan ajaran dan perintah Allah, dengan gigih menunjukkan jalan yang benar.

Inilah hasil akhir perjalanan Musa yang awalnya buruk namun endingnya indah.

6. Ujian dan keteladanan Akan Kesabaran nabi Ibrahim alaihissalam

Kisah Nabi Ibrahim meliputi perjuangan melawan kesesatan Raja Namrud, ujian keimanan seperti pembakaran dan pengorbanan putranya, serta mukjizat yang membuktikan keesaan Allah ﷻ.

Doa-doanya yang terkenal meliputi permohonan keturunan yang saleh, kemakmuran dan keamanan negeri, serta agar dirinya dan keturunannya tetap mendirikan salat, seperti dalam Surah Ibrahim ayat 35 dan 40.

1. Ditolak dan diusir kaumnya: Nabi Ibrahim menghadapi penolakan saat berdakwah menyebarkan ajaran tauhid dan menghancurkan berhala. Ia tetap sabar dan teguh pada keyakinannya untuk menyebarkan kebenaran.

2. Dilemparkan ke api: Sebagai hukuman atas tindakannya menghancurkan berhala, Nabi Ibrahim diikat dan dilemparkan ke dalam api yang menyala-nyala oleh Raja Namrud. Namun, api tersebut tidak membakarnya karena pertolongan Allah, yang menunjukkan kesabarannya dalam mempertahankan keyakinan pada keesaan Allah.

3. Ujian tidak memiliki anak: Nabi Ibrahim dan Sarah tidak memiliki keturunan hingga usia lanjut. Saat itu, Sarah menganjurkan Nabi Ibrahim untuk menikahi pelayan setianya, Hajar dan menghasilkan keturunan Ismail. Jika Allah ﷻ takdirkan Ibrahim memiliki anak dengan Sarah, tentu tidak akan mengizinkan menikah dengan Hajar. Dan tatkala Hajar beranak, Sarah cemburu. Dan akhirnya pergi. Hikmahnya ada keturunan yang menghasilkan nabi Muhammad ﷺ .

4. Meninggalkan keluarganya di padang tandus: Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk meninggalkan istrinya, Hajar, dan putranya, Ismail, di padang pasir yang gersang di Makkah. Ini merupakan ujian berat yang ia jalani dengan penuh kepasrahan dan keyakinan akan pertolongan Allah untuk keluarganya. Hikmahnya adanya tempat Sai sekarang.

5. Perintah menyembelih Nabi Ismail: Ujian terberat adalah ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya. Meskipun sangat berat, beliau tetap sabar dan pasrah dengan menuruti perintah Allah. Putranya, Nabi Ismail, juga menunjukkan kesabaran luar biasa dengan menerima perintah ayahnya. Hikmahnya adalah adanya syariat berkurban.

7. Kesabaran Zainab bintu Jahsyi Radhiyallahu’anha

Kesabaran Zainab binti Jahsy diwujudkan melalui kepasrahannya menerima pernikahan dengan Zaid bin Haritsah, seorang mantan budak, meskipun awalnya menolak karena perbedaan status sosial.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 36:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

Kesabaran ini juga terlihat dari ketabahan dalam menghadapi masalah rumah tangga dengan Zaid yang pernah ia ceritakan kepada Nabi Muhammad ﷺ, serta keteguhannya dalam menghadapi cobaan rumah tangga yang akhirnya berujung pada perintah Allah agar Nabi ﷺ menikahinya untuk menghapus adat jahiliyah tentang anak angkat.

Hikmahnya: Allah ﷻ ingin menghapus syariat anak angkat (Zaid) yang dinisbahkan kepada orang tua angkatnya yaitu Muhammad ﷺ.

Setelah pernikahan tersebut, timbul masalah hingga bercerai, hingga Nabi ﷺ kemudian menikahi janda Zaid, Zainab binti Jahsyi radhiyallahu’anha yang shalihah. Allah ﷻ menghapus hubungan nasab antara anak angkat dengan orang tua angkat. Hingga Zainab bangga bahwa yang menikahkannya adalah Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 37:

فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَٰكَهَا لِكَىْ لَا يَكُونَ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِىٓ أَزْوَٰجِ أَدْعِيَآئِهِمْ إِذَا قَضَوْا۟ مِنْهُنَّ وَطَرًا ۚ وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ مَفْعُولًا

Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.

Keshalihan Zainab terlihat saat beliau menahan diri untuk tidak menuduh Aisyah wanita yang buruk saat difitnah selingkuh, padahal saudara Zainab, Hamnah ikut menuduh untuk mengangkat derajat Zainab. Tapi Zainab tidak ikut-ikutan. Hingga Aisyah pun respek terhadapnya meskipun saingan dalam kecintaan kepada Nabi ﷺ.

8. Kisah perang Badar

Perang Badar adalah pertempuran besar pertama umat Islam yang terjadi pada 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriah (624 Masehi), di mana pasukan Muslim yang berjumlah sekitar 313 orang berhasil mengalahkan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 1.000 orang, didukung oleh bantuan malaikat.

1. Latar Belakang dan Pemicu

  • Latar Belakang: Setelah hijrah ke Madinah, kaum Muslim diancam oleh kaum Quraisy dari Mekah yang telah menindas dan mengusir mereka.
  • Pemicu Langsung: Nabi Muhammad ﷺ dan sekitar 313 sahabatnya bergerak untuk mencegat kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Kabilah tersebut membawa harta benda yang dirampas dari kaum Muslim, antara lain emas seberat 200 kg.
  • Konflik Tak Terhindarkan: Ketika berita pencegatan sampai ke Mekah, kaum Quraisy mengirimkan pasukan besar (sekitar 1.000 orang) untuk melindungi kafilah dagang mereka, sehingga pertempuran tidak terhindarkan.

2. Jalannya Pertempuran

  • Ketidakseimbangan Pasukan: Pasukan Islam sangat sedikit (sekitar 313 orang) dengan perlengkapan sederhana, sementara pasukan Quraisy sangat besar (sekitar 1.000 orang) dan lebih siap.
  • Strategi dan Doa: Nabi Muhammad ﷺ menyusun strategi untuk menghadang pasukan Quraisy di sekitar Sumur Badar. Beliau juga memohon pertolongan Allah ﷻ dengan sungguh-sungguh, bahkan beberapa kali terlihat mengantuk karena kelelahan berdoa.
  • Bantuan dari Allah ﷻ: Dalam pertempuran, Allah ﷻ mengirimkan bala bantuan berupa seribu malaikat untuk membantu pasukan Muslim, meskipun bantuan ini tidak terlihat secara langsung, namun dampaknya sangat terasa dan menguatkan mental pasukan.
  • Hasil: Pasukan Muslim memenangkan pertempuran dengan kemenangan telak, membuat pasukan Quraisy mundur secara berurutan.

3. Dampak dan Hikmah

  • Kemenangan Telak: 70 orang dari pihak Quraisy tewas, 70 lainnya menjadi tawanan, sementara kaum Muslim hanya kehilangan sekitar 14 orang syuhada.
  • Penguatan Posisi Islam: Kemenangan ini meningkatkan wibawa dan kekuatan kaum Muslimin secara signifikan, baik di Madinah maupun di Jazirah Arab.
  • Yaumul Furqan: Pertempuran ini disebut Yaumul Furqan (hari pembeda) karena menjadi titik terang pemisah antara kebenaran (Islam) dan kebatilan (musyrik).

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran Ayat 123:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَن يَكْفِيَكُمْ أَن يُمِدَّكُمْ رَبُّكُم بِثَلَٰثَةِ ءَالَٰفٍ مِّنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ مُنزَلِينَ

Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?"

Dalam ayat 127:

لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِّنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنقَلِبُوا۟ خَآئِبِينَ

(Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.

9. Hikmah dari Kisah Qarun

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Surat Al-Qashash Ayat 81-82:

فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ

Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).

Allah ﷻ menenggelamkan Qarun beserta rumah dan seluruh hartanya ke dalam bumi sebagai azab atas kesombongan dan kekafirannya, seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an Surah Al-Qashash ayat 81. Qarun, yang awalnya diberikan kekayaan melimpah oleh Allah, justru merasa bahwa kekayaannya adalah hasil usahanya sendiri dan menolak menunaikan zakat, sehingga murka kepada Allah.

  • Penyebab azab: Kesombongan dan kekufuran Qarun yang merasa harta miliknya adalah hasil usaha sendiri, bukan karunia dari Allah. Ia menolak perintah untuk menunaikan zakat.
  • Proses azab: Allah memerintahkan bumi untuk menelan Qarun dan seluruh hartanya, termasuk rumahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya dari azab Allah.
  • Konteks dalam Al-Qur'an: Kisah Qarun diabadikan dalam Al-Qur'an Surah Al-Qashash ayat 76-81.
  • Makna pelajaran: Kisah ini menjadi pelajaran bagi manusia bahwa kekayaan dan kekuasaan duniawi bisa hilang seketika jika tidak disyukuri dan digunakan sesuai perintah Allah.

Kemiskinan adalah Anugerah

Yang menjauhkannya dari murka Allah ﷻ, mungkin jika kaya dia menjadi sombong, yang dengannya Allah ﷻ murka dan memberikan hukuman seperti Qarun.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 82:

وَأَصْبَحَ ٱلَّذِينَ تَمَنَّوْا۟ مَكَانَهُۥ بِٱلْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ ۖ لَوْلَآ أَن مَّنَّ ٱللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۖ وَيْكَأَنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَٰفِرُونَ

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)".

Kejadian itu menjadikan orang-orang yang mengharapkan kekayaan Qarun menyesal dan kembali berserah diri kepada hikmah Allah yang Dia tetapkan, mereka berkata: “Sungguh mengerikan peristiwa dan kesudahan yang buruk ini, dan sungguh menakjubkan kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya. Allah telah menetapkan rezeki bagi hamba-hamba-Nya; meluaskan rezeki bagi yang Dia kehendaki dan menyempitkannya bagi yang Dia kehendaki. Mereka semua adalah hamba-Nya, maka mereka harus ridha terhadap apa yang Allah tetapkan bagi mereka. Kalaulah bukan karena karunia Allah kepada kita dan menjauhkan kita dari kesombongan karena kekayaan fana yang kita dapatkan, niscaya Allah juga akan menimpakan kepada kita kesudahan yang buruk. Dan sekarang telah jelas orang-orang kafir tidak akan mendapat keberuntungan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.” (Tafsir Madinah).

10. Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa

Kisah Nabi Khidir berfokus pada perjalanannya dengan Nabi Musa, di mana Khidir melakukan tindakan-tindakan yang tampak aneh namun penuh hikmah:

1. Permulaan perjalanan: Allah memerintahkan Nabi Musa untuk menemui Nabi Khidir untuk belajar. Mereka bertemu di suatu tempat setelah ikan yang dibawa Musa hilang, menunjukkan bahwa di sanalah Khidir berada.

2. Tindakan yang menimbulkan pertanyaan:

  • Merusak perahu: Khidir sengaja merusak perahu milik orang-orang yang tidak mampu dan pelit. Musa tidak mengerti mengapa Khidir melakukan hal itu kepada orang yang menolong mereka.
  • Membunuh anak: Khidir membunuh seorang anak yang terlihat tidak bersalah. Musa merasa keberatan dan mengingkari janji untuk tidak bertanya.
  • Memperbaiki dinding: Khidir memperbaiki dinding sebuah rumah yang hampir runtuh tanpa meminta upah. Musa merasa tindakan ini salah karena seharusnya mereka meminta upah dari pemilik rumah yang kikir.

3. Penjelasan dari Khidir: Setelah setiap peristiwa, Khidir menjelaskan kepada Musa bahwa perbuatan-perbuatan itu dilakukan untuk melindungi keluarganya dari bencana atau untuk menyelamatkan harta mereka yang tersembunyi di bawah dinding.

4. Hikmah dari kisah Nabi Khidir

1. Pentingnya kesabaran dan kerendahan hati: Kisah ini mengajarkan bahwa kesabaran dan sikap tawadhu (rendah hati) sangat penting dalam menuntut ilmu. Musa, yang adalah seorang nabi, harus bersabar dan belajar dari Khidir.
2. Memahami hikmah di balik peristiwa: Tidak semua kejadian yang tampak buruk di awal adalah hal buruk. Ada hikmah tersembunyi di baliknya. Penting untuk melihat dari berbagai perspektif dan tidak terburu-buru menghakimi atau mengambil kesimpulan.
3. Menghargai guru: Kita harus menghargai dan percaya kepada guru kita, terutama ketika mereka mengajarkan sesuatu yang tampaknya tidak masuk akal atau tidak sesuai dengan logika kita.
3. Kepatuhan kepada Takdir Allah: Kita harus percaya bahwa setiap kejadian dalam hidup ini, baik atau buruk, memiliki hikmah yang mungkin belum kita pahami saat ini.
4. Keikhlasan: Memperbaiki dinding tanpa meminta upah mengajarkan tentang keikhlasan dan tanggung jawab terhadap generasi penerus, di mana harta anak yatim harus dilindungi.

11. Kisah Hudaibiyah

Kisah Hudaibiyah adalah perjanjian damai yang terjadi pada tahun 6 Hijriah (628 M) antara Nabi Muhammad ﷺ dan kaum Quraisy di Mekah, yang dinamai berdasarkan lokasi terjadinya, yaitu di daerah Hudaibiyah.

Perjanjian ini terjadi ketika kaum muslimin hendak melaksanakan umrah (yang kaum muslimin rindukan setelah 6 tahun tidak melihat kabah) dan dicegat oleh kaum Quraisy yang melarang mereka masuk Mekah, saat itu Umar menginginkan perang, jika mati kita masuk surga mereka masuk neraka. Tetapi Rasulullah ﷺ meyakinkan karena ini perintah Allah ﷻ.

Hingga akhirnya disepakati perjanjian damai untuk menghentikan gencatan senjata selama 10 tahun (Yang secara kasat mata merugikan kaum muslimin), serta memperbolehkan suku-suku Arab untuk berpihak pada salah satu pihak. Meskipun beberapa ketentuannya terasa berat bagi kaum muslimin, seperti penghapusan nama "Rasulullah" dari perjanjian, peristiwa ini terbukti menjadi kemenangan strategis bagi Islam karena membuka jalan perdamaian dan meningkatkan jumlah pengikut Islam secara drastis setelahnya.

Manfaat jangka panjang dan hikmah utama

1. Kemenangan diplomasi: Perjanjian ini membuktikan pendekatan damai dan dialog lebih efektif daripada kekerasan untuk menyebarkan Islam.
2. Membuka pintu dakwah: Gencatan senjata selama 10 tahun menciptakan situasi aman bagi umat Islam untuk berdakwah ke berbagai kerajaan dan suku di luar Makkah, seperti ke Ethiopia.
3. Meningkatkan keimanan umat Islam: Perjanjian ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya sabar, optimisme, dan berserah diri pada kehendak Allah, bahkan ketika akal tidak dapat menjangkaunya.
4. Menambah jumlah Muslim: Dalam dua tahun setelah perjanjian, jumlah umat Islam bertambah lebih banyak daripada sebelum perjanjian tersebut, karena banyaknya diskusi dan perdebatan di kalangan Quraisy yang mengikis keyakinan mereka.
5. Menguatkan posisi Islam: Perjanjian ini memungkinkan umat Islam untuk memperkuat posisinya tanpa gangguan dari Quraisy.
6. Pembukaan Makkah: Perjanjian ini menjadi salah satu kunci penting yang akhirnya membuka jalan menuju Pembebasan Makkah (Fathul Makkah) di kemudian hari.

12. Isteri yang Durhaka kepada Suami

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An Nisa ayat 19:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Ibnul Arabi menyebutkan bahwa telah menceritakan kepadanya Abul Qasim bin Abu Hubaib, dari Abul Qasim As-Suyuri, dari Abu Bakar bin ‘Abdurrahman, tentang Syaikh Abu Muhammad bin Abu Zaid Al-Qairawani yang sangat terkenal dengan ilmu dan agamanya, di mana Abu Bakar bercerita,

وَكَانَتْ لَهُ زَوْجَةٌ سَيِّئَةُ الْعِشْرَةِ ، وَكَانَتْ تُقَصِّرُ فِي حُقُوقِهِ ، وَتُؤْذِيهِ بِلِسَانِهَا فَيُقَالُ لَهُ فِي أَمْرِهَا فَيَسْدُلُ بِالصَّبْرِ عَلَيْهَا

“Istri Syaikh Abu Muhammad Al-Qairawani diketahui berperangai buruk, tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri, dan selalu menyakiti suaminya dengan lidahnya. Orang-orang banyak yang heran dan mencela sikap sabar dari Syaikh Abu Muhammad terhadap sang istri.”

Syaikh Abu Muhammad berkata,

أَنَا رَجُلٌ قَدْ أَكْمَلَ اللَّهُ عَلَيَّ النِّعْمَةَ فِي صِحَّةِ بَدَنِي وَمَعْرِفَتِي ، وَمَا مَلَكَتْ يَمِينِي ، فَلَعَلَّهَا بُعِثَتْ عُقُوبَةً عَلَى دِينِي ، فَأَخَاف إذَا فَارَقْتُهَا أَنْ تَنْزِلَ بِي عُقُوبَةٌ هِيَ أَشَدُّ مِنْهَا .

“Aku adalah orang yang telah diberikan oleh Allah berbagai macam nikmat berupa kesehatan badan, ilmu, dan dikaruniakan kepadaku budak-budak. Mungkin sikap jelek istriku adalah hukuman Allah atas kekurangan agamaku. Aku hanya takut jika ia kuceraikan akan turun ujian kepadaku lebih berat dari itu.” (Ahkam Al-Qur’an, 1:487)

Dari penjelasan Syaikh Ibnu Abu Zaid menunjukkan bahwa kadang cobaan suami itu pada istrinya adalah karena kekurangan agama atau memang cobaan untuknya, moga dapat menghapus dosa-dosa.

Musibah karena Kesalahan kita

Meskipun kesalahan kita, kemudian bertaubat, Inshallah Allah ﷻ akan memberikan akhir yang baik.

1. Seperti maksiatnya Nabi Adam alaihi salam yang bersalah di surga karena godaan syaitan, kemudian bertaubat dan sabar terhadap musibah. Allah menerima taubat Nabi Adam dan Hawa, namun konsekuensinya adalah mereka diturunkan dari surga ke bumi. Dan ditinggikan derajatnya menjadi Khalifah di muka bumi.

2. Maksiatnya Nabi Yunus alaihissalam meninggalkan kaumnya. Kesalahan ini membuat beliau ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an surah As-Saffat ayat 142. Namun, sebagai manusia, beliau tidak terbebas dari kekhilafan, dan setelah peristiwa tersebut beliau segera berdoa dan bertobat memohon ampunan Allah.

Di dalam perut ikan, Nabi Yunus menyadari kesalahannya dan berdoa dengan penuh penyesalan, "Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim" (Q.S. Al-Anbiya: 87).

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim".

Nabi Yunus kembali: Allah memerintahkan Nabi Yunus untuk kembali kepada kaumnya. Ketika sampai, beliau mendapati kaumnya telah beriman kepada Allah.

Mereka hidup dalam kenikmatan: Umat Yunus yang telah beriman kepada Allah dan menerima risalahnya hidup dalam kenikmatan yang melimpah untuk jangka waktu tertentu.

Allah Ta’ala berfirman,

فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ

“Lalu, mereka beriman. Karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS. Ash-Shaffat: 148)

Pelajaran: Kisah ini mengajarkan bahwa meskipun para nabi adalah manusia pilihan yang dekat dengan kebenaran, mereka tidak luput dari kekhilafan. Namun, dengan segera mengakui kesalahan, bertobat, dan berdoa kepada Allah, kesalahan dapat diperbaiki dan ampunan dapat diperoleh.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

  • Media
    Sarana belajar Agama Islam melalui video dan audio kajian dari Asatidz Indonesia yang bermanhaj salaf...
    Ebook
    Bahan bacaan penambah wawasan berupa artikel online maupun e-book yang bisa diunduh. Ebook Islami sebagai bahan referensi dalam beberapa topik yang insyaAllah bermanfaat.
  • image
    Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
    image
    ‘Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu ‘anhumâ berkata,“Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]

Share Some Ideas

Punya artikel menarik untuk dipublikasikan? atau ada ide yang perlu diungkapkan?
Kirim di Sini