Saudariku...
Pernikahan adalah anugerah dan nikmat yang sangat besar bagi umat mamusia. Dan Allah ﷻ menyifatkan hubungan cinta kasih sepasang suami istri sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi siapa saja yang mau berfikir. Allah ﷻ berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS Ar Rum ayat 21).
Coba renungi, bagaimana terjalinnya cinta kasih antara sepasang insan laki-laki dan wanita yang belum pernah saling mengenal, belum pernah berhubungan ataupun saling bertatap muka. Bahkan sosok pria itu belum pernah terlintas di relung hatinya. Lalu atas kuasa Allah ﷻ mereka berdua bertemu dan dipersatukan dalam satu ikatan yang sangat kuat yaitu tali pernikahan. Kemudian Allah ﷻ menumbuhkan perasaan cinta dan kasih sayang dalam hati mereka. Keduanya saling mengasihi dan menyayangi. Istri merasakan ketenangan dan kedamaian bila berada di sisi sang suami, demikian pula sebaliknya. Dan tak ada sesuatu yang lebih disukai selain selalu bersama.
Suami istri ibarat pakaian bagi pasangannya, yang saling memberi kehangatan, menutupi, merekatkan, melindungi dan senantiasa saling membutuhkan. Sungguh sebuah ikatan hati yang sangat erat, sampai-Sampai Rasulullah mengatakan:
“Kami belum pernah menyaksikan dua insan yang saling berkasih sayang melebihi cinta kasih suami istri dalam ikatan pernikahan.” (Hadits shahih riwayat Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (1847).
Saudariku, para istri yang mulia...
Sadarilah, rumah tangga yang Allah karuniakan kepadamu itu adalah sebuah anugerah yang sangat besar...
Namun, sebagai manusia kita acap kali lalai. Kadang kala baru dapat merasakan besarnya sebuah nikmat, baru bisa menyadari agungnya sebuah anugerah, justru setelah nikmat dan anugerah itu terangkat darinya. Banyak orang yang baru merasakan besarnya nikmat sehat justru setelah ia sudah jatuh sakit. Seseorang baru merasakan besarnya nikmat penglihatan dan pendengaran, justru setelah penglihatan dan pendengarannya telah diambil oleh Allah ﷻ. Seseorang baru merasakan nikmat kaya justru setelah ia jatuh miskin, dan seterusnya...
Maha benar Allah ﷻ dalam firman-Nya:
وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba':13)
Wahai para istri...
Suami yang Allah anugerahkan kepadamu adalah sebuah nikmat.
Lihatlah sekitarmu!
Berapa banyak wanita-wanita yang sudah begitu lama mendambakan kehadiran seorang suami. Mereka sudah sangat berkeinginan untuk dapat mencicipi sebuah pernikahan, namun takdir Allah, jodoh yang dinanti-nantikan tak kunjung datang. Berapa banyak wanita-wanita yang harus kehilangan suaminya, mereka harus terpisah dari orang yang sangat dicintainya?
Jadi, apabila sekarang Allah ﷻ telah memberikan kepadamu seorang suami, bukankah itu merupakan nikmat yang sangat besar. Apalagi bila suami yang Allah anugerahkan itu adalah seorang suami yang shalih dan taat beragama.
Namun, mengapa masih banyak diantara kita yang menghadapi suami hanya dengan keluh kesah dan rasa tidak puas?
Para istri yang mulia...
Anak-anak yang Allah anugerahkan kepadamu adalah sebuah nikmat.
Perhatikanlah sekelilingmu!
Berapa banyak pasangan yang sudah begitu lama mengharapkan kehadiran anak namun Allah belum berkehendak memenuhi keinginan mereka. Berapa banyak wanita yang berkeinginan menjadi seorang ibu. Namun kehendak Allah berbicara lain, ia tak mampu mengandung dan melahirkan...
Jadi, mengapa masih banyak dari kita yang menyikapi anak-anak hanya dengan keluhan dan gerutu?
Anak rewel mengeluh, anak nakal mengeluh, anak sakit mengeluh, anak tidak cerdas mengeluh, dan letih mengasuh anakpun kita mengeluh.
Ketahuilah, ini adalah tanda-tanda orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah.
Camkanlah baik-baik!
Jangan sampai Allah ﷻ mencabut nikmat itu dari kita karena kita lalai menunaikan kewajiban mensyukurinya. Allah ﷻ telah berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu menyatakan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Dan sadari juga, salah satu hikmah Allah menimpakan suatu bala kepada anak Adam adalah agar hamba yang sedang lalai dapat kembali mengingat Allah dan merasa butuh kepada-Nya.
Buku: Surat Terbuka untuk Para Istri
Penulis: Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan Choiriyah Hafidzahumallah
Pustaka Darul Ilmi
Cetakan Ketiga 2011
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم