Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan”. (QS al Qomar: 1)
Yang menarik adalah ayat diatas menjadi sebab Islamnya seseorang yang nantinya akan menjadi ketua Hizib Islami Britani. Bagaimanakah ceritanya? Ikuti ulasan berikut ini.
Dalam wawancara televisi dengan seorang pakar geologi muslim Prof. Dr. Zaqhlul An-Najar, pembawa acara bertanya kepada beliau tentang ayat diatas: “Apakah terdapat i’jaz ilmi (kemukjizatan yang bersifat sains) yang terkandung didalam ayat diatas? Dr. Zaqhlul memberikan jawaban dengan mengatakan: “Berkenaan dengan ayat ini, aku mempunyai sebuah cerita. Sejak beberapa waktu lamanya aku menjadi tenaga pengajar di Universitas Chardif di bagian barat Inggris. Yang datang mengikuti perkuliahaanku terdiri dari muslim dan non muslim. Pernah suatu ketika terjadi diskusi yang menarik tentang i’jaz ilmi dalam al-Qur`a. Ditengah-tengah diskusi, ada seorang pemuda muslim berdiri dan mengatakan: “Tuan, apakah anda melihat bahwa didalam firman Allah “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan” terdapat isyarat i’jaz ilmi dalam al-Qur`an?” Dr. Zaqhlul mengatakan: “Tidak, karena i’jaz ilmi ditafsiri oleh ilmu (sains). Sedangkan mukjizat, ilmu (sains) itu tidak mampu menafsirinya, karena mukjizat adalah suatu perkara luar biasa yang tidak dapat ditafsiri oleh hukum alam (hukum kausalitas). Terbelahnya rembulan adalah mukjizat, yang terjadi untuk Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam-, dan bersaksi tentang kenabian dan kerasulannya. Mukjizat visual adalah bukti nyata bagi orang yang menyaksikannya. Seandainya hal itu tidak datang dalam kitab Allah dan sunnah Rarul-Nya tentu kita umat Islam di abad ini tidak wajib mengimaninya. Akan tetapi kita mengimaninya karena telah datang keterangannya didalam kitab Allah dan didalam sunnah Rasul-Nya dan karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bicara kota Makkah tidak lepas dari dua tempat suci nan istimewa yaitu Ka’bah dan Masjid al-Haram. Tidaklah lengkap bicara sejarah kota Makkah tanpa bicara sejarah pembangunan Ka’bah dan Masjid al-Haram. Pembangunan Ka’bah
Ka’bah merupakan tempat tertinggi dan terhormat bagi kaum muslimin baik kaya atau miskin, pribadi atau masyarakat dan dimana saja mereka berada sehingga sepanjang sejarah Islam ka’bah inni terpelihara kesucciaan dan kehormataannya dan tetap menjadi pusat perhatian para pelayannya. Adapun riwayat-riwayat dalam buku-buku sejarah dan siroh yang mengungkap tentang pembangunan dan pemeliharaan ka’bah walaupun sebagian riwayat-riwayat tersebut tidak otentik ditinjau dari sudut periwayatannya telah memberikan penjelasan bahwa telah terjadi beberapa kali pembangunan dan pendirian ka’bah, yaitu:
1. Pembangunan dan pemeliharaan para malaikat sebagaimana yang diriwayatkan Al Azrooqy. (Lihat: Akhbaru Makkah 1/2 dan lihat As Suhaily dalam Raudhul Unfi 1/222-223 dan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari13/144 serta Al Baihaqy dalam Ad Dalail 2/44)
2. Pembangunan dan pemeliharaan adam sebagaimana yang diriwayatkan Al Baihaqy dan yang lainnya. (lihat Fathul Bari 13/144)
3. Pembangunan dan pemeliharaan anak-anak adam sebagaimana yang diriwayatkan Al Azrooqy dan yang lainnya dari Wahb bin Munabih,dan menurut As Suhaily yang membangun adalah Syiets bin Adam. (Lihat: Akhbar Makah 1/8, Assiroh Asy Syamiyah 1/172 dan Raudhu Unfi 1/221Bidayah wan Nihayah 1/178)
Selama ini kita mengenal sumur Zamzam dari buku-buku agama. Namun sebenarnya ada sisi ilmiah saintifiknya juga looh. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang air adalah hydrogeologi.
Khasiat air Zam-zam tentunya bukan disini yang mesti menjelaskan, tapi kalau dongengan geologi sumur Zam-zam mungkin bisa dijelaskan disini. Sedikit cerita Pra-Islam, atau sebelum kelahiran Nabi Muhammad, diawali dengan kisah Isteri dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar, yang mencari air untuk anaknya yang cerita selanjutnya bisa ditanyakan ke Wak Haji disebelah ya. Sumur ini kemudian tidak banyak atau bahkan tidak ada ceritanya, sehingga sumur ini dikabarkan hilang.
Sumur Zam-zam yang sekarang ini kita lihat adalah sumur yang digali oleh Abdul Muthalib kakeknya Nabi Muhammad. Sehingga saat ini, dari “ilmu persumuran” maka sumur Zam-zam termasuk kategori sumur gali (Dug Water Well).