PERHATIKAN MENIT KE:
- 05:00-05:13
- 05:50-05:56
- 18:47-19:09
- 36:24-36:29
- 37:09- sampai akhir
Pada tanggal 17 Ramadhan 1431 H yang lalu, di saat kaum muslimin di seluruh penjuru dunia menyibukkan diri untuk beribadah di bulan Ramadhan yang mulia, guna mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan ibadah dan ketaatan yang paling dicintai seperti shalat dan puasa, umat Islam dikejutkan dengan adanya perayaan besar yang dilakukan oleh masyarakat Syi’ah Dua Belas Imam di London, Inggris. Acara keji itu dipimpin oleh sejumlah ulama Syi’ah dari berbagai negeri Arab dan non-Arab yang dikepalai oleh Yasir al-Habib. Perayaan itu dilakukan untuk memperingati “kebinasaan” ‘Aisyah di dalam api neraka –wal’iyadzu billah-. Untuk pertama kalinya Syi’ah berani secara terang-terangan melakukan perbuatan nista tersebut. Dahulu mereka melakukan taqiyah yang itu merupakah aqidah suci dalam agama mereka.
Kemudian setelah berbagai tuduhan kotor tersebut, orang hina (Yasir yang zindiq) ini menegaskan dan menetapkan bahwa ‘Aisyah sekarang berada dalam api neraka, bahkan tidak hanya sekedar dalam neraka, bahkan dia bersumpah atas nama Allah, bahwa ‘Aisyah sekarang berada dalam dasar neraka Jahannam, dalam keadaan tergantung kedua kakinya, memakan bangkai, dan tubuhnya sendiri. Semua itu menurutrnya berdasarkan kandungan al-Qur`an dan sunnah. Mudah-mudahan laknat Allah dan seluruh manusia atasnya.
Pada penutupan sambutannya, dia mengajak kepada kaum muslimin untuk shalat dua rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah atas “binasanya” ummul mukminin –yang dia sebut ummul mujrimin/ ibunda para penjahat- , serta pindahnya dia kepada adzab pedih lagi kekal di dalam neraka jahannam. Dia juga mengajak kaum mukminin, setelah shalat tersebut, untuk meminta segala kebutuhan mereka kepada Allah, dan segala kebutuhan tersebut akan dipenuhi dengan kelembutan Allah subhanahu wa ta’ala, dan syafa’at Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, serta ahlul bait beliau yang suci ‘alaihimusshalatu wassalam.
Selain itu pembaca yang beriman, pada acara itu telah digantungkan sebuah spanduk besar bertuliskan “Binasanya ‘Aisyah di Dalam Neraka”, dan pada sisi yang berhadapan dengannya digantungkan spanduk bertuliskan “Kebahagiaan al-Husain ‘alaihi salam”, dimana kedua sepanduk tersebut, dengan segala kekejian, dinaikkan untuk menyampaikan ucapan kotornya terhadap Ibunda kita ‘Aisyah –mudah-mudahan Allah meridhainya dan membuatnya ridha.
Perayaan tersebut telah disiarkan secara live oleh sebagian siaran Syi’ah dengan penuh suka cita dan bahagia dengan adanya perayaan besar tersebut. Di sela-sela perayaan jahat itu, disamping melaknat Ummul Mukminin, ditambahkan pula melaknat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat besar lainnya –mudahan-mudahan Allah meridhai mereka semua.
Sungguh, sebelumnya kami mengira bahwa pada tanggal 17 Ramadhan tersebut mereka merayakan kemenangan kaum muslimin atas orang-orang musyrik dalam peperangan Badar, akan tetapi kami dikejutkan bahwa orang-orang musyrik dan orang-orang kafir telah selamat dari lisan-lisan mereka, karena dialihkan untuk melaknat wanita suci, lagi disucikan dari langit ketujuh. Dimana Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan tentangnya sepuluh ayat dalam surat an-Nur (24) yang menjelaskan sucinya ‘Aisyah dari tuduhan orang-orang munafik. Kemudian datanglaah orang-orang zindiq itu dengan mengatasnamakan cinta kepada ahlul bait, menuduh kehormatan ummul mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha yang suci, dan menyakiti Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam melalui pelecehan mereka terhadap istri yang paling beliau cintai. Mereka dengan lantangnya mengatakan bahwa Istri Nabi yang tercinta itu telah kafir, dan murtad, serta berada dalam dasar neraka Jahannam!!
Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا (٥٧)
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Ahzab (33): 57)
Wahai bangsa Indonesia, wahai bangsa Malaysia, wahai umat Islam, istri kekasih kalian, al-Mushthafa Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam telah dihinakan sementara kalian semua diam??!!!
Sesungguhnya, saya mengatakannya dengan jujur kepada seluruh ulama dan awamnya kaum muslimin, jika kita tidak melakukan sesuatu maka sesungguhnya kita telah ikut serta dalam kejahatan tersebut. Maka wajib bagi kita memiliki peran dalam membela Ibunda kita, kekasih Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing sesuai dengan kemampuan, kedudukan dan jabatannya. Hendaknya semua tahu bahwa kita akan berdiri di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, dan kita akan dihisab akan keteledoran kita, atau karena kita mendahulukan kemaslahatan duniawi atas kehormatan Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Maka celaka bagi setiap orang yang meremehkan hukuman dan kemurkaan Allah. Secara khusus, hendaknya para ulama berhati-hati. Maka apakah yang akan kita jawab kepada kekasih kita, penghulu kita shollallohu ‘alaihi wa sallam saat beliau nanti bertanya kepada kita pada hari kiamat, apa yang telah kalian lakukan untuk membela kehormatanku?!
Maka jawaban apakah kiranya yang telah kita siapkan untuk pertanyaan tersebut?? Wahai setiap penanggung jawab, saya tahu bahwa Anda semua akan ditanya di hadapan Allah tentang sebaik-baik makhluk-Nya setelah para anbiya`? Siapakah yang memiliki keutamaan (jasa) kepada kita setelah Allah, dan Rasul-Nya, yang karenanya sekarang ini kita menjadi kaum muslimin, dan bagi kita sorga dengan izin Allah jika amal kita baik?! Bukankah para sahabat dan ummahatul mukminin yang telah menjaga Islam serta menyampaikannya kepada orang setelah mereka hingga sampai kepada kita ini…?! Seandainya bukan karena (sebab) mereka niscaya kita tidak akan mendapatkan petunjuk, dan tidak akan shalat, kita akan menjadi para penyembah berhala, api, pohon, dan sapi…! Maka apakah seperti ini kita membalas budi dan jasa mereka?!
Sesungguhnya saya mendorong perhatian Anda untuk bangkit dalam rangka membela kehormatan Nabi dan kekasih Anda Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Bangsa Arab telah bangkit, melakukan satu bagian dari kewajiban mereka terhadap tragedi ini. Dan sekarang kami ingin Anda menyempurnakan kewajiban tersebut, dan melakukan peran Anda. Anda semua tidaklah lebih kecil kecemburuan atau kecintaannya kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dan Ummahatul mukminin dari bangsa Arab dan selain mereka.
Majalah Qiblati telah ikut menyampaikan gugatan di Inggris, dengan menggabungkan diri bersama sejumlah lembaga ilmiah, dan siaran-siaran satelit, dan dengan keikutsertaan sejumlah besar tokoh melawan orang kafir dari Kuwait yang bernama Yasir al-Habib –laknatullah ‘alaihi- tersebut. Pemerintah Kuwait telah menuntut mengekstradisinya melalui Interpol, akan tetapi Interpol Inggris menolaknya. Oleh karenanya, sudah semestinya bagi kita untuk menambah jumlah para penuntut untuk mengadilinya dengan tuduhan pelecehan agama hingga pemerintah Inggris patuh guna mengadilinya atau mengekstradisinya agar orang-orang kafir jahat itu tahu diri, dan tidak lagi berani lancang terhadap penghulu mereka dan ummahatul mukminin yang mereka itu tidak sebanding dengan debu yang diinjak oleh orang-orang terbaik tersebut -rodiallohu ‘anhum -.
Oleh karena itulah, kami, majalah Qiblati memutuskan membuat sebuah kampanye dengan nama “Kampanye Pembelaan Terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha”. Guna mendukung, dan ikut serta dalam kampanye ini, kami meminta kepada setiap orang yang cemburu, dari berbagai jam’iyah, organisasi, yayasan, pondok pesantren, lembaga-lembaga, forum-forum, majlis-majlis ilmu, serta masing-masing individu untuk mendukung kampanye ini dengan ikut serta di dalamnya dengan mengirimkan SMS ke nomor
08-1945 575-999
dan menulis di dalamnya nama, no HP jika ada nomor lain, kemudian menulis
“Saya setuju menggugat kasus ini ke pengadilan”
Demikian pula bisa ikut serta dengan mengirimkan email ke
dukungan@qiblati.com
Setelah itu, kami akan menyertakan nama seluruh pendukung kampanye dalam daftar para penggugat di Inggris.
Sesungguhnya saya sangat optimis dengan kebaikan penduduk Indonesia –maupun yang lainnya- dalam membela kehormatan ibunda kita, dan Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam. Bapak dan ibu saya sebagai tebusannya shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya majalah Qiblati melakukan tugas ini karena keyakinan terhadap pentingnya peranan dalam menerangi masyarakat, dalam menyatukan suara, dan barisan menuju hal-hal yang di dalamnya terdapat kebaikan bagi Islam dan kaum muslimin, serta bagi dunia ini.
Kami memohon agar semua pihak ikut andil dalam menyebarkan kampanye ini melalui email, serta mendorong manusia untuk ikut serta di dalamnya. Siapa saja bisa mengcopy makalah ini dari website Qiblati untuk kemudian menyebarkannya di antara manusia di setiap tempat. Dan wajib ada satu jejak bagi kita dalam membela ibunda kita. Demi Allah, seandainya ada seseorang yang berbicara tentang kehormatan Ibunda kita sendiri, niscaya kita tidak akan diam, lalu bagaimana dengan ibunda kaum mukminin Aisyah rodiallohu ‘anha yang lebih baik dari ibu kita semua?!
Wahai bunda, janganlah bersedih…!
Engkau adalah kehormatan kami
Kehormatan Nabi kami…
Bunda, janganlah bersedih…!
Janganlah bersedih…!
Kami, Umat islam; anak-anakmu
Siap berkorban membelamu
Agar saya bisa memotong jalan atas sebagian orang-orang Syi’ah yang akan mengingkari perbuatan tersebut sebagai taqiyyah (kepura-puraan) dan kedustaan, maka sesungguhnya saya mengatakan dengan jujur bahwa setiap syi’ah berkeyakinan akan kekafiran ‘Aisyah, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat yang lain. Dikarenakan seluruh kitab induk mereka terang-terangan dalam masalah ini. Maka asas dan ushul agama mereka berdiri di atas pengkafiran para sahat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, sekalipun mereka tidak terang-terangan mengatakanya sebagai bentuk taqiyah.
Agar saya bisa menetapkan kejujuran ucapan saya, saya menantang setiap Yayasan Resmi Syi’ah di Indonesia atau yang lain di dunia untuk mengeluarkan satu penjelasan yang di dalamnya diterangkan bahwa Ummul Mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha adalah ibu mereka, dan bahwa beliau adalah wanita mukminah dan penghuni sorga. Sesungguhnya saya, dengan ucapan ini ingin menelanjangi aqidah satu kaum yang berdiri di atas kedustaan dan penipuan. Saya ingin menjelaskan kepada orang-orang yang terperdaya dari para penyeru kepada toleransi dan pendekatan tentang satu hakikat yang tersamarkan, serta aqidah rusak milik para penentang al-Qur`an dan sunnah tersebut. Sesungguhnya saya berpegang dengan tuntutan saya ini, dan tuntutan inilah yang nantinya akan menetapkan kepada kaum muslimin secara umum jika saya benar atau dusta. Sebagai penguat ucapan saya, al-Mujamma’ al-‘Alami Liahlil Bait (Majelis Internasional untuk Ahlul Bait), demi meredakan kemarahan kita, terpaksa mengeluarkan satu pernyataan yang di dalamnya terdapat celaan terhadap tragedi tersebut tanpa memberikan pembelaan terhadap Ummul Mukminin dengan anggapan bahwa hilah (kilah) mereka, serta kedustaan mereka akan bisa menipu kita. Bahkan penjelasan mereka hanyalah bersifat umum, serta tidak menyebut nama ‘Aisyah rodiallohu ‘anhu sama sekali. Apakah Anda tahu sebabnya? Jawabannya adalah agar mereka tidak terpaksa mengatakan ridhiyallahu ‘anha kepada beliau. Tenanglah wahai para pengurus Majelis Internasional untuk Ahlul Bait, kami telah tersadar untuk kalian dengan izin Allah. Kalian mau mengucapkan radhiyallahu ‘anha terhadapnya atau kalian mengakui bahwa dia adalah ibunda kaum mukminin, dan bahwa dia berada di sorga, atau saya nasihatkan kepada kalian semua untuk menulis dalam penjelasan kalian itu satu ungkapan “untuk orang-orang yang tertipu saja”. Berikut komentar saya terhadap pernyataan kalian tersebut.
Karena saya sangat faham tentang cara-cara licik syi’ah, maka terlebih dulu saya akan menjelaskan bagaimana jawaban mereka. Kemungkinan terbaik, mereka akan menjawab bahwa “kami mengingkari (memprotes) perayaan memalukan tersebut, dan kami tidak menerimanya, dan ‘Aisyah menurut kami adalah seorang muslimah”. Ini adalah tipuan yang masyhur dari mereka. Mereka akan menggunakannya untuk menipu, dan itu adalah biasa. Karena di dalam ushul aqidah mereka disebutkan bahwa setiap orang yang tidak beriman dengan kewalian Ali dan para imam setelahnya bukanlah orang mukmin. Islam bukanlah syarat untuk selamat. Seluruh ulama Syi’ah telah sepakat, yang dulu dan yang sekarang, tidak ada khilaf di antara mereka, tentang aqidah imamah yang menyelisihi kaum muslimin, dan mereka mengkafirkan kaum muslimin karenanya. Syi’ah berkeyakinan bahwa keimanan tidak akan sempurna bagi seorang manusia hingga dia beriman dengan kewalian Ali (langsung setelah nabi wafat). Jika dia tidak beriman, maka dia bukan orang mukmin sekalipun dia beriman dengan rukun-rukun iman yang lain. Dan imamah ini, siapa yang tidak mengimaninya, menurut Syi’ah dia telah kafir kepada Allah, dan sedikit dari mereka menjadikannya sebagai orang fasiq yang tidak beriman.
Oleh karena itu, termasuk perkara yang mustahil bila mereka berkeyakinan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, para sahabat secara umum, dan ‘Aisyah –mudah-mudahan Allah meridhai mereka semua- serta kaum muslimin secara umum adalah orang-orang beriman. Akan tetapi mereka hanya mengatakan sebagai orang-orang muslim saja, karenak penilaian mereka sebagai orang mukmin akan meruntuhkan imamah yang itu merupakan asas agama mereka, dan apa yang bertautan dengannya dari sifat ma’shum dan lainnya. Setiap orang yang berbasa-basi dan berbaik sangka kepada mereka tidak mengetahui bahwa dirinya adalah kafir menurut mereka, dan berhak kekal selamanya di dalam api neraka berdasarkan kitab induk mereka.
Sesungguhnya saya katakan kepada setiap orang muslim, bahwa kami, ketika mengkafirkan mereka yang merayakan perayaan tersebut, bukan hanya karena mereka mengkafirkan ummahatul mukminin dan para sahabat saja, akan tetapi karena ijma’ (kesepakatan) ulama kaum muslimin yang menyatakan bahwa siapa yang menuduh, dan mencaci Ummul Mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha maka dia telah kafir.
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata dalam tafsir surat an-Nur (24): ‘Para ulama rahimahumullah, telah sepakat bahwa siapa yang mencaci dan menuduhnya dengan tuduhan yang dituduhkan kepadanya, maka dia kafir, karena menentang al-Qur`an.’ (Tafsirul Qur`anul ‘Azhim, (2/276)), beliau juga menyebutkan ijma’ tersebut dalam al-Bidayah wan-Nihayah (8/92).
Al-Qodhi Abu Ya’la rohimahulloh berkata, ‘Siapa yang menuduh zina ‘Aisyah rodiallohu ‘anha dengan apa yang Allah subhanahu wa ta’ala telah mensucikannya, maka dia telah kafir, tanpa ada khilaf (perselisihan),’ (as-Sharimul Maslul (566-567))
Imam as-Subkiy rohimahulloh berkata, ‘Adapun fitnah terhadap ‘Aisyah rodiallohu ‘anha, wal’iyadzu billah, maka itu mewajibkan pembunuhan karena dua perkara; salah satunya adalah bahwa al-Qur`an telah bersaksi akan kebersihannya dari tuduhan tersebut, maka mendustakannya adalah kekufuran, dan menfitnahnya termasuk kedustaan terhadapnya; yang kedua, bahwa dia adalah istri Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, menfitnahnya berarti menghina Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, dan menghina beliau adalah kekufuran.’ (Fatawa as-Subki, (2/592))
Imam an-Nawawi rohimahulloh berkata dalam Syarah Shahih Muslim (17/117-118), ‘Kebersihan ‘Aisyah rodiallohu ‘anha dari tuduhan zina, adalah sebuah kebersihan secara qath’i dengan nas al-Qur`an yang mulia, seandainya seseorang yang meragukannya wal’iyadzu billah, maka dia menjadi kafir, lagi murtad berdasarkan ijma’ seluruh kaum muslimin.’
Ibnu Qudamah al-Maqdisiy rohimahulloh berkata dalam Lum’atul I’tiqad (29), ‘Termasuk sunnah adalah mengucapkan radhiyallahu ‘anha kepada istri-istri Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, ummahatul mukminin (ibunda kuam mukmin) yang suci dan dibebaskan dari segala keburukan. Yang paling utama dari mereka adalah Khadijah binti Khuwailid, dan ‘Aisyah as-Shiddiqah binti ash-Shiddiq yang dibebaskan oleh Allah di dalam kitab-Nya, istri Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam di dunia dan akhirat. Maka barangsiapa menuduhnya dengan apa-apa yang Allah telah membebaskannya, maka dia telah kafir kepada Allah yang Maha Agung.’
As-Suyuthi rohimahulloh berkata dalam kitabnya al-Iklil fi Istinbathit Tanzil (19), ‘Para ulama telah berdalil dengannya –ayat ifk- bahwa siapa yang menuduhnya, maka dia dibunuh karena kedustaannya terhadap nash al-Qur`an. Para ulama berkata, ‘Menuduh ‘Aisyah adalah sebuah kekufuran, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah bertasbih kepada dirinya sendiri saat menyebutnya, seraya berfirman [سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيْمٌ] Maha Suci Engkau, ini adalah sebuah kebohongan yang nyata. Sebagaimana Dia bertasbih, mensucikan Dzat-Nya saat menyebutkan apa yang orang-orang musyrik mensifati-Nya dengan istri dan anak.”
Ini adalah ucapan orang-orang dahulu dari para imam semuanya, di dalamnya terdapat penjelasan jelas bahwa umat ini telah sepakat bahwa siapa yang mencaci Ummul Mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha, serta menuduhnya dengan apa yang dituduhkan oleh para penuduh maka sesungguhnya dia telah kafir, dimana dia mendustakan Allah, terhadap berita berlepas dirinya ‘Aisyah dari tuduhan itu, berikut kesuciannya rodiallohu ‘anha, dan sebagai hukumannya adalah dibunuh karena murtad dari agama Islam.
Bahkan para imam kaum muslimin telah mengungkapkan bahwa hanya sekedar membenci para sahabat saja telah kafir. Mereka berdalil dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (٢٩)
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath (48): 29)
Imam Malik rohimahulloh, dari ayat ini mengambil istinbath hukum akan kekafiran orang yang membenci para sahabat, dikarenakan para sahabat menjengkelkan mereka, dan siapa dijengkelkan oleh para sahabat maka dia kafir. Imam syafi’i dan lainnya pun menyetujuinya. (As-Showa’iqul Muhriqah (317), Tafsir Ibnu Katsir (4/204))
Jika Imam Malik, dan Imam Syafi’i rohimahulloh, serta selain mereka dari para Imam –mudah-mudahan Allah merahmati mereka, mengungkapkan bahwa hanya sekedar membenci para sahabat adalah kekufuran, maka bagiamana pula dengan mengkafirkan mereka, melaknat, mencaci, serta menuduh mereka dengan perbuatan keji?!!
Ya Allah, atasMulah urusan Yasir yang keji itu, dan orang-orang yang mengikuti jalannya. Lumpuhkan tubuhnya dan bisukan lisannya. Jadikanlah dia berharap mati, dan tidak menemuinya. Ya Allah, tampakkanlah kepada kami keajaiban kekuasaan-Mu pada dirinya. Turunkanlah kepadanya hukuman dan balasan-Mu yang tidak akan tertolak dari kaum pendosa. Ya Allah kuasakanlah atasnya tentara-tentara langit dan bumi. Ya Allah jadikanlah dia sebagai satu tanda, dan pelajaran bagi orang-orang yang mengambil pelajaran. Adzablah dia ya Allah sebagai azab dari yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Ya Allah, potonglah tubuh-tubuhnya sepotong demi sepotong, dan janganlah Engkau mematikannya hingga dia merasakan azab setiap anggota tubuhnya. Ya Allah, kami memohon kepadaMu untuk mengabulkan, Ya Jabbar, Ya ‘Azhim, Ya Qowiyu, Ya ‘Azizu, wahasbunallahu wani’mal wakil.
Semoga selawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, kepada seluruh keluarga beliau, terutama para ummahatul mukminin, dan kepada seluruh para sahabat semuanya. (AR)*