Menyerap ilmu bisa dilakukan salah satunya dengan membaca buku. Tapi kalau sembarang buku dibaca justru racun yang masuk. Buku dari kalangan liberalis yang dibangun di atas filsafat ahli kalam, misalnya.
Berikut kami tampilkan beberapa buku yang layak dibaca oleh kaum Muslimin. Buku-buku ini telah direkomendasikan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah. Kiranya daftar ini bisa menjadi salah satu acuan.
[1] Tsalatsatul-Ushul; [2] Al-Qawa'idul-Arba'; [3] Kasyfu Syubhat; [4] Kitabut-Tauhid (Keempatnya adalah karya Syaikhul-Islam Muhammad al-Tamimi rahimahullah); [5] Al-Aqidah al-Wasithiyah yang membahas al-Asma' wash-Shifat. Ini buku terbaik yang pernah ditulis dalam pembahasan masalah ini, sangat layak untuk dibaca dan dirujuk. [6] Al-Hamawiyah dan [7] at-Tadmuriyah, kedua buku ini lebih luas bahasannya daripada al-Wasithiyah. Ketiga buku tersebut karya Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. [8] Al-Aqidah ath-Thahawiyah karya Abul-Hasan 'Ali bin Abil 'Izz. [9] Ad-Durarus-Saniyyah fil-Ajwibatin-Najdiyah yang dihimpun oleh Syaikh 'Abdurrahman bin Qasim rahimahullah. [10] Ad-Duratul Mudhiyyah fi 'Aqidatil-Firqatil-Mardhiyyah karya Muhammad bin Ahmad as-Safaraini al-Hanbali, didalamnya ada kesalahan berupa ithlaqat (pemutlakan penafian sifat tanpa perincian, penrj.) yang menyelisihi madzhab Salaf, seperti ucapan beliau;
“Rabb kami tidaklah memiliki fisik dan jiwa. Tidak pula raga, Dia Maha tinggi di tempat yang tinggi.”
Oleh karena itu, para penuntut ilmu haruslah mempelajari buku ini dibawah bimbingan Syaikh yang paham dengan 'aqidah Salafiyah agar dapat menjadi (tidak tersesat) dengan adanya kesalahan ithlaqat dalam buku tersebut. 'Aqidah ini menyelisihi 'aqidah as-Salaf ash-Shalih.
Dari Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya orang yang menghafalkan Al Qur’an adalah bagaikan unta yang diikat. Jika diikat, unta itu tidak akan lari. Dan apabila dibiarkan tanpa diikat, maka dia akan pergi.” (HR. Bukhari no. 5031 dan Muslim no. 789).
Dalam riwayat Muslim yang lain terdapat tambahan,
”Apabila orang yang menghafal Al Qur’an membacanya di waktu malam dan siang hari, dia akan mengingatnya. Namun jika dia tidak melakukan demikian, maka dia akan lupa.” (HR. Muslim no. 789)
Anak balita mempunyai pikiran yang jernih dan pemahaman yang masih fitrah, maka ajarkanlah mereka aqidah dan manhaj yang benar. Didik mereka dengan membiasakan mereka menghafal, terutama menghafal al qur'an. Berikut adalah sebuah tips yang disampaikan oleh Syeikh kita Abu Hudzaifah semoga Allah menjaganya mengajarkan kepada anak-anak didiknya secara tidak langsung, dan cara ini terbukti karena beginilah ulama-ulama salaf mendidik anak-anak mereka.
Ketika Syeikh mengajarkan anaknya dalam menghafal al-qur'an atau yang lain, setelah ana perhatikan ternyata masyaallah, cara yang sungguh menakjubkan dan murah tanpa biaya, akan tetapi hal ini membutuhkan peran dari ortua.
Ada kelompok dari kaum muslimin yang melakukan perayaan maulid Nabi Sholallohu'alaihi wasallam pada hari kedua belas, bulan Rabiulawal, setiap tahun hijriah. Diselenggarakan dengan berbagai macam upacara dan ritual. Tujuan dari semua itu adalah mempertunjukkan kegembiraan, kebahagiaan, rasa syukur dan rasa cinta kepada Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam dengan memperingati hari kelahirannya. Apakah perbuatan ini benar, berkesesuaian dengan syariat dan pelakunya mendapat pahala?!
Kepada pembela dan pendukung perayaan maulid saya tujukan risalah ini, dari hati yang penuh kasih dan nasihat untuk mengantarkan kebenaran, membela sunah NabiSholallohu'alaihi wasallam dan mengamalkan sabdanya,
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
"Agama adalah nasihat."
Kami (para sahabat) bertanya, "Untuk siapa wahai Rasulullah?"
لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
"Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan seluruh ummatnya." [Hadits Mutafak alaih]