Ulama adalah Pewaris Para Nabi

“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat, dan Dialah yang Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah:11)
Biografi Ulama Fatwa-fatwa Ulama Ulama Ahlul Hadits

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Pelajaran Indah dari Kehidupan 4 Ulama Manhaj

Pemateri: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 2 Jumadil Awwal 1447 / 24 Oktober 2025
Tempat: Masjid Nuur 'alaa Nuur - Masnan Tambun Bekasi
Daftar Isi:

 



Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu yang merupakan bagian dari ibadah yang sangat mulia.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semakin bertakwa. Sungguh benar apa yang disampaikan Sufyan As-Tsauri Rahimahullah,

«‌إِنَّمَا ‌يُتَعَلَّمُ ‌الْعِلْمُ ‌لِيُتَّقَى ‌اللَّهُ ‌بِهِ وَإِنَّمَا فُضِّلَ الْعِلْمُ عَلَى غَيْرِهِ؛ لِأَنَّهُ يُتَّقَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ»

Sesungguhnya ilmu dipelajari agar (kita) bertaqwa kepada Allah dengannya (yakni mengamalkannya). Dan sesungguhnya ilmu diutamakan atas selainnya karena dengannya (tumbuh) ketaqwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. [Jami’ Bayan Al-Ilm Wa Fadhlih 1/665 no. 1159]

Dan kali ini kita akan membahas Pelajaran-Pelajaran Penting Dari Kehidupan Ulama Madzhab. Empat imam mazhab dalam fikih Islam adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali.

Merekalah para pewaris Nabi ﷺ yang dengannya Allah ﷻ tinggikan derajat mereka. Sebagaimana firman-Nya :

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah ayat 11).

Merekalah orang-orang yang takut kepada Allah ﷻ dimana QS. Fatir ayat 28 menyatakan bahwa :

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.

Merekalah kekasih-kekasih Allah ﷻ yang dalam hadits Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- , Rasulullah ﷺ bersabda, bahwa Allah berfirman,

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ...

"Siapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya...." [Sahih Bukhari - 6502]

Oleh karenanya, Imam Syafi'i pernah berkata:

إِنْ لَمْ يَكُنِ الْعُلَمَاءُ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ وَلِيٌّ.

Jika para ulama’ itu bukan para wali Allah, maka tiadalah wali bagi Allah. (Mulla ‘Ali al-Qari Al-Masnu‘ Fi Ma‘rifat al-Hadis al-Mawdu‘, hlm. 62, no. 45)

Maka, wajib menghormati ulama tanpa fanatik dan berlebihan. Seperti apa yang disampaikan Nabi ﷺ:

[ أخرجه أحمد والترمذي ] قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُوْقِرْ كَبِيْرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ))

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang kecil dari kami dan tidak menghormati yang tua dari kami, tidak menyuruh yang ma’ruf dan tidak mencegah dari perbuatan munkar, serta tidak mengenal hak orang yang alim (ulama) dari kami. - [HR. Ahmad 1/257, at-Tirmidzi 1986, dan Ibnu Hibban 1913]

Dari kisah-kisah kehidupan mereka terdapat ibrah atau pelajaran yang berfaedah bagi kita. Firman-Nya dalam surat Yusuf ayat 111:

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.

al terpenting dalam membaca kisah-kisah adalah mengambil hikmah serta ibrah, bukan sekedar biografi mereka saja.

Muhammad bin Yusuf bin al-Muwaffaq al-Hanafi al-Ghafiqi pernah mengatakan, "Saya tidak mengetahui amalan yang lebih bermanfaat bagi hati selain membaca kisah-kisah para nabi." (Sifat Shafwah, Ibnul Jauzi)

Ini berarti membaca kisah para nabi dapat menyembuhkan penyakit hati dan memberikan manfaat spiritual yang mendalam bagi umat Islam.

1. Imam Abu Hanifah Rahimahullah

  • Nama lengkap: Abu Hanifah al-Nu'man bin Tsabit bin Marzuban al-Kufi.
  • Lahir: 699 Masehi (80 H) di Kufah, Irak.
  • Wafat: 767 Masehi (150 H) di usia 70 th. di Baghdad, Irak.

1. Beliau Seorang Tabi'in: Beliau bertemu dan berguru kepada sejumlah sahabat Nabi dan tabi'in, seperti Anas bin Malik dan Jabir bin Abdullah. Maka, beliau adalah seorang Tabi'in.

2. Bekerja dengan Bisnis: Beliau seorang penjual kain yang jujur dan profesional, beliau masuk ke dalam golongan para ulama yang independen dan berwibawa. Harga diri beliau sebagai ahli fiqih terjaga dari kehinaan meminta-minta harta, apalagi jabatan dan kedudukan.

Hikmah: Seorang Dai hendaknya memiliki usaha sendiri yang mampu menopang hidupnya dan keluarganya.

3. Menuntut ilmu kepada banyak Guru:
Guru Utama beliau: Hammad bin Abi Sulaiman: Guru fikih yang paling terkenal, dan Imam Abu Hanifah belajar darinya selama kurang lebih 18 tahun.

Hikmah:

  • Setiap hamba hendaknya mengambil ilmu dari guru, bukan otodidak.
  • Hukum asal Menuntut Ilmu adalah dengan guru, yang dengannya kita bisa mengambil akhlak dan adab mereka, serta solusi jika ada masalah.
  • Belajar butuh waktu yang lama bukan instan.

4. Murid-murid beliau:

  • Murid-murid Imam Abu Hanifah yang paling terkenal antara lain Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani, dan Imam Zufar bin Hudzail.
  • Murid-murid ini berperan besar dalam mengembangkan dan menyebarkan mazhab Hanafi, baik melalui karya-karya mereka maupun melalui posisi mereka dalam pemerintahan.

Hikmah: Hendaknya ulama memiliki banyak murid yang bisa menyebarkan ilmunya.

5. Berpegang Teguh kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah

Imam Abu Hanifah berkata,

إِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ؛ فَهُوَ مَذْهَبِيْ

“Jika suatu hadits itu shahih, itulah mazhabku.” (Hasyiyah Ibnu Abidin, 1/63; Rasmul Mufti, 1/4; Majmu’ah Rasail Ibnu Abidin, 1/4)

Imam Abu Hanifah berkata,

إِذَا قُلْتُ قَوْلاً يُخَالِفُ كِتَابَ اللهِ تَعَالَى، وَخَبَرُ الرَّسُوْلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ فَاتْرُكُوْا قَوْلِي

“Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan al-Quran dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tinggalkanlah pendapatku itu.” (Al-Iqazh, Shalih Al-Fulani, 50)

Hikmah: Ulama sejati tidak menyandarkan kepada dirinya tetapi kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya.

6. Ibadah Beliau: Ibadah Imam Abu Hanifah sangatlah giat, di antaranya adalah ia dikenal dengan kebiasaan shalat malam (qiyamul lail) yang sangat tekun, Hingga dijuluki pasak (al-watad) karena lamanya shalat malam.

Hikmah:

  • Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan.
  • Imam Syafi’i memiliki nasehat berharga di mana beliau berkata,

العلم ما نفع، ليس العلم ما حفظ

“Ilmu adalah yang bermanfaat dan bukan hanya dihafalkan” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 89). Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang semakin membuat seseorang mengenal Rabbnya dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. 

7. Kehidupan Beliau: 

  • Beliau sangat sabar dalam hidup dan dakwah. Abu Hanifah pernah dipenjara karena menolak jabatan sebagai qadhi (hakim) di masa Khalifah al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah.

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” [HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185)]

  • Beliau terkenal sangat berbakti kepada orang tua. Hingga dikisahkan beliau mengantar ibunya ikut kajian kepada ulama lainya.
  • Beliau sangat berbakti kepada gurunya. Ia pernah berkata, "Setiap kali aku melaksanakan salat, aku selalu mendoakan guruku, Hammad, serta semua guru dan muridku".

Hikmah:

  • Seorang penuntut ilmu hendaknya bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah ﷻ dalam hidupnya.
  • Seorang penuntut ilmu wajib berbakti kepada orang tua. Kalau kita belajar ilmu agama tidak menjadikan akhlak kita semakin baik, maka itu tanda ilmunya tidak bermanfaat. Terutama berbakti ibu sesuai arahan Rasulullah ﷺ.
  • Seorang penuntut ilmu harus memuliakan gurunya sebagaimana orang tua. Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ أُعَلِّمُكُمْ …

‘Sesungguhnya kedudukanku terhadap kalian seperti kedudukan seorang ayah, aku mengajari kalian semua….’”.[HR. Abu Dawud no. 8]

Jangan sampai menjadi murid yang durhaka seperti dalam syair berikut, Ma’an bin Aus memiliki sebuah syair indah yang bisa dijadikan pelajaran berharga bagi setiap penuntut ilmu. Syairnya sebagai berikut:
فَيَا عَجَبًا لِمَنْ رَبَّيْتُ طِفْلاً أُلَقِّمُهُ بِأَطْرَافِ الْبَنَانِ
أُعَلِّمُهُ الرِّمَايَةَ كُلَّ يَوْمٍ فَلَمَّا اسْتَدَّ سَاعِدُهُ رَمَانِي
أُعَلِّمُهُ الْفُتُوَّةَ كُلَّ وَقْتٍ فَلَمَّا طَرَّ شَارِبُهُ جَفَانِي
وَكَمْ عَلَّمْتُهُ نَظْمَ الْقَوَافِيْ فَلَمَّا قَالَ قَافِيَةً هَجَانِي
Sungguh mengherankan, orang yang kudidik semenjak kecil
Aku menyuapinya dengan jari tanganku
Aku mengajarinya memanah setiap hari
Setelah pandai, dia malah memanahku
Aku mengajarkannya bermurah hati setiap waktu
Setelah tumbuh kumisnya, dia malah berbuat kasar padaku
Betapa seringnya aku mengajarinya syair
Setelah bisa membuat satu syair, dia malah mencaciku.(Tadzkirotus suami' fi adabil 'alim)

8. Meninggal Beliau

Beliau meninggal pada usia 70 tahun di dalam penjara. Sebagian riwayat menyebutkan beliau meninggal karena diracun.

Kita hidup di dunia, tidak lama. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda:

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).

Beliau dishalati sebanyak enam kali, saking banyaknya yang menyolatkannya. Rahimahullah.

Sikap kita terhadap beliau dan ulama lainya, kita menghormati dan memuliakannya dan tidak mencacinya.

2. Iman Malik Rahimahullah

  1. Nama lengkap: Imam Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr bin Al-Harith
  2. Lahir: 712 Masehi (93 H) di Madinah.
  3. Wafat: 795 Masehi (179 H) di usia 85 tahun di Baqi, Madinah.

Faedah: Semua ulama madzhab memiliki nama kunyah Abu Abdillah, kecuali Imam Abu Hanifah.

1. Masa Kecil Beliau

Ibunda Imam Malik bin Anas adalah ibu yang benar-benar memperhatikan tumbuh kembang anaknya. Ia juga memahami bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar.

Dalam suatu riwayat, Imam Malik berkata, “Aku berpamitan pada Ibuku untuk pergi mencari dan mencatat ilmu. Ibu berkata, “Kemarilah Nak, kenakanlah pakaian yang pantas bagi seorang penuntut ilmu.” Lalu beliau berkata, “Nah, sekarang pergilah kepada gurumu Rabi’ah untuk menuntut ilmu. Tapi ingat Nak, belajarlah dahulu akhlak darinya sebelum kau menyerap ilmunya.”

Hikmah:

  • Peran seorang ibu sangat besar dalam mendidik anak-anaknya. ibu adalah "Madrasah Pertama" bagi anak-anaknya. Maka cari calon isteri yang baik.
  • Pelajari adab dalam menuntut ilmu.

2. Guru Imam Malik:

Salah satu riwayat menyebutkan guru beliau 900 guru. di antaranya: Nafi’, Sa’id al-Maqbari, Amir bin Abdullah bin al-Zubair, Rabi’ah bin Abi Abdulrahman, Ibn al-Minkadar, al-Zuhri, dan Abdullah bin Dinar. Beliau mengajar dan berfatwa pada usia 21 tahun.

Imam Malik rahimahullah memiliki banyak murid dan sahabat yang tak terhitung jumlahnya, mereka tersebar di berbagai wilayah dunia Islam, Imam Asy-Syafi’i, Yahya bin Yahya al-Laythi yang menyusun kitab Muwatha' (Kitab yang paling shahih setelah Al-Qur’an, sebelum ada Bukhari dan Muslim).

Hikmah:

  • Beliau gigih dan sabar dalam menuntut ilmu
  • Pengorbanan beliau dalam menuntut ilmu. Sampai beliau menjual genteng rumahnya.
  • Hal penting dalam menuntut ilmu diantaranya adalah perlu banyak biaya, waktu dan kecerdasan.

3. Cinta Beliau pada Sunnah

Beliau sangat cinta sunnah, dan dikisahkan setiap ingin mengajar atau menulis hadits beliau mandi, berhias dan berwangian untuk menghormati sunnah-sunnah Nabi ﷺ.

Beliau sangat keras dalam bid'ah. Imam Malik bin Anas rahimahullah mengingkari orang yang ingin memulai ihram jauh sebelum miqat, meskipun dengan niat ingin memperbanyak pahala. Diriwayatkan dari Sufyan bin ‘Uyainah, beliau berkata, “Aku mendengar dari Imam Malik bin Anas, beliau didatangi oleh seseorang. Orang tersebut berkata, “Wahai Abu ‘Abdillah (Imam Malik), dari mana Engkau mulai berihram?” Imam Malik menjawab, “Dari Dzul Hulaifah (Bir ‘Ali), dari tempat yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai berihram.”

Orang tersebut berkata, “Aku ingin memulai ihram dari masjid di samping kubur Nabi.” Imam Malik mengatakan, “Jangan Engkau lakukan, karena aku khawatir Engkau akan tertimpa fitnah.” Orang tersebut berkata, “Fitnah seperti apa yang ditakutkan dari perbuatan semacam ini? Ini hanyalah beberapa mil yang aku tambahkan (untuk berihram) (untuk menambah pahala kebaikan, pen.).”

Imam Malik menjawab perkataan orang tersebut,

وأي فتنة أعظم من أن ترى أنك سبقت إلى فضيلة قصر عنها رسول الله صلى الله عليه و سلم؟ إني سمعت الله يقول:

“Fitnah apakah yang lebih besar daripada ketika Engkau menyangka bahwa Engkau memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Sesungguhnya aku mendengar Allah Ta’ala mengatakan,

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS. An-Nuur [24]: 63)

(Diriwayatkan oleh Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Al-Faqih wal Mutafaqqih, 1: 148; Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, 6: 326; Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal, no.232, dan lain-lain)

Hikmah:

  • Beliau sangat mencintai dan menghargai sunnah.
  • Beliau sangat membenci bid'ah.

4. Perkataan beliau yang terkenal:

  • Sebagaimana direkam oleh As-Sakhawi (Al-Maqashid Al-Hasanah, Hlm. 513, Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, Libanon) menyatakan:

كُلُّ أَحَدٍ يُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُرَدُّ إِلا صَاحِبَ هَذَا الْقَبْرِ

“Setiap orang bisa diambil perkataannya, bisa juga ditolak, kecuali penghuni kubur ini (yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam).”

قَالَ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ رَحِ مَهُ اللَّهُ: «السُّنَّةُ سَفِينَةُ نُوحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا، وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ. ذَمَّ الْكَلَامِ لِلْيَرْوِيِّ (١٢٤/٤).

  • Malik bin Anas rahimahullah ta’la berkata “Sunnah itu seperti perahu Nabi Nuh. Siapa saja yang menaikinya, maka selamat. Dan siapa saja yang terlambat menaikinya, maka ia akan tenggelam (binasa)”.
  • Imam ibnu Abdil Barr rohimahullah berkata: “Seorang ahli ibadah yang bernama Abdullah Al Umariy pernah menulis surat kepada imam Malik menganjurkan beliau agar fokus ibadah. Maka imam Malik menjawab..

‘Sesungguhnya Allah membagi bagikan amal sebagaimana membagi bagikan rezeki. ada7 orang yang dibukakan pintu sholat.. yang lain dibuka untuknya pintu puasa.. ada yang dibukakan pintu sedekah..

Dan menyebarkan ilmu adalah diantara amalan yang paling utama.. aku ridla dengan pemberian Allah ini kepadaku.. Aku merasa yang aku lakukan ini tidak lebih rendah dari apa yang engkau lakukan. Aku berharap kita berdua di atas kebaikan..’“  [siyar a’lam nubala 8/115]

Hikmah:

  • Setiap orang memiliki potensi masing-masing sesuai dengan bidangnya dan kemampuannya.
  • Cari dan kembangkan semua potensi yang ada dalam rangka meninggikan kalimat Allah ﷻ, ada yang terbiasa puasa, ada yang membaca dan menghafal Al-Qur’an, ada yang kuat dalam sedekah dan lainnya. Bahkan ilmu dunia yang bisa bermanfaat untuk akhirat.

5. Hati-hati dalam Berfatwa:

Mari kita lihat persaksian Haisam bin Jamil :

شهدت مالكا سئل عن ثمان واربعين مسألة فقال في اثنتين وثلاثين منها : لا ادري

“Saya menyaksikan Imam Malik di tanya 48 masalah dan beliau menjawab la adri (saya tidak tahu) sebanyak 23 masalah. Artinya dari 48 masalah yang di ajukan kepada Imam Malik ‘hanya’ 25 masalah.”

Hikmah: Jangan bermuda-mudahan dalam berfatwa, kalau tidak tahu jawabannya jangan malu mengatakan aku tidak tahu, karena itu bagian dari agama.

6. Kehidupan Beliau

Beliau ulama yang Sabar dalam menjalankan ujian hidup dan dakwah. Imam Malik pernah dipenjara pada tahun 147 H/764 M oleh gubernur Madinah karena menolak mengeluarkan fatwa yang membenarkan hukum thalaq yang dibuat oleh penguasa saat itu. Penjara tersebut disebabkan oleh penolakannya terhadap kebijakan pemerintah Abbasiyah yang memaksa penduduk untuk patuh pada fatwa tertentu, meskipun fatwa tersebut berbeda dengan prinsip yang diyakini oleh Imam Malik.

7. Wafat Beliau

Dikisahkan, beliau sakit saat menjelang wafatnya dan ‘Dia mengucapkan syahadat, lalu berkata, “Hanya milik Allah segala urusan, baik sebelum maupun setelahnya,” kemudian beliau wafat pada tahun 179 Hijriah (795 Masehi), pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Dan dimakamkan di Baqi Madinah.

3. Imam Syafi'i Rahimahumullah

  • Nama lengkap: Imam Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay.
  • Lahir: 767 Masehi (150 H) di Palestina.
  • Wafat: 820 Masehi (204 H) di usia 54 tahun di Mesir.

1. Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu

  • Beliau sudah yatim sejak kecil. Kemudian dibawa ibunya ke Mekah, untuk menuntut ilmu. Dikatakan bahwa beliau telah menghafal Al-Qur'an pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik pada usia 10 tahun dan berfatwa pada umur 15 tahun.
  • Pesan Imam Malik kepada Imam Syafi'i saat beliau belajar, ilmu adalah cahaya maka, jangan padamkan dengan maksiat.
  • Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Isma’il bin Ja’far, Ibrahim bin Sa’d dan masih banyak lagi.
  • Murid beliau yang terkenal adalah Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah.

Hikmah:

  • Peran seorang ibu sangat besar dalam mendidik anak-anaknya. ibu adalah "Madrasah Pertama" bagi anak-anaknya. Maka cari calon isteri yang baik.
  • Menuntut ilmu itu sejak kecil.
  • Ilmu adalah cahaya dan dosa merupakan faktor hilangnya ilmu.

2. Kitab Beliau: Yang terkenal al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah mengenai Al-Quran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.

Imam muzani mengatakan, saya membaca kitab Ar-Risalah 70 kali. Setiap kali aku membaca, aku mendapatkan faedah baru  yang tidak kudapatkan sebelumnya. 

3. Hormat beliau kepada Guru: Beliau sangat menghormati gurunya, Imam Malik, sampai-sampai saat belajar, beliau tidak membalik kertas takut mengganggu.

Hikmah:  Pentingnya Adab yang tinggi kepada guru dan majelis ilmu. Terutama zaman sekarang yang sering menggangu adalah handphone dengan nada deringnya.

4. Akhlak Beliau

Imam Syafi'i pernah memberikan nasihat kepada Yunus Ash Shadafiy (atau Yunus bin Abdil A'laa) tentang pentingnya menjaga persahabatan, bahkan ketika terjadi perbedaan pendapat.

Imam Syafi'i mengingatkan bahwa seorang teman yang baik itu sulit untuk ditemukan tetapi mudah untuk kehilangan. Ia juga mengajarkan agar tidak hanya fokus pada satu kesalahan yang dilakukan teman, melainkan tetap mengingat kebaikan-kebaikannya yang telah lalu.

Hikmah:

  • Berlapang dada dalam perbedaan pendapat.
  • Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

العلم يشرح الصدر ويوسعه حتى يكون أوسع من الدنيا والجهل يورثه الضيق والحصر والحبس فكلما اتسع علم العبد انشرح صدره واتسع وليس هذا لكل علم بل للعلم الموروث عن الرسول وهو العلم النافع فأهله أشرح الناس صدرا وأوسعهم قلوبا وأحسنهم أخلاقا، وأطيبهم عيشا.

Ilmu akan melapangkan dan meluaskan dada, hingga menjadi lebih luas daripada dunia. Sedangkan kebodohan akan mewariskan rasa sempit, terkurung, dan terpenjara. Sehingga, setiap kali ilmu seorang hamba bertambah, maka akan semakin lapang dan luas dadanya.

Tidaklah hal ini terjadi pada semua ilmu, akan tetapi hanya berlaku pada ilmu yang diwariskan Rasul ﷺَ, yaitu ilmu yang bermanfaat. Akhirnya pemilik ilmu tersebut menjadi orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling baik akhlaknya, dan paling sejahtera hidupnya.” [ Zadul Ma'ad (2/23)]

5. Perkataan emas beliau

العلم ما نفع، ليس العلم ما حفظ

“Ilmu adalah yang bermanfaat dan bukan hanya dihafalkan” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 89).

إِذَا وَجَدْتُمْ فِيْ كِتَابِي خَلَافُ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ فَقُوْلُوا بِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَدَعُوا مَا قُلْتُ

“Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, peganglah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dan tinggalkanlah pendapatku.” (Dzammul Kalam, Al-Haqi, 3/47/1; Al-Ihtijaj bi asy-Syafi’i, Al-Khatib, 8/2; Al-Majmu’, Imam an-Nawawi, 1/6)

Hikmah:

  • Kuatnya beliau dalam memegang Sunnah-sunnah Rasulullah ﷺ.
  • Teladan beliau dalam menjadikan ilmu yang bermanfaat.

6. Wafat Beliau

Wafat pada tahun 204 H atau 820 M di Fustat, Mesir. Pada usia 54 tahun.

4. Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah

  • Nama lengkap: Imam Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris Al-Shaybani
  • Lahir: 780 Masehi (164 H) di Baghdad Irak
  • Wafat: 855 Masehi (241 H) di usia 75 tahun di Mesir.

1. Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu

  • Beliau sudah yatim sejak kecil. Kemudian diasuh oleh ibunya dalam menuntut ilmu.
  • Bahkan beliau menuntut ilmu sampai tuanya. Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya ketika rambut beliau sudah tampak memutih,

إلى متى وأنت مع المحبرة

”Sampai kapan Engkau masih bersama dengan wadah tinta?”

Maksudnya, orang tersebut heran ketika Imam Ahmad rahimahullah tetap bersama dengan alat-alat untuk mencari ilmu seperti kertas dan wadah tinta, padahal usia beliau tidak lagi muda. Sehingga dikatakan dalam sebuah kalimat yang terkenal,

مع المحبرة إلى المقبرة

“Bersama wadah tinta sampai ke liang kubur”.

Maksudnya, janganlah terputus untuk meraih ilmu agama. Raihlah ilmu agama sampai ajal menjemput. Karena menuntut ilmu adalah ibadah, dan ibadah itu sampai mati.

  • Muridnya yang terkenal adalah Bukhari dan Muslim.

“Berkata Adz-Dzahabi ; Yang menghadiri majelis Imam Ahmad ada sekitar 5000 orang atau lebih. 500 orang menulis pelajaran, sedangkan sisanya HANYA mengambil contoh keluhuran adab dan kepribadiannya.”

Hikmah

  • Peran seorang ibu sangat besar dalam mendidik anak-anaknya. ibu adalah "Madrasah Pertama" bagi anak-anaknya. Maka cari calon isteri yang baik.
  • Menuntut ilmu itu sejak kecil hingga mati.
  • Pentingnya adab dalam menuntut ilmu

2. Kehidupan Beliau

  • Kehidupan beliau sangat bersahaja, kehidupannya adalah kehidupan akhirat. Salah satu muridnya, Imam Abu Dawud mengatakan, “Majelis Imam Ahmad adalah majelis akhirat. Tidak pernah sedikit pun disebutkan perkara dunia di dalamnya. Dan aku sama sekali tidak pernah melihat Ahmad bin Hanbal menyebut perkara dunia.”

Hikmah: Majelis ilmu yang benar adalah majelis akhirat yang dapat melembutkan hati.

  • Beliau mengalami masa cobaan yang berat pada masa Khalifah al-Makmun, seorang khalifah yang terpengaruh pemikiran Mu’tazilah. Filsafat Mu'tazilah yang memaksakan pendapat bahwa Al-Qur'an itu adalah makhluk bukan kalamullah. Hingga beliau disiksa dan dipenjara.

Sehingga Al-Hafidz Ali bin Al-Madiny berkata: “Sungguh Allah telah memuliakan agama ini dengan dua orang lelaki, dan tidak ada yang ketiga. Yaitu Abu Bakar pada waktu hari kemurtadan dan Ahmad bin Hanbal pada hari ujian (Al-Qur’an dianggap sebagai makhluk)”.

Hikmah:

  • Kesabaran beliau dalam memegang prinsip kebenaran dan akidah
  • Seorang tokoh harus memiliki akidah dan akhlak yang baik dan benar, karena akan mempengaruhi masyarakat yang akan mencontohnya.

3. Perkataan emas

  • Imam Ahmad rahimahullah berkata,

ما كتبت حديثا إلا وقد عملت به حتى مر بي أن النبي

صلى الله عليه وسلم ) احتجم وأعطى أبا طيبه دينارا فأعطيت الحجام دينارا حين احتجمت

“Tidak pernah aku menulis sebuah hadits pun kecuali aku akan berusaha mengamalkan hadits tersebut. Hingga pada suatu ketika, sampai kepadaku sebuah hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berbekam dan memberi upah kepada Abu Thayyibah (tukang bekam) sebanyak satu dinar, maka aku pun memberikan upah satu dinar kepada tukang bekam setiap kali aku berbekam.” [Siyar A’laamun Nubala’ 9/213 ]

  • Demikian juga saat beliau bersembunyi di salah satu rumah muridnya, beliau katakan, jika kamu mau mencarikan tempat persembunyian baru setelah tiga hari, maka aku akan kasih kamu hadiah. Ternyata hadiahnya ilmu, yaitu beliau mencontoh saat Nabi ﷺ dan Abu Bakar bersembunyi di gua Tsur juga selama tiga hari. Dan beliau ingin mengamalkannya. Kemudian beliau berkata: Tidak pantas seseorang meneladani Nabi ﷺ dalam keadaan senang, tetapi tidak meneladani Nabi ﷺ di saat susah. Subhanallah!

Imam Ahmad berpesan,

يَا بُنَيَّ انْوِ الْخَيْرَ فَإِنَّكَ لَا تَزَالُ بِخَيْرٍ مَا نَوَيْتَ الْخَيْرَ

”Wahai putraku,milikilah niat yang baik! Sungguh,dirimu akan selalu dalam kebaikan selama engkau memiliki niatan yang baik”

Hikmah

  • Inti dari ilmu adalah mengamalkannya.
  • Pentingnya nasihat dan niat yang baik.

4. Wafatnya Imam Ahmad

Imam Ahmad wafat di Baghdad pada tahun 855 M. Banan bin Ahmad al-Qashbani yang menghadiri pemakaman Imam Ahmad bercerita, “Jumlah laki-laki yang mengantarkan jenazah Imam Ahmad berjumlah 800.000 orang dan 60.000 orang wanita .” Rahimahullah.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم