بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Biografi Sahabat Hudzaifah Radhiyallahu’anhu
Alhamdulillah. Dia adalah seorang Sahabat Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam yang mulia, Hudzaifah bin H̱isl —atau ada yang mengatakan H̱usail— bin Jabir bin Amru bin Rabīʿah bin Jarwah bin al-H̱ārits bin Māzin bin Qaṯīʿah bin Abbas, al-Abbasī al-Qaṯīʿī. Dia adalah orang yang memberikan sumpah setianya kepada bani Abdul Asyhal dari kaum Anshar.
Ibunya adalah seorang wanita Anshar dari suku Aus dari bani Bani Abdul Asyhal, yang bermana ar-Rabaḅ binti Kaʿab bin Abdil Asyhal. Selesai kutipan dari al-Istīʿāb fī Maʿrifati al-Aṣẖāb (1/98-99)
❀•◎•❀
Pada perang Uhud, Hudzaifah bersama ayahnya Al Yaman turut berperang. Hudzaifah mendapatkan ujian yang amat berat pada peristiwa itu, dan ia dapat keluar dari peperangan dalam kondisi selamat.
Sedangkan ayahnya telah gugur sebagai syahid dalam perang tersebut. Akan tetapi ia gugur bukan karena sabetan pedang musyrikin akan tetapi karena sabetan pedang muslimin. Ini menjadi sebuah kisah yang akan kami angkat pada bagian berikut:
Imam Bukhari (4065) meriwayatkan dari Aisyah —Semoga Allah Meridainya— yang mengatakan bahwa ketika kaum musyrikin dapat dikalahkan perang Uhud, Iblis berteriak, “Wahai hamba-hamba Allah, di belakang kalian!” Lantas pasukan barisan depan mereka berbalik ke arah belakang sehingga mereka bertubrukan dengan pasukan barisan belakang (Mereka menyangka bahwa barisan itu adalah barisan musuh). Hudzaifah mengamati para pasukan dan ternyata mendapati ada ayahnya, al-Yaman, seketika ia berteriak, “Wahai hamba-hamba Allah! Ayahku! Ayahku!” Demi Allah, mereka tidak terkendali sehingga dia terbunuh. Akhirnya, Hudzaifah berkata, “Semoga Allah Mengampuni kalian.”
Ibnu Ishaq berkata, “ʿAṣhim bin Umar bin Qatadah menceritakan kepadaku dari Mahmud bin Labid yang berkata bahwa H̱usail bin Jabir tertikam pedang-pedang pasukan muslimin hingga tewas karena mereka tidak mengenalinya. Hudzaifah berkata, ‘Ayahku!’ Mereka berkata, ‘Demi Allah, seandainya kami mengenalinya (tentu tidak membunuhnya). Mereka benar (tidak mengenalinya).’ Hudzaifah berkata, ‘Semoga Allah Mengampuni kalian, sungguh, Dia adalah Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.’ Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam berkehendak membayar diyatnya lalu Hudzaifah menyedekahkan uang diyat tersebut kepada kaum muslimin, sehingga hal itu menambah kemuliaannya di sisi Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam.” (Sīrah Ibni Hisyam, 2/86)
❀•◎•❀
Begitu Rasulullah ﷺ berhijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi Beliau bagaikan sepasang mata. Ia juga ikut serta bersama Rasul dalam setiap jihad yang Beliau lakukan.
Mengapa Hudzaifah tidak ikut serta dalam perang Badr, ada sebuah kisah yang akan diceritakan olehnya sendiri, Imam Muslim (1787) meriwayatkan:
Aku tidak bisa turut serta dalam perang Badr karena aku pada saat itu sedang di luar Madinah bersama ayahku. Lalu para kafir Quraisy menangkap kami dan bertanya: “Hendak kemana kalian?”
Kami menjawab: “Hendak ke Madinah!” Mereka bertanya: “Apakah kalian hendak menjumpai Muhammad?”
Kami menjawab: “Tidak ada tujuan kami selain Madinah.”
Mereka masih saja tidak mau melepaskan kami kecuali setelah membuat perjanjian dengan kami agar kami tidak akan membantu Muhammad untuk memerangi mereka dan juga agar kami tidak turut berjuang bersamanya. Akhirnya, merekapun melepaskan kami.
Begitu kami menghadap Rasulullah ﷺ kami menceritakan perjanjian yang kami buat dengan suku Quraisy dan kami bertanya kepada Beliau apa yang mesti kami perbuat?
Rasul ﷺ menjawab: “Kita harus menepati janji dengan mereka, dan kita memohon pertolongan Allah untuk menghadapi mereka.”
❀•◎•❀
Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh kaum muslimin di Madinah adalah adanya kaum munafikin dari bangsa Yahudi dan pendukungnya yang sering membuat makar terhadap Nabi dan para sahabatnya.
Maka Nabi ﷺ menceritakan kepada Hudzaifah bin Yaman beberapa nama orang munafik –dan ini merupakan rahasia yang tidak ia ceritakan kepada salah seorang sahabatnya yang lain- Rasul memerintahkan kepadanya untuk mengawasi gerak-gerik dan aktivitas mereka, serta menolak bahaya mereka dari Islam dan kaum muslimin.
Sejak saat itu, Hudzaifah bin Yaman mulai disebut sebagai Shahib Sirri Rasulillah ﷺ (Pemilik rahasia Rasulullah ﷺ).
Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam memberitahukan nama-nama mereka kepadanya, sampai-sampai Umar —Semoga Allah Meridainya— bertanya kepadanya, “Apakah di antara para bawahanku ada yang termasuk orang munafik?” Dia berkata, “Ya, ada satu.” Dia berkata, “Siapa dia?” Dia berkata, “Takkan aku sebutkan.” Hudzaifah berkata, “Lalu dia memecat orang itu, seolah-olah dia tahu yang dimaksud.” Apabila ada salah seorang kaum muslimin yang wafat, Umar bin Khattab segera bertanya tentang Hudzaifah. Apabila Hudzaifah ikut menyalatkan jenazahnya, maka ia juga akan ikut menyalatkannya. Namun apabila Hudzaifah tidak ikut menyalatkannya, maka Umar juga tidak akan ikut menyalatkannya. Hudzaifah ikut serta dalam perang di Nahawand. Ketika al-Nu`man bin Muqrin, pemimpin pasukan dalam perang tersebut, terbunuh, Hudzaifah mengambil panjinya. Dialah yang menaklukkan wilayah Hamadān, ar-Ray, dan ad-Dīnūr di bawah komandonya. Dia ikut serta dalam penaklukan negeri-negeri semenanjung Arab lalu tinggal di Nisibis dan menikah di sana. (Asād al-Ghābah, hal. 248)
❀•◎•❀
Rasulullah ﷺ menyelami rahasia diri Hudzaifah bin Yaman, dan Beliau menemukan 3 buah tanda: Kecerdasan yang unggul membuatnya dapat menyelesaikan segala permasalahan. Pehamaman yang cepat dan patuh yang menyambut setiap seruan Beliau. Serta mampu menjaga rahasia sehingga tidak ada orang yang mampu mengetahui isi hatinya.
Strategi Rasulullah ﷺ berdasarkan pada mengetahui potensi para sahabatnya, dan memanfaatkan potensi mereka yang tersembunyi. Hal itu dengan menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat.
❀•◎•❀
Fawaid dari Kisah ini:
- Keutamaan sahabat Hudzaifah:
- Sejak lahir sudah masuk Islam, karena ayahnya telah muslim.
- Selalu mendampingi Rasulullah seperti sepasang mata dan selalu berjihad bersamanya.
- Kecerdasannya unggul dan pemahamannya cepat serta antisipatif (Menanyakan keburukan agar dapat menghindari).
- Sifatnya yang amanah membuat beliau dijuluki Shahib Sirri Rasulillah ﷺ (Pemilik rahasia Rasulullah ﷺ).
- Sifat Kedermawanan beliau perlu diteladani hingga menyedekahkan seluruh harta diyat atas meninggalnya ayah beliau.
- Sifat iblis selalu mengadu domba kaum muslimin, termasuk dalam perang Uhud yang akhirnya membuat ayah Hudzaifah terbunuh.
- Rasulullah ﷺ meneladani untuk menepati janji meskipun dengan orang kafir dan merugikan beliau.
- Allah ﷻ menolong Nabi ﷺ pada perang Badar antara lain karena do'a dan kejujuran Nabi ﷺ.
- Kecerdasan dan bashirah Umar hingga mampu mengidentifikasi bawahannya yang terindikasi munafik.
- Nabi ﷺ mengetahui potensi para sahabat dan memanfaatkan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
- Orang-orang munafik telah ada sejak zaman Nabi ﷺ dan akan terus ada sebagai ujian bagi kaum mukminin.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم