Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

📚 Ad-Daa wa Dawaa' #3
🎙┃ Ustadz Abdul Fattach, S.Pd.i حفظه الله تعالى
🗓┃Ahad, 27 Juli 2025 / 2 Safar 1446 H
🕰┃ Ba'da Subuh
🕌┃ Masjid Al-Ikhlash Safira Residence Kartasura



Ad-Daa wa Dawaa' #3: Do'a adalah Obat

الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدَ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu setelah melakukan shalat subuh berjama'ah, semoga menjadikannya jalan mudah bagi kita menuju surga Allah ﷻ.

Telah dijelaskan dalam pertemuan sebelumnya bahwa:

  • Al-Qur'an merupakan obat penawar terbaik bagi hati dari penyakit kebodohan, keraguan, dan kebimbangan maupun penyakit jasmani.
  • Al-Qur'an seluruhnya merupakan Rahmat bagi orang yang beriman.

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra’: 82)

  • Obat lainnya adalah Do'a.

Faktor-faktor Penghalang Do'a

  1. Lemahnya jiwa
  2. Mengkonsumsi Makanan Haram
  3. Berbuat kedzaliman
  4. Lemahnya hati karena maksiat dan syahwat.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Hal yang sama juga do'a. Doa termasuk sebab yang paling kuat untuk mendapatkan keinginan dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki. Meskipun demikian, terkadang doa tidak memberikan efek apa pun.

Hal ini bisa terjadi disebabkan do'a itu pada dasarnya memang lemah jiwanya, misalnya do'a yang tidak disukai Allah karena mengandung kezhaliman, atau karena kelemahan hati orang yang berdoa serta tidak adanya ketundukan kepada Allah.

Do'a yang dilakukan oleh orang yang hatinya lemah, seperti busur panah yang lemah, meskipun anak panah tajam tetapi jika busurnya lemah maka panahnya juga lemah.

Mungkin juga hal itu disebabkan sesuatu yang menghalangi terkabulnya doa tersebut, seperti mengonsumsi makanan haram, berbuat kezhaliman, tertutupnya hati dengan maksiat, serta kondisi jiwa yang terkuasai dan terkalahkan oleh kelalaian juga oleh nafsu syahwat.

Disebutkan dalam al-Mustadrak al-Hakim,[*)] dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi bersabda:

(( أَدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لَا يَقْبَلُ دُعَاء مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَّاه.))

“Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan doa kalian terkabul. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak serius.”

*) Al Mustadrak (1493). Hadits tersebut diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi (no. 3479), Ibau Hibban dalam al-Majrabin (1/372), serta al-Khatib dalam Tarik-nya (II/356). Di dalam sanadnya terdapat Shalih al-Murri. la matruk, sebagaimana perkataan al-Mundzini dan adz-Dzahabi. Guru kami, al-Albani, menyebutkan hadits ini dalam ub-Shabibab (no. 594) sebagai rabid (penguat) dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (11/177). Komentar saya: “Hadits ini tidak bisa menguatkan riwayat tersebut, karena pada sanadnya ada Ibnu Lahi’ah. Ia adalah perawi yang sudah masyhur kedha’ifannya. Jadi, hadits yang hendak dikuatkan dengan sabid tersebut sangat lemah, bahkan syabid-nya juga lemah sehingga tidak bisa menguatkannya.” Oleh sebab itulah, al-Munawi berkomentar di dalam Faidhul Qadir (1/229): “Barang siapa yang menyangka hadits tersebut berderajat hasan, apalagi shahih, maka dia telah melantur. Akan tetapi, hadits ini dihasankan oleh al-Haitsami di dalam al-Majma’ (X/148).

Berdasarkan hadits di atas, doa adalah obat penawar yang memberikan manfaat dan menghilangkan penyakit. Namun, kelalaian hati dari ingat kepada Allah dan mengonsumsi makanan haram akan melemahkan sekaligus melenyapkan kekuatan doa.

Penjelasan tersebut senada dengan riwayat dalam Shahih Muslim no. 1015 dari Abu Hurairah, dia menuturkan: “Suatu ketika Rasulullah bersabda kepada kami:

(( يَا أَيُّهَا النَّاسُ : إِنَّ اللَّهَ طَيِّبُ، لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: يَأَيّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَتِ وَاعْمَلُوا صَلِحَا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ ، وَقَالَ: يَتَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَكُمْ ) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَام وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ؛ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذلِكَ؟))

Wahai manusia, sungguh Allah itu baik dan tidak akan menerima, kecuali hal yang baik. Sungguh, Allah juga telah memerintahkan kaum Mukminin dengan perkara yang Dia perintahkan kepada para Rasul. Dia berfirman: ‘Wahai para Rasul, makanlah makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’ (QS. Al-Mu’minûn: 51). Allah juga berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 172)

Kemudian, beliau menceritakan tentang seorang laki-laki tengah mengadakan perjalanan panjang, rambutnya kusut, tubuhnya berdebu, dan ia menengadahkan tangan ke langit: ‘Ya Rabbku! Ya Rabbku!’ Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dibesarkan dengan hal-hal yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya akan terkabul?””

*****

Dalam hadits ini laki-laki tersebut telah melalui 3 sebab dikabulkannya do'a:

1. Do'anya seorang yang safar.

Dalam sebuah hadits disebutkan,

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

“Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) do’a yang tidak diragukan lagi yaitu: (1) do’a orang yang terzholimi, (2) do’a seorang musafir, (3) do’a orang tua pada anaknya.” (HR. Ahmad 12/479 no. 7510, At Tirmidzi 4/314 no. 1905, Ibnu Majah 2/1270 no. 3862. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini)

2. Menggunakan adab-adab doa dengan menengadahkan Tangan.
3. Bertawasul dengan nama dan sifat Allah ﷻ.

Tetapi masih makan yang haram, inilah penyebab do'anya tidak terkabulkan.

*****

'Abdullah bin Imam Ahmad menyebutkan dalam kitab az-Zubd (1/176) karya ayahnya: “Dahulu, Bani Israil pernah tertimpa bencana sehingga mereka pun keluar ke suatu tempat untuk berdoa. Kemudian, Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya untuk mengabarkan kepada mereka: ‘Sungguh kalian keluar ke dataran tinggi ini dengan badan yang najis. Kalian menengadahkan tangan-tangan kalian kepada-Ku, padahal ia berlumuran darah dan dengannya kalian penuhi rumah-rumah dengan barang-barang yang haram. Apakah kalian sekarang memohon pada saat murka-Ku kepada kalian telah bertambah? Kalian hanyalah akan semakin menjauh dari-Ku.””

Abu Dzarr berkata: “Cukuplah doa itu bisa diterima jika disertai dengan kebajikan, yakni layaknya sejumput garam yang mencukupi sejumlah makanan.” (Az-Zubd (11/77) karya Imam Ahmad).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Do’a

A. Do’a adalah Obat

Do’a termasuk obat yang sangat bermanfaat sekaligus musuh bagi bencana. Ia akan memerangi, mengobati, mencegah, menghilangkan, atau mengurangi bencana yang menimpa. Do’a merupakan senjata kaum Mukminin.

Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Shahiihnya, dari ‘Ali bin Abi Thalib, bahwasanya Rasulullah bersabda:

الدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ، وَعِمَادُ الدِّيْنِ، وَنُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“Do’a adalah senjata kaum Mukminin dan tiang agama, serta cahaya langit dan bumi.”

Ketika bersanding dengan musibah, do’a mempunyai tiga kondisi sebagai berikut:

  1. Do’a lebih kuat daripada musibah. Maka dari itu, do’a mampu mencegah terjadinya musibah
  2. Do’a lebih lemah daripada musibah. Akibatnya, do’a terkalahkan sehingga musibah menimpa orang yang bersangkutan. Akan tetapi, do’a bisa meringankan musibah tersebut meski- pun hanya sedikit.
  3. Satu sama lain saling menyerang dan saling menghilangkan.

Al-Hakim meriwayatkan dalam Shahiihnya dari ‘Aisyah, ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:

لَا يُغْنِي حَذَرٌ مِنْ قَدَرٍ. وَالدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ، وَإِنَّ الْبَلَاءَ لَيَنْزِلُ فَيَلْقَاهُ الدُّعَاءُ فَيَعْتَلِجَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Sikap waspada tidak mampu menolak takdir. Do’a akan memberikan manfaat kepada hal-hal yang telah terjadi dan yang belum terjadi. Pada saat musibah itu turun, do’a segera menghadapinya. Keduanya lantas saling bertarung hingga datangnya hari Kiamat.”

Disebutkan juga dalam kitab yang sama, dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya Nabi bersabda:

الدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ، فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ

“Do’a akan memberikan manfaat terhadap apa yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Maka hendaklah kalian berdo’a, wahai hamba-hamba Allah.”

Masih dalam kitab yang sama, yaitu dari Tsauban, bahwasanya Nabi bersabda:

لَا يَرُدُّ القَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا البِرُّ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

“Tidak ada yang dapat menolak takdir, kecuali do’a. Tidak ada pula yang dapat menambah usia, kecuali kebajikan. Sesungguhnya seseorang itu benar-benar akan terhalang dari rizkinya karena dosa yang ia kerjakan.”

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم