Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

بسم الله الرحمن الرحيم

📚 Ad-Daa wa Dawaa' #5
🎙┃ Ustadz Abdul Fattach, S.Pd.I Hafidzahullah
🗓┃Sabtu, 16 Agustus 2025 / 22 Shafar 1446 H
🕰┃ Ba'da Subuh
🕌┃ Masjid Al-Ikhlash Safira Residence Kartasura



 

Ad-Daa wa Dawaa' #5: Berdo'a dengan Ismul A'dzom [Nama-nama Allah ﷻ yang Agung]

Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu setelah melakukan shalat subuh berjama'ah, semoga amalan-amalan kita diterima dan menjadikannya jalan mudah bagi kita menuju surga Allah ﷻ.

Telah berlalu pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan do'a:

  1. Do'a adalah obat.
  2. Terus menerus dalam do'a.
  3. Tergesa-gesa dalam mengharapkan terkabulnya do'a.
  4. Syarat Diterimanya do'a: Waktu-waktu Terkabulnya Do'a & Ismul A'dzom.

Ismul A'dzom ( اسم الله الأعظم): Yaitu nama-nama Allah ﷻ yang paling agung, yang diyakini memiliki keutamaan luar biasa dalam doa dan ibadah.

Do'a Dzun Nuun

Dzun Nuun adalah sebutan untuk Nabi Yunus ‘alaihis salam yang pernah ditelan oleh ikan. Cobalah kita lihat, betapa mustajabnya doa Nabi Yunus ‘alaihis salam.

Hal ini pernah disebutkan oleh Nabi ﷺ:

دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

“Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

ʟᴀᴀ ɪʟᴀᴀʜᴀ ɪʟʟᴀᴀ ᴀɴᴛᴀ ꜱᴜʙʜᴀᴀɴᴀᴋᴀ ɪɴɴɪɪ ᴋᴜɴᴛᴜ ᴍɪɴᴀᴢʜ ᴢʜᴏᴏʟɪᴍɪɪɴ

Tidak ada Sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim.

Sesungguhnya tidaklah seorang Muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.” [HR. Tirmidzi no. 3505. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Sahih]

Mengenai doa Nabi Yunus ‘alaihis salam ini juga disebutkan dalam ayat:

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan memersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang berbuat zalim.”

Maka Kami telah memerkenankan doanya, dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [QS. Al Anbiya’: 87-88]

Dalam doa Dzun Nuun ini ada tiga keistimewaan:

  1. Pengakuan tauhid. (Menggunakan Mukhaṭab (المُخَاطَبُ) → Yang diajak bicara / lawan bicara yaitu Engkau: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ).
  2. Menggunakan kalimat tasbih dengan dhamir Mukhaṭab (المُخَاطَبُ) : سُبْحَانَكَ.
  3. Pengakuan akan kekurangan diri: إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Disebutkan juga dalam al-Mustadrak karya al-Hakim [Hadits ini adalah lafazh lain dari riwayat yang sama dengan sebelumnya.] dari Sa’ad, dari Nabi, beliau bersabda:

(( أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا نَزَلَ بِرَجُلٍ أَمْرٌ مُهِمْ، فَدَعَا بِهِ يُفَرِجِ اللَّهُ عَنْهُ؟))

“Maukah kalian kuberitahukan sesuatu yang jika seseorang ditimpa suatu urusan yang menggelisahkan lalu ia berdoa dengannya, maka Allah akan memberinya jalan keluar?” Yang beliau maksud adalah doa Dzun Nun.

Di dalam Shahih al-Hakim [Al-Mustadrak (1/505-506). Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya (IV/65). Di dalam sanadnya terdapat Amr bin Bakr as-Saksaki, seorang perawi matruk. Cukuplah bagi kita dengan berpatokan pada hadits-hadits yang telah disebutkan sebelumnya.], masih dari Sa’ad, ia mendengar Nabi bersabda:

(( هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى اسْمِ اللهِ الْأَعْظَمِ؟ دُعَاءُ يُوْنُسَ. قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! هَلْ كانَتْ لِيُونُسَ خَاصَّةً؟ قَالَ: أَلا تَسْمَعُ قَوْلَهُ تَعَالَى: ﴿ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَغَيْتَهُ مِنَ الْغَم وَكَذَلِكَ تُشيِي الْمُؤْمِنِينَ ) فَأَيُّمَا مُسْلِمٍ دَعَا بِهَا فِي مَرَضِهِ أَرْبَعِينَ مَرَّةً فَمَاتَ فِي مَرَضِهِ ذُلِكَ أُعْطِيَ أَجْرَ شَهِيْدٍ، وَإِنْ بَرَأَ بَرَأَ مَغْفُورًا لَهُ.))

“Maukah kalian aku tunjukkan nama Allah yang paling agung? Itulah doa Yunus.” Salah seorang bertanya: “Apakah doa ini khusus untuk Yunus?” Nabi menjawab: “Tidakkah engkau mendengar firman Allah: ‘Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang- orang yang beriman’ (QS. Al-Anbiyâ’: 88). Maka setiap Muslim yang berdoa dengan doa tersebut ketika sedang sakit sebanyak 40 kali, lalu ternyata dia meninggal dunia, maka dia mendapatkan pahala orang yang mati syahid. Adapun jika dia sembuh, maka dia sembuh dalam keadaan dosanya terampuni.”

Di dalam ash-Shahihain [HR. Al-Bukhari (no. 5985) dan Muslim (no. 2730)] dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa saat mengalami kesusahan, Rasulullah mengucapkan:

(( لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ.))

ʟᴀᴀ ɪʟᴀʜᴀ ɪʟʟᴀʟʟᴀʜ ᴀʟ-‘ᴀᴢʜɪɪᴍ ᴀʟ-ʜᴀʟɪɪᴍ, ʟᴀᴀ ɪʟᴀʜᴀ ɪʟʟᴀʟʟᴀʜ ʀᴏʙʙᴜʟ ‘ᴀʀꜱʏɪʟ ‘ᴀᴢʜɪᴍ. ʟᴀᴀ ɪʟᴀʜᴀ ɪʟʟᴀʟʟᴀʜ, ʀᴏʙʙᴜꜱ ꜱᴀᴍᴀᴀᴡᴀᴀᴛɪ ᴡᴀ ʀᴏʙʙᴜʟ ᴀʀᴅʜɪ ᴡᴀ ʀᴏʙʙᴜʟ ‘ᴀʀꜱʏɪʟ ᴋᴀʀɪᴍ.

“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah, Rabb Yang Mahaagung lagi Yang Maha Penyantun. Tidak ada ilah yang berhak dibadahi kecuali Allah; Rabb Arsy yang agung. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah; Rabb langit yang tujuh, Rabb bumi, serta Rabb Arsy yang mulia.”

Di dalam al-Musnad karya Imam Ahmad, [Al-Mustadrak (no.701). Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Hakim (1/508) dan dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir] dari Ali bin Abu Thalib, ia berkata: “Rasulullah mengajarkan kepadaku untuk mengucapkan doa ketika ditimpa musibah:

(( لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ وَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ))

ʟᴀᴀ ɪʟᴀʜᴀ ɪʟʟᴀʟʟᴀʜ ᴀʟ-ʜᴀʟɪɪᴍ ᴀʟ-ᴋᴀʀɪɪᴍ, ꜱᴜʙʜᴀᴀɴᴀʟʟᴀʜ ᴡᴀ ᴛᴀʙᴀᴀʀᴏᴋᴀʟʟᴀʜ ʀᴏʙʙᴜʟ ‘ᴀʀꜱʏɪʟ ‘ᴀᴢʜɪɪᴍ, ᴡᴀʟ ʜᴀᴍᴅᴜ ʟɪʟʟᴀʜɪ ʀᴏʙʙɪʟ ‘ᴀᴀʟᴀᴍɪɪɴ.

‘Tidak ada ilah yang berhak diibadahi, melainkan Allah yang Maha Penyantun lagi Mahamulia. Mahasuci Allah dan Mahatinggi, Rabb Arsy yang agung, serta segala puji bagi Allah Rabb alam semesta.””

Masih dalam Musnad Imam Ahmad,[Al-Musnad (1/391, 452)] dari Abdullah bin Mas’ud, ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:

(( مَا أَصَابَ أَحَدًا قَط هَمَّ وَلَا حُزنُ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِي حُكْمُكَ، عَدْلُ فِي قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ. أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ في عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ : أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْعَظِيمَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجَلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَي؛ إِلَّا أَذْهَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّهُ وَحَزَنَهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَحًا، فَقِيْلَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَلَا نَتَعَلَّمُهَا؟ قَالَ: بَلَى يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا.))

“Tidaklah seorang ditimpa kegundahan atau kesedihan lalu berucap:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ

ᴀʟʟᴀᴀʜᴜᴍᴍᴀ ɪɴɴɪɪ 'ᴀʙᴅᴜᴋᴀ, ᴡᴀʙɴᴜ 'ᴀʙᴅɪᴋᴀ, ᴡᴀʙɴᴜ ᴀᴍᴀᴛɪᴋᴀ, ɴᴀᴀꜱʜɪʏᴀᴛɪɪ ʙɪʏᴀᴅɪᴋᴀ, ᴍᴀᴀᴅʜɪɴ ꜰɪʏʏᴀ ʜᴜᴋᴍᴜᴋᴀ, 'ᴀᴅʟᴜɴ ꜰɪʏʏᴀ Qᴀᴅʜᴀᴀ-ᴜᴋᴀ, ᴀꜱ-ᴀʟᴜᴋᴀ ʙɪᴋᴜʟʟɪꜱᴍɪɴ ʜᴜᴡᴀ ʟᴀᴋᴀ, ꜱᴀᴍᴍᴀɪᴛᴀ ʙɪʜɪ ɴᴀꜰꜱᴀᴋᴀ, ᴀᴜ ᴀɴᴢᴀʟᴛᴀʜᴜ ꜰɪɪ ᴋɪᴛᴀᴀʙɪᴋᴀ, ᴀᴜ 'ᴀʟʟᴀᴍᴛᴀʜᴜ ᴀʜᴀᴅᴀɴ ᴍɪɴ ᴋʜᴀʟQɪᴋᴀ, ᴀᴡɪꜱᴛᴀ'ᴛꜱᴀʀᴛᴀ ʙɪʜɪ ꜰɪɪ 'ɪʟᴍɪʟ ɢʜᴏɪʙɪ 'ɪɴᴅᴀᴋᴀ, ᴀɴ ᴛᴀᴊ'ᴀʟᴀʟ Qᴜʀ-ᴀᴀɴᴀ ʀᴀʙɪɪ'ᴀ Qᴀʟʙɪɪ, ᴡᴀ ɴᴜᴜʀᴀ ꜱʜᴀᴅʀɪɪ, ᴡᴀ ᴊᴀʟᴀᴀ-ᴀ ʜᴜᴢɴɪɪ, ᴡᴀ ᴅᴢᴀʜᴀᴀʙᴀ ʜᴀᴍᴍɪɪ.

“Ya Allah, sungguh aku adalah hambamu, anak dari hambamu (Adam), anak dari hamba wanitamu (Hawa), ubun-ubunku di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku bagiku, serta ketetapan-Mu itu adil terhadapku. Ya Allah, aku meminta-Mu dengan segala nama yang Engkau miliki, yang Engkau menamai diri-Mu dengannya, atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang terdapat di sisi-Mu. Maka jadikan al-Qur-an yang mulia sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku, pelenyap kesedihanku, dan penghilang kegundahanku,’

melainkan Allah akan menghilangkan kegundahan dan kesedihan orang tersebut kemudian menggantikannya dengan kegembiraan.” Seorang bertanya: “Wahai Rasulullah, bolehkah kami mempelajarinya?” Beliau menjawab: “Tentu. Sudah seharusnya orang yang mendengar doa tersebut mempelajarinya.”

Dalam do'a-do'a di atas terkandung beberapa faedah:

  1. Mengakui tauhid uluhiyah Allah ﷻ (اللَّهُمَّ ) - Allah ﷻ adalah satu-satunya Dzat yang wajib disembah.
  2. Mengakui bahwa kita hamba Allah ﷻ
  3. Mengakui sifat tangan bagi Allah ﷻ.
  4. Mengakui keadilan Allahhukum, qadha dan qadar Allah ﷻ
  5. Mengakui semua nama-nama Allah ﷻ dengan nama Allah ﷻ baik yang Allah ﷻ pilihkan bagi diri-Nya atau Allah ﷻ ajarkan bagi salah seorang dari hamba-Nya atau yang Allah ﷻ turunkan dalam kitabNya ataukah nama yang Allah ﷻ pilih untuk dirinya dalam ilmu ghaib ada di sisi-Nya. Dan itu sangat banyak, bukan terbatas pada 99 nama-nama Allah ﷻ yang khusna.
  6. Al-Qur'an akan menjadi penyejuk bagi kita dari kegundahan dan kegalauan.

Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidaklah seorang Nabi tertimpa kesusahan, melainkan ia akan memohon pertolongan kepada Allah dengan bertasbih.”

Ibnu Abid Dun-ya menyebutkan dalam al-Mujabin fid Du’a [Al-Mujabin fid Du’a’ (no. 23) dengan sanad dha’if] dari al-Hasan, dari [Anas bin Malik],[Mujâbi ad-Da’wab (no. 23) dan Usdul Ghabab (VI/295)] ia berkata: “Ada salah seorang Sahabat Nabi dari kalangan Anshar yang diberi kun-yah atau julukan Abu Mi’laq. Ia dikenal sebagai orang yang rajin beribadah dan wara’ sekaligus sebagai pedagang yang berniaga dengan harta pribadinya maupun harta orang lain di berbagai tempat. Suatu kali ia bertemu seorang perampok bersenjata di tengah perjalanannya.

“Letakkan barang-barang yang kamu bawa! Sungguh aku akan membunuhmu!” kata perampok.

“Mengapa Anda menginginkan darahku? Urusanmu hanyalah hartaku,” jawab Abu Mi’laq.

“Aku menginginkan harta dan darahmu!” gertak perampok itu. “Jika Anda tetap ingin membunuhku, maka izinkanlah aku shalat empat rakaat terlebih dahulu,” kata Abu Mi’laq.

“Shalatlah sesuai dengan keinginanmu,” seru perampok tadi.

Abu Mi’laq lalu berwudhu dan shalat empat rakaat. Di antara doa yang ia panjatkan di akhir sujud adalah:

يَا وَدُودُ، يَا ذَا الْعَرْشِ الْمَجِيدِ، يَا فَعَّالا لِماَ يُرِيدُ، أَسْأَلُكُ بِعِزِّكَ الَّذِي لَا يُرَامُ، وَمُلْكِكَ الَّذِي لَا يُضَامُ، وَبِنُورِكَ الَّذِي مَلَأَ أَرْكَانَ عَرْشِكَ، أَنْ تَكْفِيَنِي شَرَّ هَذَا اللِّصِّ، يَا مُغِيثُ أَغِثْنِي، يَا مُغِيثُ أَغِثْنِي

ʏᴀ ᴡᴀᴅᴜᴅᴜ, ʏᴀ ᴅʜᴀʟ ‘ᴀʀꜱʜɪʟ ᴍᴀᴊɪᴅ, ʏᴀ ꜰᴀ’ᴀʟᴀʟ ʟɪᴍᴀ ʏᴜʀɪᴅ, ᴀꜱ-ᴀʟᴜᴋᴀ ʙɪ ‘ɪᴢᴢɪᴋᴀʟ ʟᴀᴅʜɪ ʟᴀ ʏᴜʀᴀᴍᴜ ᴡᴀ ᴍᴜʟᴋɪᴋᴀʟ ʟᴀᴅʜɪ ʟᴀ ʏᴜᴅᴀᴍᴜ ᴡᴀ ʙɪ ɴᴜʀɪᴋᴀʟ ʟᴀᴅʜɪ ᴍᴀʟᴀ-ᴀ ᴀʀᴋᴀɴᴀ ‘ᴀʀꜱʜɪᴋᴀ ᴀɴ ᴛᴀᴋꜰɪʏᴀɴɪ ꜱʜᴀʀʀᴀ ʜᴀᴅʜᴀʟ ʟɪꜱꜱɪ, ʏᴀ ᴍᴜɢʜɪᴛʜᴜ ᴀɢʜɪᴛʜɴɪ ʏᴀ ᴍᴜɢʜɪᴛᴜ ᴀɢɪᴛʜɴɪ [ʏᴀ ᴍᴜɢʜɪᴛᴜ ᴀɢɪᴛʜɴɪ]

“Wahai Yang Maha Pengasih, Wahai Pemilik Arsy yang Mulia, Wahai Yang Mahakuasa untuk berbuat apa yang Dia kehendaki; aku memohon kepada-Mu dengan keperkasaan-Mu yang tidak dapat dijangkau, dengan kerajaan-Mu yang tidak mungkin diraih, dengan cahaya-Mu yang memenuhi tiap sudut Arsy-Mu; lindungilah hamba dari kejahatan perampok ini. Wahai Yang Maha Penolong, tolong aku. Wahai Yang Maha Penolong, tolong aku.” Ia mengulanginya sebanyak tiga kali.

Tiba-tiba, datanglah seorang penunggang kuda dengan membawa sebilah tombak pendek di tangannya. Ia meletakkan tombak tersebut di antara kedua telinga kudanya. Dan saat perampok tadi melihatnya, ternyata penunggang kuda itu melaju ke arahnya lalu menikam dan membunuhnya. Lalu, ia menghampiri Abu Mi’laq seraya menyapa: “Berdirilah.”

“Ayah ibuku sebagai tebusanmu, siapakah Anda? Hari ini Allah telah menolongku dengan perantaraanmu,” tanya Abu Mi’laq.

Penunggang kuda memberitahu: “Aku adalah Malaikat penghuni langit keempat. Ketika engkau mengucapkan doa yang pertama, aku mendengar suara gemerincing di pintu-pintu langit. Ketika engkau mengucapkan doa yang kedua, aku mendengar suara bising pada penduduk langit. Lalu engkau mengucapkan doa yang ketiga, hingga dikatakan kepadaku: ‘Ini adalah doa orang yang ditimpa bencana.’ Selanjutnya, aku meminta kepada Allah supaya menyerahkan urusan pembunuhan perampok tadi kepadaku.”

Al-Hasan berkata: “Barang siapa yang berwudhu lalu mengerjakan shalat empat rakaat dan berdoa dengan doa tadi maka doanya akan dikabulkan, baik dia sedang ditimpa bencana ataupun tidak.”

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم