بسم الله الرحمن الرحيم
📚 Ad-Daa wa Dawaa' #4
🎙┃ Ustadz Abdul Fattach, S.Pd.i حفظه الله تعالى
🗓┃Ahad, 10 Agustus 2025 / 16 Shafar 1446 H
🕰┃ Ba'da Subuh
🕌┃ Masjid Al-Ikhlash Safira Residence Kartasura
Ad-Daa wa Dawaa’ #4: Syarat-syarat Diterimanya Do’a
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu setelah melakukan shalat subuh berjama’ah, semoga amalan-amalan kita diterima dan menjadikannya jalan mudah bagi kita menuju surga Allah ﷻ.
Telah berlalu pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan do’a:
- Do’a adalah obat.
- Terus menerus dalam do’a.
- Tergesa-gesa dalam mengharapkan terkabulnya do’a.
Do’a akan dikabulkan jika di dalamnya terkumpul kehadiran hati, konsentrasi secara penuh terhadap apa yang diminta dan bertepatan dengan salah satu dari enam waktu dikabulkannya do’a, yaitu:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)
Yaitu diantara sela-sela adzan, karena ada nash untuk menjawab adzan.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqamah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR Ahmad 3/155.30
Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلدُّعَاءُ لاَيُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ.
“Do’a antara adzan dan iqamat tidak ditolak.” [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 489)]
4. Setelah melaksanakan shalat wajib.
Yang disepakati adalah do’a di akhir shalat setelah tasyahud akhir sebelum salam.
قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
5. Saat imam naik ke mimbar pada hari Jum’at, hingga selesainya shalat Jum’at.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hari Jum’at, lantas beliau bersabda,
فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
“Di hari Jum’at terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu do’a pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta.” (HR. Bukhari no. 935 dan Muslim no. 852)
yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai salat Jum’at, berdasarkan hadits:
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai salat Jum’at selesai” – (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu). Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.
6. Saat-saat terakhir setelah waktu ashar.
Dari Jabir bin ‘Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.
‘Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan menga-bulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar.’ [Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1048), an-Nasa-i di dalam kitab al-Jumu’ah (no. 1389) ]
Enam hal ini bukan pembatasan, tetapi merupakan waktu-waktu yang disepakati.
Syarat ini ditambah lagi dengan kekhusyu’an hati serta sikap merendahkan diri di hadapan Allah yang diiringi dengan ketundukan dan kelembutan.
Orang yang berdo’a hendaknya menghadap kiblat, dalam keadaan suci, mengangkat kedua tangannya ke langit, lalu memulai do’anya dengan hamdalah, memuji Allah dan mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ selaku hamba dan utusan-Nya, mendahulukan taubat dan istighfar sebelum menyebutkan hajatnya, lantas menghadirkan dirinya di hadapan Allah, bersikap memelas dalam do’anya, menyeruNya dengan ucapan lembut yang diiringi rasa harap dan cemas, ber-tawassul (memohon) kepada-Nya dengan nama nama, sifat sifat, dan keesaan Nya, serta melakukan sedekah sebelum memanjatkan do’a tersebut. Sungguh, do’a semacam ini hampir tidak akan pernah tertolak. Terlebih lagi jika do’a tersebut termasuk dalam do’a-do’a yang bersumber dari Nabi ﷺ, yang beliau sendiri mengabarkan bahwa do’a tersebur atau do’a yang mengandung nama Allah yang paling agung pasti akan diterima.”
Di antara do’a-do’a yang dimaksud ialah seperti yang diriwayatkan dalam as Sunan dan Shahiih Ibnu Hibban dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, bahwasanya Rasulullah ﷺ pernah mendengar seseorang sedang berdo’a:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
ᴀʟʟᴀʜᴜᴍᴍᴀ ɪɴɴɪ ᴀꜱ-ᴀʟᴜᴋᴀ ʙɪ-ᴀɴɴɪ ᴀꜱʏʜᴀᴅᴜ ᴀɴɴᴀᴋᴀ ᴀɴᴛᴀʟʟᴀʜᴜ ʟᴀᴀ ɪʟᴀʜᴀ ɪʟʟᴀ ᴀɴᴛᴀ, ᴀʟ-ᴀʜᴀᴅ ᴀꜱʜ-ꜱʜᴀᴍᴀᴅ ʟᴀᴍ ʏᴀʟɪᴅ ᴡᴀ ʟᴀᴍ ʏᴜᴜʟᴀᴅ ᴡᴀ ʟᴀᴍ ʏᴀᴋᴜʟ ʟᴀʜᴜᴜ ᴋᴜꜰᴜᴡᴀɴ ᴀʜᴀᴅ.
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu atas dasar persaksianku bahwa Engkau adalah Allah. Tiada yang berhak diibadahi melainkan Engkau semata. Yang Mahatunggal, yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tiada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”
Nabi ﷺ lalu bersabda:
لَقَدْ سَأَلَ اللهَ بِالاِسْمِ الأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ
“Laki-laki tadi telah memohon kepada Allah dengan menggunakan nama-Nya yang paling agung. Jika nama itu digunakan untuk meminta, niscaya akan diberi dan apabila digunakan untuk berdo’a, niscaya akan dikabulkan.” – HR. Abu Dawud no. 1493, Ibnu Majah no. 3857 dan lainnya.
Disebutkan dalam lafazh yang lain:
لقد سألت الله باسمه الأعضم
“Engkau telah meminta kepada Allah dengan menggunakan nama Nya yang teragung.”
Masih dalam as Sunan dan Shahiih Ibnu Hibban” dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, ia pernah duduk bersama Rasulullah ﷺ, sementara tidak jauh dari mereka ada seorang laki-laki yang sedang shalat. Tidak lama kemudian, laki laki itu berdo’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وحدك لا شريك لك الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ
Maka berkatalah Nabi ﷺ:
لَقَدْ دَعَا اللهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ، الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ، وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى.
“Ia telah benar-benar memohon kepada Allah dengan menggunakan nama Nya yang paling agung. Jika nama tersebut digunakan untuk berdo’a, niscaya akan dikabulkan dan apabila digunakan untuk meminta, niscaya akan diberi.” – HR. An-Nasa’i (III/52), Abu Dawud no. 1495, Ibnu Majah no. 3858 dan lainnya.
Kedua hadits tersebut juga dicantumkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya.
Di dalam jami’ut tirmidzi ( no.3544 ) dari asma’ bin yazid, di nukilkan bahwa Nabi صى الله عليه و سلم bersabda:
اسم الله الأعظم في هاتين الايتين ( وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ ) (الم (1) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (2)
“Nama Allah yang paling agung terdapat dalam dua ayat ini: Dan Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, tidak ada ilah selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang ( Albaqarah: 163) Dan pembukaan surat Ali- Imran Alif lam mim. Allah tidak ada ilah selain Dia. Yang Maha hidup Yang terus- menerus mengurus makhluknya”. (QS. Ali-imran: 1-2)
At-Tirmidzi berkomentar: status hadits ini adalah hasan shahih.
Di dalam musnad Imam Ahmad ( IV/ 177 ) dari hadits Abu khuroiroh, Anas bin malik, dan Rabi’ah bin amir, dari Nabi. Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Senantiasalah mengucapkan:
ياذا الجلال والإكرام
“Wahai pemilik keagungan dan kemulyaan”. (HR. Ahmad (IV/ 177))
Maksudnya akrabkanlah diri kalian dengan bacaan dzikir tersebut dan bacalah ia selalu.
Di dalam jami’ut tirmidzi ( no.3432 ) dari hadits Abu khuroiroh. Ia berkata: Jika Nabi di timpa perkara yang membuatnya gundah, beliau menengadahkan tangannya kelangit. Demikian pula ketika bersungguh- sunggh dalam berdo’a, beliau Shallallahu Alaihi Wasallam mengucapkan:
ياحي ياقيوم
“Wahai dzat Yang Maha Hidup lagi selalu megurus semua makhluk” (HR. Tirmidzi (3522)
Masih dalam jami’ut tirmidzi ( no.3522 ) dari hadits Anas bin malik, ia berkata: Jika sedang di timpa perkara yang membuatnya sedih, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengucapkan:
ياحي يا قيوم برحمتك أستغيث
“Wahai dzat yang Mahahidup lagi selalu mengurus semua makhluk, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan”. (HR. Tirmidzi (3522)
Dalam hadits dari Abu umamah dari Nabi, beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
اسم الله الأعظم في ثلاث سور من القرآن: البقرة, وآل عمران, وطه
“Nama Allah yang paling teragung terdapat dalam tiga surat al- Qur’an: Al- baqarah, Ali ‘imran, dan Thaha”. (Shahih, HR. Al-Hakim dalam Mustadrak (1/505-506))
Al- Qasim berkata: Aku mencarinya, dan ternyata yang dimaksud adalah al- Hayyu al- Qayyum.
Di dalam jami’ut tirmidzi ( No.3500 ) disebutkan dari Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu Anu, bahwasannya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
دعوة ذي النور, إذ دعا وهو في بطن الحوت, (أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ) إنه لم يدع بها مسلم في شيء قط إلا استجاب الله له
“Do’a Dzun Nun ( Nabi Yunus ) saat berada dalam berada dalam perut ikan adalah: Tidak ada ilah selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk oran- orang yang dzalim.” (QS. Al-anbiya’: 87)
Sungguh, tidaklah orang Muslim berdo’a dengannya dalam urusan apapun, melainkan Allah akan mengabulkan do’anya.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم