Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

📚 Ad-Daa wa Dawaa' #2
🎙┃ Ustadz Abdul Fattach, S.Pd.i حفظه الله تعالى
🗓┃Ahad, 13 Juli 2025 / 17 Muharram 1446 H
🕰┃ Ba'da Subuh
🕌┃ Masjid Al-Ikhlash Safira Residence Kartasura



Ad-Daa' wad Dawaa' #2: Al-Qur'an adalah Obat dan Rahmat bagi Orang-orang yang Beriman

الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدَ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu setelah melakukan shalat subuh berjama'ah, ada kabar gembira dari Nabi ﷺ, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ

“Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah". (HR. Muslim no. 163)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

"Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim no. 656)

Dan hukum menuntut ilmu agama adalah wajib atas setiap muslim (fardhu ‘ain) maka tidak bisa digantikan dengan amalan-amalan sunnah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Demikian juga menuntut ilmu memiliki pahala yang besar, Hadits Abu Dzarr radhiyallaahu ‘anhu menyatakan:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ، لَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ، خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ، وَلَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ، عُمِلَ بِهِ أَوْ لَمْ يُعْمَلْ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ»

Dari Abu Dzarr radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda kepadaku:

“Hai Abu Dzar, engkau pergi di waktu pagi lalu mempelajari satu ayat dari kitab Allah lebih baik bagimu dari pada engkau shalat sebanyak seratus raka’at. Dan engkau pergi di waktu pagi untuk mempelajari satu bab ilmu, kemudian diamalkan ataupun tidak diamalkan, lebih baik dari pada engkau shalat sebanyak seribu raka’at.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 219, dari Al-‘Abbas bin Abdillah Al-Wasithiy, dari Abdulloh bin Gholib Al-‘Abbaadaniy, dari Abdullah bin Ziyad Al-Bahrooniy, dari ‘Ali bin Zaid, dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari Abu Dzarr. Dinilai LEMAH oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah.

Telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya terkait berobat dengan Al-Qur’an.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Dalam firman-Nya:

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra’: 82)

Salah satu surat yang dipergunakan untuk berobat (ruqyah) adalah Surat Al-Fatihah.

Ada sebuah riwayat dalam ash-Shahihain[8] dari Abu Sa’id, ia bertutur: “Sebagian Sahabat Nabi pernah mengadakan perjalanan. Ketika tiba di sebuah perkampungan Arab, mereka pun meminta penduduknya untuk menjamu mereka. Akan tetapi, penduduk dusun itu menolaknya. Tidak lama kemudian, kepala dusun tersebut disengat kalajengking. Penduduk dusun segera berusaha mengobatinya, namun upaya mereka tidak membuahkan hasil. Sebagian mereka menyarankan: ‘Cobalah kalian datangi rombongan yang datang tadi. Mungkin saja di antara mereka ada yang membawa sesuatu untuk mengobatinya.”

Penduduk kampung pun mendatangi rombongan para Sahabat dan berkata: “Wahai para pengembara, kepala dusun kami disengat kalajengking. Kami telah melakukan segala macam upaya untuk menyembuhkannya, namun tidak kunjung berhasil. Apa di antara kalian ada yang mempunyai suatu cara untuk menyembuhkannya?” Sebagian Sahabat menjawab: ‘Benar. Demi Allah, aku bisa meruqyah. Tetapi, demi Allah, kalian pernah menolak untuk menjamu kami tatkala kami memintanya. Oleh karena itu, aku tidak mau meruqyah, kecuali apabila kalian bersedia memberikan upah.’

Akhirnya, mereka bersepakat untuk memberi sejumlah kambing sebagai bayaran. Sahabat tadi bergegas pergi ke tempat kepala dusun lalu memberikan tiupan yang diiringi sedikit ludah, seraya membaca: Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (Al-Fâtihah). Lalu kepala dusun itu seakan-akan terbebas dari ikatan, dia pun bangkit dan berjalan tanpa merasakan sakit lagi.

Penduduk dusun itu pun menepati upah yang mereka janjikan. Sebagian Sahabat segera berkata: ‘Bagilah upah tersebut!’ Namun, Sahabat yang tadi meruqyah menyanggah: ‘Kita tidak akan membagi sampai mendatangi Rasulullah dan menceritakan apa yang terjadi. Dengan kata lain, kita menunggu perintah beliau.”

Setelah itu, para Sahabat mendatangi Rasulullah dan menceritakan kisah yang mereka alami. Rasulullah bertanya: Bagaimana kamu mengetahui bahwa al-Fâtihah dapat dipakai untuk meruqyah?’ Beliau melanjutkan: ‘Kalian telah melakukan hal yang benar. Bagilah upah tersebut dan berilah aku bagian seperti halnya kalian.””

📖 Fawaid Hadits:

  1. Al-Qur’an adalah salah satu metode dalam pengobatan.
  2. Al-Qur’an adalah obat berbagai macam penyakit.
  3. Adab bagi musafir, jika singgah di suatu kampung adalah meminta izin tinggal.
  4. Ketika ada tamu, hendaklah memuliakannya.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)

Dalam Surah Az-Zariyat, khususnya ayat 24-27, menceritakan kisah Nabi Ibrahim yang memuliakan tamunya dengan menjamu hidangan terbaik, yaitu anak sapi gemuk yang dipanggang. Perbuatan ini menjadi contoh bagaimana seorang muslim seharusnya memuliakan tamu, bahkan jika tamu tersebut tidak dikenal.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ibrahim Ayat 24:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ. إِذْ دَخَلُوا۟ عَلَيْهِ فَقَالُوا۟ سَلَٰمًا ۖ قَالَ سَلَٰمٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ. فَرَاغَ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ فَجَآءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ. فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ.

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal". Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda makan".

  1. Bolehnya berobat baik dengan pengobatan syar'i ataupun pengobatan medis modern. Karena berobat adalah sesuatu hal yang mubah, asal jangan berobat yang bertentangan dengan syari'at.
  2. Salah satu metode pengobatan adalah dengan ruqyah (Do'a atau bacaan Al-Qur’an).
  3. Bolehnya mengambil upah dari jasa bekam.
  4. Keutamaan surat Al-Fatihah. Dan merupakan surat yang penting yang harus dibaca dalam setiap shalat.

Jumhur ulama menyatakan membaca Al Fatihah adalah termasuk rukun shalat. Tidak sah shalat tanpa membaca Al Fatihah. Diantara dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

لا صلاةَ لمن لم يقرأْ بفاتحةِ الكتابِ

“tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Al Bukhari 756, Muslim 394)

Ada tiga rukun qauliyah (perkataan) yaitu:
1. Bacaan takbir.
2. Membaca Al-Fatihah.
3. Membaca Tasyahud Akhir.
4. Shalawat dalam Tasyahud Akhir
5. Salam

  9. Hendaknya meninggalkan perkara yang meragukan.

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ، وَقاَلَ التِّرْمِذِيُّ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kesayangannya radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku hafal (sebuah hadits) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tinggalkanlah yang meragukanmu lalu ambillah yang tidak meragukanmu.’”

(HR. Tirmidzi, An-Nasa’i. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih) [HR. Tirmidzi, no. 2518; An-Nasa’i, no. 5714. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih]

   10. Pentingnya meminta fatwa pada perkara-perkara yang kita tidak tahu ilmunya.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Surat Al-Fâtihah terbukti memberikan dampak positif dalam menyembuhkan secara total penyakit yang diderita si kepala dusun, hingga seolah-olah penyakit tersebut tidak pernah ada sebelumnya. Inilah obat termudah. Seandainya seseorang mampu menggunakan al-Fâtihah dengan baik untuk tujuan pengobatan, niscaya dia akan melihat efek penyembuhan yang menakjubkan.

Saya pernah tinggal di Makkah selama beberapa waktu. Saat itu, saya terkena penyakit tanpa bisa mendapatkan obat maupun dokter. Akhirnya, saya mengobati diri sendiri dengan surah Al-Fâtihah dan merasakan efeknya yang menakjubkan. Pengalaman ini lantas saya ceritakan kepada orang yang sakit, hingga kemudian banyak dari mereka yang sembuh dalam waktu singkat.

Namun, ada satu permasalahan yang harus diperhatikan di sini. Dzikir-dzikir, ayat-ayat, doa-doa, atau obat-obatan yang digunakan untuk ruqyah serta penyembuhan, walaupun pada hakikatnya ia bermanfaat dan mampu menyembuhkan, namun tetap mempunyai ketergantungan terhadap keadaan tubuh penderita dan kuatnya pengaruh yang mengobati.

Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Cukup doa disertai dengan amalan yang baik sebagaimana makanan disertai dengan garam.”
[Al Jawab Al Kafi, karya Ibnul Qayyim rahimahullah].

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم