بسم الله الرحمن الرحيم
🎙Bersama: Al Ustadz Fuad Efendi Lc.,M.H حفظه الله تعالى
📘 Materi : Termasuk Iman Kepada Allah; Sabar Dengan Takdir-Nya
🗓 Hari : Selasa, 18 Safar 1447 / 12 Agustus 2025
🕰 Waktu: Ba'da Maghrib - Isya'
🕌 Tempat: Masjid Jajar Surakarta
Bab 35: Termasuk Iman Kepada Allah; Sabar dengan Takdir-Nya
Telah berlalu pembahasan mengenai bab ini:
- Sabar kepada Takdir Allah ﷻ adalah bagian dari iman kepada Allah ﷻ dan merupakan cabang dari iman Kepada Allah ﷻ.
- Sabar adalah kesempurnaan tauhid.
- Tidak sabar kepada takdir Allah ﷻ adalah haram, dan akan mengurangi kesempurnaan tauhid.
- Dalil ke-1: Surat At-Taghabun ayat 11 tentang musibah dan keimanan.
- Dalil ke-2: HR.Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu tentang larangan mencela keturunan dan meratapi mayit.
- Iman adalah pekerjaan hati, ucapan dan amal perbuatan. Sabar adalah amalan, yaitu meninggalkan sesuatu (meratapi) dengan sengaja karena Allah ﷻ.
- Dalil ke-3: Apabila Allah ﷻ menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, maka ia percepat hukuman baginya di dunia. Yaitu bersabar atas datangnya musibah. (HR Tirmidzi dan Hakim).
- Dalil ke-4: Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan besarnya ujian. (HR Tirmidzi).
- Sebab-sebab Penggugur dosa-dosa.
Dalil ke-5: Besarnya Pahala sesuai Besarnya Ujian (Penutup).
Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya, barangsiapa yang ridha akan ujian itu maka baginya keridhaan Allah, dan barangsiapa yang marah/benci terhadap ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah.” - (Hadits hasan menurut Tirmidzi).
Sisi pendalilan dari hadits ini adalah:
- Sabar itu bagian dari keimanan dan dia penyempurna keimanan yang wajib hukumnya. Sabda Nabi ﷺ : Dan barangsiapa yang tidak ridha, maka Allahpun tidak akan ridha kepadanya.
Dan keridhaan adalah tingkatan yang lebih tinggi daripada kesabaran. Yaitu menerima Ujian dengan senang hati. Dan keridhaan memiliki pahala yang besar. Siapa yang sabar maka Allah ﷻ akan mencintainya dan setiap yang dicintai-Nya maka itu adalah bagian dari ibadah.
- Sabda Nabi ﷺ : barangsiapa yang marah/benci terhadap ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah ﷻ.
Allah ﷻ menghukum orang yang marah kepada takdirNya, ini menunjukkan bahwa Allah ﷻ membencinya karena tidak sabar (marah terhadap takdir), dan sabar hukumnya wajib. Maka, kesabaran adalah bagian dari keimanan dan dia adalah penyempurna keimanan.
Besarnya Pahala sesuai Besarnya Ujian, ini menunjukkan:
- Sabar merupakan penghambaan yang agung dan merupakan amalan hati lisan dan perbuatan.
- Hakikat ibadah tidak terlaksana kecuali dengan kesabaran. Karena ibadah terdiri dari tiga bagian:
- Perintah Allah ﷻ yang wajib dikerjakan.
- Larangan Allah ﷻ yang wajib ditinggalkan.
- Ujian dari Allah ﷻ yang disikapi dengan sabar.
Maka kesabaran mencakup tiga hal di atas.
- Ujian ada dua macam:
- Agama: yaitu ujian berupa perintah dan menjauhi larangan-Nya. Rasûlullâh Shallallahu ‘aliahi wa sallam menyebutkan dalam hadits qudsi, Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا بَعَثْتُكَ لِأَبْتَلِيَكَ وَأَبْتَلِيَ بِكَ
Sesungguhnya Aku telah mengutusmu untuk mengujimu dan Aku menguji (manusia) dengan keberadaanmu. [HR. Muslim,no. 2865/7207].
- Takdir: Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa. - HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Maka, semakin besar keimanan, maka semakin besar ujiannya. Baik diuji dengan maksiat, diuji dalam melaksanakan perintah atau sabar dalam menghadapi musibah.
Apakah setiap yang mendapat musibah pasti mendapatkan pahala?
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Uddatush Shabirin dan Ibnu Taimiyah rahimahullahu dalam Majmu Fatawa menjelaskan, musibah ada dua macam:
1. Musibah karena perbuatan seorang hamba dalam ketaatan kepada Allah ﷻ. Seperti, Seorang yang berjihad kemudian kelelahan, berpuasa dia haus, seorang yang shalat malam dia capek. Ini semuanya berpahala.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 120:
مَا كَانَ لِأَهْلِ ٱلْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُم مِّنَ ٱلْأَعْرَابِ أَن يَتَخَلَّفُوا۟ عَن رَّسُولِ ٱللَّهِ وَلَا يَرْغَبُوا۟ بِأَنفُسِهِمْ عَن نَّفْسِهِۦ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَطَـُٔونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ ٱلْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُم بِهِۦ عَمَلٌ صَٰلِحٌ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,
2. Musibah bukan dari perbuatan seorang hamba. seperti halnya sakit, kehilangan jiwa, harta dan lainya. Hal ini tergantung pada kesabaran, jika ia bersabar maka akan mendapatkan pahala, jika tidak bersabar Maka dia tidak mendapatkan pahala. Karena sabar adalah perbuatan hamba dan Allah ﷻ mengganjarnya dengan pahala.
Orang yang terkena musibah ada tiga golongan:
- Orang-orang mukmin: mereka menghadapi musibah dengan ridha, sabar atau syukur. Maka, dia akan mendapatkan kebaikan yang banyak dari Allah ﷻ:
- Dosa-dosanya diampuni Allah ﷻ.
- Dia akan kembali kepada Allah ﷻ dengan taubat dan sadar.
- Akan hilang darinya sifat kesombongan, karena dia meyakini hanya Allah ﷻ tempat kembali.
- Merasa hina di hadapan Allah ﷻ.
- Akan hilang darinya sifat ujub.
- Dia akan berhusnudzon kepada Allah ﷻ.
2. Orang-orang yang fasik yaitu orang-orang yang beriman tapi berlumur dosa. Dia akan marah jika tertimpa musibah. Dia akan mendapatkan Tiga hal :
- Keluar darinya kata-kata yang negative. Seperti takdir memang kejam, Allah ﷻ tidak adil, kenapa harus saya yang diuji dan lainnya.
- Musibah tidak menghapus dosanya malah menambah dosa-dosanya.
- Musibah tersebut menambah kerendahan dirinya di sisi Allah ﷻ. Maka puncak kehinaannya adalah meninggal dunia dalam keadaan bermaksiat. Na'udzubillahmindalik.
3. Orang-orang Kafir. Bisa jadi dia bersabar. Dan setiap musibah yang menimpa mereka adalah hukuman di dunia sebelum mereka dihukum di akhirat. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra'du ayat 54:
لَّهُمْ عَذَابٌ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ ٱلْءَاخِرَةِ أَشَقُّ ۖ وَمَا لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن وَاقٍ
Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.
Hal ini disebabkan oleh tiga hal:
- Meninggalkan seluruh kewajiban yang dibebankan kepada orang-orang mukmin. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mudatsir ayat 41-43:
عَنِ ٱلْمُجْرِمِينَ. مَا سَلَكَكُمْ فِى سَقَرَ. قَالُوا۟ لَمْ نَكُ مِنَ ٱلْمُصَلِّينَ. وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ ٱلْمِسْكِينَ. وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ ٱلْخَآئِضِينَ. وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ ٱلدِّينَ. حَتَّىٰٓ أَتَىٰنَا ٱلْيَقِينُ
Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, Dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, Hingga datang kepada kami kematian".
- Karena mereka melakukan apa yang diharamkan Allah ﷻ. Semuanya akan dihisab dihadapan Allah ﷻ.
- Seluruh kenikmatan yang diberikan kepada mereka akan dimintai pertanggungjawabannya. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Takatsur Ayat 8:
ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم