بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab Nashihati Lin Nisa' - Oleh Ummu Abdillah binti Asy Syaikh Muqbil.
🎙️ Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid Agung Al-Ukhuwwah Bandung
🗓️ Bandung, 10 Dzulqa’dah 1446 / 8 Mei 2025
Melanjutkan pembahasan Kitab Nashihati Lin Nisa', Hendaknya setiap ibu memberi perhatian dan mengarahkan anaknya dan melatih anak-anaknya untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan beberapa tahap, sesuai dengan kemampuannya: Membaca secara musalsal (Berkesinambungan), menghafal, memahami (Terjemah dan Tafsir yang ringkas) dan mengamalkan.
Karena keutamaan ahlul Qur'an adalah:
1. Menjadi Manusia yang Terbaik dan Utama
وَعَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رَوَاهُ البُخَارِيُّ .
Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 5027]
عن طَلْحَة بْنُ مُصَرِّفٍ، قَالَ: سَأَلْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: هَلْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصَى؟ فَقَالَ: لَا. فَقُلْتُ: كَيْفَ كُتِبَ عَلَى النَّاسِ الْوَصِيَّةُ –أَوْ أُمِرُوا بِالْوَصِيَّةِ؟- قَالَ: أَوْصَى بِكِتَابِ اللهِ
Artinya: Dari Ṭalḥah bin Muṣarrif dia berkata, “Saya pernah bertanya kepada ‘Abdullāh bin Abu Aufa raḍiyallahu’anhu, “Apakah Rasulullah ṣallallāhu‘alaihiwasallam berwasiat?” Dia menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Lalu, kenapa wasiat itu diwajibkan bagi kaum muslimin atau mengapa mereka diperintahkan untuk berwasiat?” Dia menjawab, “Beliau hanya mewasiatkan dengan Kitabullah azza wajalla.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam kitabnya al-Ṣaḥīḥ; kitab al-Waṣāya, Bab al-Waṣāya, nomor 2740 dan Imam Muslim dalam kitabnya al-Ṣaḥīḥ; kitab al-Waṣiyyah, nomor 1634.
Berkata imam Ibnu Hajar al-ashqalani rahimahullah saat mensyarah hadits ini berkata, yang di maksud wasiat dalam hadits ini adalah menjaga dengan cara menghafalkannya, mengikuti isinya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, mendawamkan dalam membacanya dan mengajarkannya kepada orang lain.
Maka, ada banyak hadits keutamaan membaca Al-Qur'an baik tilawah lafdzhiyyah (dengan lisan) maupun hukmiyyah (mengamalkannya).
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Fatir Ayat 29:
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
Al-Qur'an disebut terlebih dahulu dibandingkan sholat dan sedekah, menunjukkan keutamaannya. Dan ini merupakan perniagaan jual beli dengan Allah ﷻ yang tidak pernah merugi.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat At-Taubah Ayat 111:
۞ إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ ۚ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Contoh perniagaan lain ada dalam ayat lain:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَٰرَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (QS Ash-shaf Ayat 11).
Orang-orang munafik juga berjual beli dengan Allah ﷻ, akan tetapi orang-orang munafik, maka ditolak.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. Allah ﷻ berfirman :
قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Maknanya: (Salah satu dari anak Adam Itu) berkata: Sesungguhnya Allah Ta’ala hanya menerima amalan dari orang yang bertaqwa (QS. Al Maidah: 27)
Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 16:
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱشْتَرَوُا۟ ٱلضَّلَٰلَةَ بِٱلْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَٰرَتُهُمْ وَمَا كَانُوا۟ مُهْتَدِينَ
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
Kemudian ditutup dengan surat fatir ayat 30:
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ غَفُورٌ شَكُورٌ
Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Setelah menyebut tiga jenis ibadah, ditutup dengan Allah ﷻ maha Pengampun dan Allah ﷻ akan mengampuni dosa-dosa orang-orang yang beramal tersebut dan juga Allah ﷻ maha mensyukuri artinya membalas segala amal ibadah hamba-Nya dengan balasan surga di akhirat.
2. Satu golongan dengan malaikat.
Orang yang membaca Al-Qur’an dan men-tadabburi-nya serta mengamalkannya pasti dia diberi pahala, meskipun tidak menghafalnya, sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ
“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala” [Potongan Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38].
Malaikat adalah utusan atau perantara Allah ﷻ maka disebut duta (safarah) dengan memiliki dua sifat kiram dan bararah.
Dalam Surat ‘Abasa Ayat 15-16:
بِأَيْدِى سَفَرَةٍ. كِرَامٍۭ بَرَرَةٍ
Di tangan para penulis (malaikat). Yang mulia lagi berbakti.
3. Menjadi Syafa'at di Akhirat
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِقْرَؤُوْا القُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Bacalah Al-Qur’an karena pada hari kiamat, ia akan datang sebagai syafaat untuk para pembacanya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 804]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ
“Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 1429]
Yaitu pahalanya yang akan berbicara bukan Qur'annya (Imam Tirmidzi).
4. Turunnya sakinah (Ketenangan), rahmat dan malaikat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca Kitabullah, dan saling mengajarkan satu dan lainnya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda,
تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ
“Ketenangan itu datang karena Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kalau sakinah turun maka iman akan bertambah. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Fath Ayat 4:
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
5. Mendapatkan Pahala yang besar
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا , لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ”
رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi aliif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf.”
(HR. Tirmidzi, no. 2910. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Tirmidzi, no. 2910. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih].
Kita lihat HADITS ‘UQBAH BIN ‘AMIR AL-JUHANI radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِى الصُّفَّةِ فَقَالَ: « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ؟ » فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: « أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ »
Dari Uqbah bin Amir radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ﷺ keluar menemui kami di shuffah (serambi masjid), lalu beliau bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang suka pergi setiap hari ke pasar Buth-han atau lembah Al-‘Aqiq, lalu dia pulang dengan membawa dua ekor onta betina yang berpunuk besar, tanpa melakukan satu dosa atau memutuskan tali silaturahmi?’
Kami menjawab, ‘Ya Rasulullah, kami semua menyukai hal itu.’
Rasululullah ﷺ bersabda, “Mengapa salah seorang dari kalian tidak pergi ke masjid lalu mempelajari atau membaca dua ayat al-Qur’an, (itu) lebih baik baginya dari pada dua ekor onta betina, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor onta betina, dan begitu pula membaca empat ayat lebih baik baginya daripada empat ekor onta betina, dan seterusnya sejumlah ayat yang dibaca (lebih baik dari) sejumlah yang sama dari unta-unta.”([HR. Muslim, no. 803])
5. Mengundang datangnya hidayah
Tingkatan hidayah:
- Insting (naluri) seperti semua bayi lahir langsung menyusui ke ibunya. Demikian juga seluruh binatang.
- Hidayah ilmu: berisi penjelasan bagi semua manusia.
- Hidayah taufik: bagi orang mukmin
- Hidayah jalan ke surga.
Al-Qur'an jika dibaca menghasilkan dua hidayah:
- Ilmu dan informasi
- Taufik dalam bentuk semangat keinginan untuk beramal.
6. Memperoleh cahaya
Yaitu menerangi jalan hidup kita. Firman Allâh Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا﴿١٧٤﴾فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allâh dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allâh akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. [An-Nisa/4:174-175]
Allâh Azza wa Jalla menamakan kitab yang diturunkannya itu sebagai cahaya karena kitab itu menerangi jalan yang bisa menghantarkan para hamba untuk meraih kebaikan dan keberuntungan.
Selain menerangi hidup juga menerangi hati. Demikian juga kita membutuhkan cahaya saat meniti jembatan shirath.
Dalam hadits panjang yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud radhiahlluha’nhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
فَيُعْطُونَ نُوْرَهُمْ عَلى قَدْرِ أَعْمَالهِمْ فَمِنْهُمْ مَنْ يُعْطَي نُوْرَهُ مِثْلَ الجَبَلِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَ مِنْهُمْ مَنْ يُعْطَى نُوْرَهُ دُوْنَ ذَلِكَ وَ مِنْهُمْ مَنْ يُعْطَى نُوْرَهُ مِثْلَ النَّخْلَةِ بِيَمِيْنِهِ وَ مِنْهُمْ مَنْ يُعْطَى دُوْنَ ذَلِكَ حَتَّى يَكُوْنَ آخِر ذَلِكَ يُعْطَى نُوْرَهُ عَلَى إِبْهَامِ قَدَمِهِ يُضِيءُ مَرَّةً وَ يُطْفِئُ مَرَّةً فَإِذَا أَضَاءَ قَدَمَ قَدَمُهُ وَ إذَا طُفِئَ قَامَ
“Mereka diberi cahaya )ketika melewati shirath( sesuai dengan tingkat amalan mereka, diantara mereka ada yang diberi cahaya seperti gunung, dan ada yang lebih kecil dari itu. Ada yang diberi cahaya sebesar pohon kurma di tangan kanannya, ada yang lebih kecil dari itu, hingga orang terakhir diberikan cahaya sebesar ibu jari kakinya, kadang menerangi kadang padam, jika bercahaya ia berjalan jika padam ia berhenti. (Imam Hakim berkata, hadits ini shahih sesuai syarat syaikhani dan disepakati imam Dzahabi, dan shahihkan al Albani)
Sungguh menakutkan, cahaya manakah yang akan diberikan kepada kita?, allahumma sallim sallim, lebih menakutkan lagi adalah perihal orang-orang munafik yang tadinya memiliki cayaha dan kemudian padam cahayanya, mereka tidak bisa meneruskan perjalanan menuju surga, iyadzanbillah. Hingga mereka berkata kepada orang-orang mukmin :
يَوْمَ يَقُولُ ٱلْمُنَٰفِقُونَ وَٱلْمُنَٰفِقَٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱنظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ قِيلَ ٱرْجِعُوا۟ وَرَآءَكُمْ فَٱلْتَمِسُوا۟ نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُۥ بَابٌۢ بَاطِنُهُۥ فِيهِ ٱلرَّحْمَةُ وَظَٰهِرُهُۥ مِن قِبَلِهِ ٱلْعَذَابُ
“Tunggulah Kami supaya Kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”. dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu). Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al Hadid : 13)
Mereka orang munafik telah memfitnah diri mereka sendiri. Dan malas untuk shalat. Bermaksiat di belakang...
Dua shalat yang memiliki keutamaan yang besar adalah shalat Shubuh dan Shalat Isya.Dua shalat inilah yang terasa berat bagi orang-orang munafik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا في العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوَاً
“Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shala Isya’ dan shalat Shubuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437)
Ibnu Hajar mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى
“Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas” (QS. At Taubah: 54). Akan tetapi, shalat ‘Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya.
Maka, apapun interaksi kita dengan Al-Qur’an adalah cahaya. Kelak akan menjadi cahaya di alam kubur hingga akhirat nanti.
Ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ حَبْلُ اللهِ وَهُوَ النُّور الْمُبِينُ ، وَالشِّفَاءُ النَّافِعُ ، عِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ وَنَجَاةٌ لِمَنْ تَبِعَهُ
"Sesungguhnya Al-Quran ini adalah tali Allah ﷻ yang sangat kuat, cahaya yang terang benderang dan penawar yang berguna. Penjaga kepada siapa yang berpegang kepadanya, jaminan kejayaan bagi yang mengikutinya.” (Al-Hakim)
7. Allah Mengangkat Derajat Orang yang Paham Al-Qur’an
وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
Dari Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat (meninggikan) dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan merendahkan kaum yang lain dengannya juga.” [HR. Muslim, no. 817]
Maka, Allah ﷻ akan memalingkan orang-orang yang meninggalkan Al-Qur’an. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Thaha Ayat 124:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita dan keturunan kita untuk istiqomah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم