Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم

📚┃ Materi : Menilik 17 Sisi Baik di Dalam Musibah
🎙┃ Pemateri : Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A Hafizhahullah
🗓┃ Hari, Tanggal : Jum'at, 11 Juli 2025 M / 16 Muharram 1447
🕌┃ Tempat : Semanggi Pasar Kliwon Solo


Alternatif Kajian: 


الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدَ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

Allah ﷻ menciptakan manusia untuk diuji. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً

"Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya". (QS. Al Mulk: 2).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِا لشَّرِّ وَا لْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِ لَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 35)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengisyaratkan makna ini dalam firman-Nya:

وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً

“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Huud: 7)

Kemudian dalam Surat Al-Kahfi Ayat 7:

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.

Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ

Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. (HR. Muslim no. 2742)

Dalam surat Muhammad ayat 12 Allah ﷻ berfirman :

وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ ٱلْأَنْعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ

Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.

Maka, jika kita sudah tahu akan diuji, tentu kita harus mempersiapkan diri. Semua yang bernyawa akan diuji apapun kedudukannya. Dan semakin tinggi iman, maka semakin tinggi ujiannya.

Kita tidak berharap diuji, tetapi pasti akan datang, dan jika sudah datang, maka bersabarlah.

فَقَالَ:رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم « يَا أَيُّهَا النَّاسُ لا تَتَمنَّوا لِقَاءَ الْعدُوِّ ، وَاسْأَلُوا اللَّه العَافِيَةَ ، فَإِذَا لقيتُموهم فاصْبرُوا ،

Beliau bersabda Rasulullah ﷺ, “Wahai manusia, janganlah kalian mengharapkan bertemu musuh! Mohonlah ‘Afiat keselamatan kepada Allah! Jika kalian telah bertemu musuh maka bersabarlah," (HR. Bukhari, no. 2965, dan Muslim, no. 1742).

Maka, dalam kesempatan ini akan dijelaskan 17 Sisi Baik di Dalam Musibah, yaitu:

1. Kita Tahu Kualitas Keimanan Kita

Ternyata kita yang sering beribadah dan dinilai kuat, ternyata tidak mampu saat ujian tiba.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعْبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ ٱطْمَأَنَّ بِهِۦ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.

2. Ujian ibarat obat atau vaksin

Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya.

Dia menjadi sombong, padahal sombong adalah penghalang masuk surga. Maka, Allah ﷻ berikan ujian, agar kembali sadar.

Hadis sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu. (HR. Muslim)

Seperti halnya Namrudz dan Fir'aun yang sombong karena berkuasa lama, hingga menjadi sombong.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, kalau bukan karena musibah-musibah dunia, maka para hamba akan ditimpa penyakit sombong, ujub, dan kerasnya hati. Dan penyakit ini menjadi sebab kebiasaannya cepat atau lambat. Diantara kasih sayang Allah ﷻ, Allah perbaiki dia dengan ditimpakan kepadanya obat-obatan berupa musibah yang mempunyai tiga fungsi:

  1. Mencegah (tindakan preventif) hingga dia tidak jadi sombong dan angkuh.
  2. Agar dia bisa beribadah dengan baik.
  3. Agar penyakitnya (sombong atau ujub) keluar dari tubuh.

3. Agar kita Tahu Allah ﷻ yang mengambil keputusan

Segala hal tidak bermanfaat jika sudah ada takdir. Semuanya Allah ﷻ yang memutuskan bukan usaha Kita sendiri.

4. Kita mengetahui titik kelemahan agar tidak diulangi

Seperti seorang wanita yang melakukan kesalahan hingga dicerai, maka pernikahan selanjutnya akan menjadi hati-hati.

Atau seseorang yang tertipu kolega bisnisnya, dia akan hati-hati pada langkah selanjutnya.

5. Kita menjadi tahu nikmat yang ada

Setelah terjadi musibah, kita menjadi paham bahwa sebelumnya kita diberi nikmat yang besar.

Kita diberi sakit, maka kita paham bahwa sehat adalah mahkota emas yang harus dijaga. Kita diberikan kesibukan agar kita paham nikmatnya waktu senggang. Kita tahu nikmatnya oksigen setelah kita terkena Covid-19.

Maka, Ada sebuah hadits yang berisi penjelasan mengenai kewajiban sedekah bagi nikmat seluruh persendian. Dan sedekah ini bisa digantikan dengan shalat Dhuha.

6. Agar introspeksi terhadap dosa-dosa yang dilakukan

Allah berfirman :

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

Para salaf selalu introspeksi atas dosa yang dilakukan, jika terkena musibah. Baik kendaraan, isteri anak-anak atau lainnya.

Surat Ali ‘Imran Ayat 165:

أَوَلَمَّآ أَصَٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Surat Ar-Rum Ayat 41:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

7. Musibah menyempurnakan iman

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :

“Sesungguhnya sabar dan syukur menjadi sebab seorang hamba untuk bisa memetik pelajaran dari ayat-ayat yang disampaikan. Hal itu dikarenakan sabar dan syukur merupakan pondasi keimanan.

  • Setengah dari keimanan itu adalah SABAR
  • Setengahnya lagi adalah SYUKUR.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 5:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ وَذَكِّرْهُم بِأَيَّىٰمِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.

8. Musibah Menghapuskan Dosa

Allah ﷻ menyuruh banyak istighfar, tetapi terkadang syarat-syarat untuk bertaubat tidak terpenuhi, hingga Allah ﷻ belum mengabulkan.

Maka, dengan adanya musibah akan menggugurkan dosa-dosa. Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim no. 2573).

Maka, capeknya ibu mengurus rumah tangga juga merupakan penggugur dosa-dosa.

Diriwayatkan dari Fathimah Radhiyallahu’anha, bahwa beliau berkata :

“Sungguh kedua tangan saya menjadi tebal dan kasar karena alat penggiling, kadangkala aku membuat tepung dan kadangkala aku membuat adonan.” (HR. Ad Daulabi, Ahmad dan Turmudzi )

Dalam riwayat lain dari sanad Abi Umamah dari Ali Radhiyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah bersabda : “Bersabarlah engkau wahai Fathimah! Sesungguhnya wanita yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat bagi keluarganya.”

Demikian juga sakit sebagai penggugur dosa-dosa. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Al-Bukhari dan Muslim.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya” (HR. Al-Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2573)

9. Musibah Mengangkat Derajat

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ خَالِدٍ السَّلَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى

Diriwayatkan dari Muhammad ibn Khalid As-Salamiy dari bapaknya dari kakeknya yang merupakan salah satu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (radhiyallahu ’anhu) berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba jika telah ditentukan/ditakdirkan padanya suatu tingkatan (di Surga -pent) yang mana dia belum bisa meraihnya dengan sebab seluruh amalnya, maka Allah akan timpakan padanya musibah berkaitan dengan dirinya, hartanya atau pada anaknya, kemudian Allah jadikan dia bisa bersabar atas musibah tersebut sehingga dengan sebab tersebut Allah sampaikan ia pada tingkatan (di Surga -pent) yang telah Allah tetapkan untuknya.” (HR. Abu Daud, no. 2686 dengan sanad yang shahih)

Salah satu hikmah Allah memberikan musibah kepada hamba-Nya adalah meningkatkan derajatnya di Surga yang mana derajat itu tidak bisa diraih oleh hamba tadi hanya dengan amal ibadahnya.

Maka Rasulullah selalu berdo'a dalam qunut

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيْمَنْ عَافَيْتَ،

Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan (afiah) sebagaimana orang yang telah Engkau beri Kesehatan.

Siapakah yang akan mendapatkan ujian terberat…? Para nabi dan Rasul dan orang-orang shalih, karenanya mereka mendapatkan derajat yang tinggi.

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”

Kita bisa berkaca kepada ujian berat Nabi Ibrahim alaihissalam, menghadapi ayah yang menyembah berhala, dibakar hidup-hidup, diperintahkan hijrah, diperintahkan menyembelih putranya, dan meninggalkan keluarga di tempat tandus.

Demikian juga Ujian berat yang dialami Rasulullah ﷺ yang merupakan bagian dari cobaan yang diberikan Allah kepada para nabi dan rasul, dan ujian tersebut merupakan yang paling berat bagi manusia. Ujian dakwah dan cobaan berat yang dihadapi Nabi merupakan sebab beliau mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah. Ujian yang dihadapi Rasulullah meliputi penolakan dari kaumnya, kehilangan orang-orang terdekat seperti Abu Thalib dan Khadijah, demam yang tinggi dua kali lipat daripada manusia biasa hingga pengusiran dari Thaif. Meskipun demikian, Rasulullah tetap sabar dan tegar dalam menghadapi ujian tersebut.

Jangan meminta disegerakan azab di dunia

عَنْ أَنَس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَادَ رَجُلًا مِنْ الْمُسْلِمِينَ قَدْ خَفَتَ فَصَارَ مِثْلَ الْفَرْخِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَيْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ؟) قَالَ: (نَعَمْ. كُنْتُ أَقُولُ {اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِي بِهِ فِي الْآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِي فِي الدُّنْيَا} فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (سُبْحَانَ اللَّهِ لَا تُطِيقُهُ أَوْ لَا تَسْتَطِيعُهُ أَفَلَا قُلْتَ: {اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ} قَالَ: (فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَشَفَاهُ)

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seseorang dari kaum muslimin yang sakit dan sangat kurus bagaikan anak burung. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya: “Apakah kamu pernah berdoa dengan sesuatu atau kamu memintanya?” Laki laki itu menjawab: “Ya, aku pernah berdoa: “Ya Allah, jika Engkau akan menyiksaku di akhirat, maka segerakanlah siksaan itu untukku di dunia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Subhanallah, kamu tidak akan mampu itu. Mengapa kamu tidak berdoa: “Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari adzab Neraka” Lalu beliau mendoakan orang itu dan Allahpun memberikan kesembuhan kepadanya.” (HR. Muslim, no. 4853 dan At-Tirmidzi, no. 3409)

10. Dengan Musibah Iman Semakin Kuat

Musibah yang berulang akan meningkatkan iman. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat As-Sajdah Ayat 24:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.

Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dengan sabar dan yakin diraih pemimpin yang baik.

11. Bisa Jadi Musibah Menghindarkan Musibah yang Lebih Besar

Ada tiga hal yang diuji oleh Nabi Khidir pada Nabi Musa. Semua ujian itu secara zahir terasa janggal, tidak masuk akal, dan mencelakakan orang lain. Dari tiga ujian peristiwa yang dilakukan Nabi Khidir, ternyata Nabi Musa tidak lulus. Untuk ujian yang pertama, Allah menceritakan demikian. Allah SWT berfirman:

فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَا رَكِبَا فِى ٱلسَّفِينَةِ خَرَقَهَا ۖ قَالَ أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا إِمْرًا () قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا () قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِى بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِى مِنْ أَمْرِى عُسْرًا

“Keduanya berjalan, sampai (sudah berjalan) menaiki perahu, ia (Khidir) membolonginya. Musa protes, “Kok kenapa Anda bolongi perahu itu, bukankah nanti itu bisa menenggelamkan para penumpang, wahai tuan Khidir? “Wah, Anda ini benar-benar sudah melakukan kesalahan besar, Saya bilang apa, Anda itu tidak akan sabar (belajar) bersama saya, Musa,” kata Khidir. Musa (pun) memohon (pada Khidir), ‘Tolong jangan hukum aku karena aku lupa, jangan bebani aku dengan hal berat yang sulit.'” (QS: Al-Kahfi Ayat 71-73)

Maka, dari ayat ini menjadi ibrah bisa jadi musibah kecil dilalui untuk menghindar dari musibah besar, karena kapal nelayan yang miskin bisa dirampas raja yang zalim yang suka merampas perahu yang bagus.

فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا

"Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: 'Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar'." (QS Al Kahfi (18): 74)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا

"Dan tentang anak laki-laki itu, orangtuanya beriman, dan kami khawatir dia akan membebani mereka dengan pelanggaran dan kekafiran." (QS Al Kahfi (18): 80)

Artinya, anak laki-laki tersebut akan menyebabkan orangtuanya jatuh ke dalam kekafiran, sehingga mereka akan menjadi penghuni abadi api neraka. Maka, musibah kecil bisa jadi untuk mencegah musibah yang lebih besar.

12. Musibah adalah anak tangga untuk menggapai puncak keindahan

Lihatlah nabi Yusuf alaihissalam yang ditimpa banyak musibah hingga akhirnya menjadi bangsawan.

Musibah yang dialami Nabi Yusuf alaihissalam antara lain: dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya karena iri, difitnah oleh Zulaikha, istri bangsawan yang cantik, dan dipenjara. Meskipun menghadapi berbagai cobaan, Nabi Yusuf tetap sabar, teguh dalam imannya, dan akhirnya berhasil melewati semua ujian tersebut dengan pertolongan Allah.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 216:

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 216 Allah ﷻ berfirman :

وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Kesabaran suami, meskipun isteri buruk bisa jadi menjadi anak-anak sholeh. Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma saat menjelaskan ayat ini berkata, suami yang bersabar menggauli isterinya yang buruk, kemudian mengandung anak yang akhirnya menjadi anak yang sangat shalih.

13. Kita bersyukur dikasih musibah yang bisa kita hadapi

Bisa jadi kalau kita ditimpa musibah lain, kita tidak bisa menghadapinya.

Al-Qurthubi meriwayatkan, ada seorang syaikh Abu Muhammad bin Abi Zaid yang memiliki perangai yang buruk dan sering menyakiti dengan lisannya. Dan beliau ini sabar, aku banyak nikmat yang kurasakan seperti badan sehat, bisa jadi kesabaranku bisa menggugurkan dosa-dosaku, dan kalau diceraikan bisa jadi kita akan mendapatkan musibah yang lebih berat.

14. Jika kita ditimpa musibah sakit, kita masih diberi pahala

Dan ada libur sementara untuk beribadah lebih giat setelahnya. Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari, no. 2996)

Maka, ketika sakit akan merasakan rindu untuk beribadah.

15. Kenikmatan yang lebih besar didapatkan setelah kesulitan

Orang akan merasakan nikmatnya sehat, jika dia sakit. Akan mendapatkan nikmat makan jika lapar, nikmatnya minum jika haus dan seterusnya.

Maka, orang yang naik gunung susah payah karena tahu nikmatnya setelah menggapai puncak.

Aturan alam menunjukkan kebahagiaan akan didapatkan setelah mengalami kesulitan.

Maka, hikmahnya Allah ﷻ menyuruh melalui shirath agar tahu dahsyatnya neraka dan indahnya surga. Dan kesempurnaan nikmat surga didapatkan karena kita telah mengalami kesulitan-kesulitan di dunia.

16. Bisa jadi dengan Musibah kita sibuk dengan akhirat

Do'a Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Tirmidzi :

وعن عبد الله بن يزيد الخطمي - رضي الله عنه - عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أنه كان يقول في دعائه اللهم ارزقني حبك وحب من ينفعني حبه عندك اللهم ما رزقتني مما أحب فاجعله قوة لي فيما تحب اللهم ما زويت عني مما أحب فاجعله فراغا لي فيما تحب . رواه الترمذي

Ya Allah, rezeki apa saja yang Engkau berikan kepadaku yang aku sukai, jadikanlah rezeki tersebut sebagai penolongku untuk melakukan apa yang Engkau sukai, adapun apa yang kau ambil dariku apa yang aku sukai jadikanlah itu sebagai waktu luangku untuk bisa melakukan apa yang Engkau sukai.

17. Allah ﷻ kasih musibah agar kita tahu hidup ini sementara

Jika senang terus, maka kita akan ridha dengan dunia, dan lupa akan kehidupan akhirat, seperti halnya kehidupan orang-orang kafir.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Yunus Ayat 7:

إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَٱطْمَأَنُّوا۟ بِهَا وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنْ ءَايَٰتِنَا غَٰفِلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami.

Semoga Allah Ta’ala menetapkan kita dalam kebaikan, istiqomah dan sabar dalam menghadapi musibah. Aamiin.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم