Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Subuh - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu 'Afiyah Agus Waluyo, Lc. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Masjid Umar bin Khathab Mahad Assunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 24 Ramadhan 1446 / 24 Maret 2025



Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, berupa nikmat dan hati, nikmat beribadah terutama di akhir Ramadhan.

Syaikh Abdul Rozaq bin Muhsin Al-Badr hafizhahullohu berkata kebahagian itu ada ditangan Allah ﷻ dan kebahagiaan itu didapat dengan ketaatan kepada Allah ﷻ.

Kajian pagi ini adalah takwa dan akhlak. Yaitu memenuhi hak Allah ﷻ dan hak manusia.

Diambil dari:

  • Kitab: Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
  • Penulis: Al-Hāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ

Termasuk di antara keindahan ajaran agama Islam adalah agama ini mendorong umatnya untuk memiliki akhlak yang mulia dan akhlak yang luhur. Dan sebaliknya, agama ini melarang umatnya dari akhlak-akhlak rendahan dan akhlak yang buruk. Hal ini ditunjukkan oleh banyak hadits tentang akhlak dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bahkan dalam hadits dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ

“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi, no. 2003. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Adab bermakna menggunakan sesuatu yang dipuji baik ucapan atau perbuatan. Adab bisa diartikan juga sastra.

Hadits#1: Hak muslim atas muslim Lainnya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).”

[HR. Muslim, no. 2162]

📃 Penjelasan:

Disebutkan enam di sini bukan pembatasan dan dalam Shahih Bukhari disebutkan ada 5.

Hak bermakna wajib, walaupun sebagian ulama bermakna sesuatu yang dituntut untuk dikerjakan atau tidak sepatutnya ditinggalkan.

1. Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya.

  • Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya”, maksudnya memulai salam dihukumi sunnah ‘ain jika sendirian. Menjawabnya fardhu kifayah.
  • Membalas salam bukanlah dengan ucapan “ahlan” atau “ahlan wa sahlan”, ini bukanlah ucapan yang syar’i dalam menjawab salam. Dalam ayat disebutkan (yang artinya), “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” (QS. An-Nisa’: 86);
  • Ucapan salam yang sederhana adalah “Assalaamu ‘alaikum”, dengan 10 pahala sedangkan yang paling sempurna adalah “Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh”; dengan 30 pahala. 

2. Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya.

  • Hukum asalnya wajib walau sebagian ulama mengatakan sunnah.
  • Jika ada kemungkaran maka tidak wajib datang.
  • Jika undangan walimah bagi orang kafir diperbolehkan jika tidak ada kemaksiatan.
  • Makanan yang disediakan halal.
  • Undangan tidak meninggalkan perkara yang wajib.
  • Menghadiri tidak memudaratkan atau menyusahkan, maka gugur kewajibannya.
  • Undangan bersifat khusus bukan umum. Dan jika tidak diundang jangan marah atau baper.

3. Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya

Jika tidak mampu pada saat diminta, hendaknya ditunda.

4. apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’).

  • Jika yang bersin mengucapkan alhamdulillah, maka setiap orang wajib menjawab, wajib 'ain.

Membeli Surga dengan Satu Dirham

Telah sampai dari Abu Dawud penulis As Sunan, bahwa suatu saat beliau sedang berada di atas bahtera, dan mendengar orang yang bersin yang kemudian memuji Allah di tepi peraiaran. Maka beliau menyewa sebuah sampan dengan harga satu dirham untuk mendatangi orang yang bersin tersebut dalam rangka menjawabnya.

Imam Abu Dawud ditanya mengenai apa yang telah beliau lakukan itu. Beliau pun menjawab, ’Semoga ia menjadi doa yang terkabulkan.’ Dan ketika para penumpang bahtera berbaring, mereka serentak mendengar ada yang mangatakan, ’Wahai para penumpang bahtera, sesungguhnya Abu Dawud telah membeli surga dari Allah Ta’ala dengan satu dirham!'” (lihat, Hasyiyah Ibnu Abi Jamrah, hal. 196)

5. Apabila dia sakit, jenguklah dia.

  • Sebagain ulama berpendapat hukumnya fardhu kifayah.
  • Syogyanya ikut merukyah.
  • Jika akan meninggal bacakan surat Yasin, sebagian ulama menghasankan hadits keutamaan membaca surat yasin.

6. Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ اتَّبَعَهَا حَتَّى تُوضَعَ فِي الْقَبْرِ فَقِيرَاطَانِ قَالَ قُلْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَمَا الْقِيرَاطُ قَالَ مِثْلُ أُحُدٍ

Barangsiapa mensholatkan jenazah, maka baginya pahala satu qirath, dan siapa yang mengantarnya hingga jenazah itu di letakkan di liang kubur, maka baginya pahala dua qirath.”

“Ya Abu Hurairah, seperti apakah dua qirat itu?” Tanyaku.

Beliau menjawab, “Seperti gunung Uhud.” (HR. Muslim)

Hadits#2: Lihatlah yang lebih rendah dalam masalah dunia

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, dalam suatu kesempatan ketika ditanya tentang ciri takwa, ia berkata:

روي عن علي بن ابي طالب - رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ - أنه قال:"التقوى هي الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة او الرضى بالقليل والاستعداد ليوم الرحيل

Diriwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Sesungguhnya tanda takwa itu ada empat, yakni:

  • Pertama, Al-Khaufu minal-Jalil, merasa takut kepada Allah ﷻ yang mempunyai sifat Maha Agung.
  • Kedua, Al-‘Amalu bi At-Tanzil, beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah ﷻ.
  • Ciri ketiga, Al-Qona'atu awir-Ridha bil-Qalil, merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah ﷻ, meskipun hanya sedikit.
  • Ciri orang bertakwa yang keempat, Al-Isti`dadu li Yaumir-Rahil, yaitu senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kembali menghadap Allah ﷻ.

Urusan rezeki adalah takdir dari illahi, bukan karena keutamaan dia dalam berbisnis.

Sesungguhnya takdir kaya dan miskin mengandung hikmah agar si kaya bisa membantu sedekah kepada orang miskin.

Ghibtah yang Diperbolehkan

Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu,

ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ

“Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” (HR. Muslim)

Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan kepada mereka ada jalan lain untuk mendapatkan pahala sedekah,

أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ

“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih (suhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Al-hamdulillah) adalah sedekah, tiap-tiap tahlil adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah sedekah“. (HR. Muslim)

Dalam hadits ini sangat jelas bahwa berzikir dengan membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil adalah salah satu jalan mendapatkan pahala sedekah.

Hadits#3: Dosa Selalu Menggelisahkan Jiwa

Dari Nawas bin Sam’an, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia.”. [HR. Muslim no. 2553. ]

An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Dosa selalu menggelisahkan dan tidak menenangkan bagi jiwa. Di hati pun akan tampak tidak tenang dan selalu khawatir akan dosa.” [Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, 1392, 16/111]

Hadits#4 Larangan berbisik jika ada tiga orang

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -: «إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً، فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ، حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ; مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian bertiga, maka janganlah berbisik-bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bergaul dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.” (Muttafaqun ‘alaih. Lafaznya adalah lafaz Muslim) [HR. Bukhari, no. 6290 dan Muslim, no. 2184]

Hadits #5: Larangan seseorang mengusir orang lain dari tempat duduknya

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم: «لَا يُقِيمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ, ثُمَّ يَجْلِسُ فِيهِ, وَلَكِنْ تَفَسَّحُوا, وَتَوَسَّعُوا». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seseorang duduk mengusir orang lain dari tempat duduknya, kemudian ia duduk di tempat tersebut, namun ucapkanlah berilah kelonggaran dan keluasan.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 627 dan Muslim, no. 2177]

Faedah:

  • Jangan memindahkan teman sebelah yang sedang dzikir dengan harapan bertukar tempat, sekiranya seseorang sudah berdzikir maka sudah cukup untuk melanjutkan shalat sunnah di tempat semula.
  • Larangan membuat kapling di shaf awal kecuali ada udzur mau wudhu atau ke toilet.

Hadits #6: Adab dalam Memberi Salam 1

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: [قَالَ] رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِيُسَلِّمْ اَلصَّغِيرُ عَلَى اَلْكَبِيرِ, وَالْمَارُّ عَلَى اَلْقَاعِدِ, وَالْقَلِيلُ عَلَى اَلْكَثِيرِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: – وَالرَّاكِبُ عَلَى اَلْمَاشِي

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah yang kecil memberi salam pada yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 3231, 3234, dari jalur ‘Atha’ bin Yasar; no. 6232; Muslim, no. 2160 dari jalur Tsabit bin Al-Ahnaf, bekas bukda ‘Abdurrahman bin Zaid, ketiga jalur ini dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam]

Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Dan orang yang berkendaraan. memberi salam kepada yang berjalan.”

Memulai mengucapkan salam menunjukkan semangatnya dalam menjalankan adab, melaksanakan syariat, dan semangat untuk meraih pahala.

Hadits #7: Adab dalam Memberi Salam 2

وَعَنْ عَلِيٍّ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – يُجْزِئُ عَنْ اَلْجَمَاعَةِ إِذَا مَرُّوا أَنْ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمْ, وَيُجْزِئُ عَنْ اَلْجَمَاعَةِ أَنْ يَرُدَّ أَحَدُهُمْ – رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَالْبَيْهَقِيُّ

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukup jika berjamaah (berada dalam kelompok) jika lewat, maka salah seorang dari mereka mengucapkan salam. Cukup jika berjamaah (berada dalam kelompok) jika ada yang mengucapkan salam, maka salah seorang dari jamaah tersebut yang membalas salamnya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi) [HR. Abu Daud, no. 5210 dan Al-Baihaqi, 9:49]

Hadits #8: Adab dalam Memberi Salam 3

وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – لَا تَبْدَؤُوا اَلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ, وَإِذَا لَقَيْتُمُوهُمْ فِي طَرِيقٍ, فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ – أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu pula, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah memulai mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani. Jika kalian bertemu dengan mereka di jalan, maka persempitlah jalan mereka.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 1319]

Imam Nawawi berkata, “Larangan yang disebutkan dalam hadits di atas menunjukkan keharaman, Inilah yang benar bahwa memulai mengucapkan salam pada orang kafir dinilai haram.” (Syarh Shahih Muslim, 14:145).

jika orang kafir memberi salam, maka jawablah dengan ucapan “wa ‘alaikum”. Dalilnya adalah hadits muttafaqun ‘alaih dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ

“Jika seorang ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah dengan ucapan ‘wa’alaikum’.” (HR. Bukhari, no. 6258 dan Muslim, no. 2163)

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم