بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Akbar bersama DKM Al-Ikhlash - Muslim Solo Raya
Solo, 20 Dzulqa’dah 1446 / 18 Mei 2025
Bersama Ustadz Abu Qotadah Al-Atsary 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Tempat: Masjid Ibaadurrahmaan Goro Assalaam
Jl. A. Yani No.308, Gumpang Lor, Pabelan, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57169
Untuk Apa Kita Belajar?
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita terutama nikmat kesehatan dan kesempatan untuk menuntut ilmu.
Kenapa kita mesti belajar dan untuk apa kita belajar? Pertanyaan yang singkat dan simpel, tetapi perlu jawaban yang panjang untuk menjelaskannya. Banyak diantara kita yang masih belum paham akan tujuan kita belajar, salah satu indikatornya, banyak yang terbebani tatkala kita belajar.
Terutama bagi anak-anak muda yang produktif, cara belajar dan pola pikir pendidikan masih yang ringan dan kurang mendukung sistem yang kolaboratif dan kreatif. Hingga ada beberapa mitos pendidikan yang salah di Indonesia, antara lain:
1. Tuntutan orang lain, sehingga ada wajar diknas 9 tahun. Anak-anak di pesantren biasanya karena tuntutan orang tua, bukan karena kesadaran dan motivasi.
2. Belajar untuk mendapatkan ijazah atau nilai. Maka, pendidikan hanya sebatas mendapatkan sertifikat kelulusan atau gelar. Maka, banyak sarjana yang tidak sejalan dengan tuntutan potensi akademiknya, karena bukan bertujuan mencari ilmu. Juga, anak-anak hanya belajar untuk mengerjakan soal dan mendapat nilai, akhirnya lulus sekolah hanya mendapatkan nilai tanpa paham untuk menyelesaikan persoalan hidup.
3. Untuk mendapatkan pekerjaan. Maka, ilmu yang dipelajari, belum tentu akan applicable dalam dunia kerja, kalau tidak mampu beradaptasi.
4. Pendidikan sesuatu yang memberatkan.
Belajar dalam pandangan Islam adalah:
1. Tuntutan kemanusiaan (Dharurah basyariyah)
yaitu menginstal pengaruh dalam kaidah kita berpikir dalam persiapan akhirat, halal dan haram, serta apa yang diperlukan dalam kehidupan di atas bumi.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 78:
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Dan Allah telah mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu-ibu kalian sesudah masa kehamilan sedang kalian tidak mengetahui apapun yang ada di sekitar kalian, kemudia Allah menjadikan bagi kalian sarana-sarana pengetahuan berupa pendengeran, penglihatan, dan hati.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Rum ayat 30).
Fitrah tersebut dipahami oleh banyak ulama tafsir, sebagai naluri keagamaan yang benar/ keyakinan akan keesaan Allah ﷻ, sebagaimana diisyaratan pula oleh (QS Al A'raf 7:172.)
Surat At-Tahrim Ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...
Ada dua hal yang harus diketahui manusia :
- Perangkat fitrah sebagai dasar nilai pendidikan yaitu Iman, tauhid, islam, kebenaran dan cinta kebaikan.
Ada fitrah linguistik, bakat, biologis seksual, perkembangan fisik jasmani, leadership. Karena adanya Fitrah ini, maka manusia perlu belajar.
- Perangkat agar manusia mendapatkan pengetahuan: pendengaran, penglihatan dan hati.
Maka, belajar adalah proses perjalanan hidup, yaitu memenuhi kebutuhan hidup dengan mengembangkan fitrah yang sudah kita miliki.
Maka, belajar bukan untuk ijazah atau nilai, maka dipastikan nilai bukan mencerminkan kondisi nyata si anak. Karena nilai adalah hasil dari menjawab pertanyaan. Hasilnya, bisa jadi seseorang mempunyai nilai akidah yang mumtaz, tetapi implementasi akidah dalam hidup belum tentu ada nilai baginya. Maka, belajar adalah proses perjalanan hidup, bukan selesainya pendidikan.
2. Belajar adalah Kewajiban Syar'i (Faridhah Syar'iyyah).
Allah ﷻ QS Muhammad ayat 19
فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah
Dalam Surat al-‘Ala ayat 1:
ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Belajar memiliki 3 tujuan utama:
1. Menjadi Insan yang bijak
Yaitu menghilangkan kebodohan, menjadi manusia yang open mided dan tidak ta'ashub, tidak sesat.
Bijak artinya belajar dengan norma ilmiah, beramal berdasarkan ilmu.
- Agar kita shalat, haji, bermuamalah dengan benar.
- Agar pejabat membuat kebijakan yang benar sesuai kaidah ilmu.
- Agar pendidikan sesuai dengan tujuan mendidik dengan benar, dan lainnya.
Maka, banyak penceramah yang menjelaskan islam tanpa ilmu. Tanpa dasar atau dalil yang benar.
Para sahabat Nabi ﷺ, belajar sesuai dengan kebutuhan. Maka, banyak hadits yang menjelaskan amalan-amalan secara praktis seperti amalan-amalan yang membuat masuk surga, belajar shalat, darah istihadhah dan amalan-amalan lainnya. Karena ilmu adalah perjalanan hidup.
2. Menjadi manusia yang bajik, bermoral dan beretika.
- Mengajari budi pekerti dan moral, lebih sulit daripada mengajarkan ilmu pengetahuan. Belajar akhlak perlu bimbingan dan contoh.
- Pelajaran tidak dibutuhkan setiap saat, tetapi moral diperlukan selamanya. Seperti:
▪️Budaya antri, setidaknya ada 10 pelajaran dari mengantri, diantaranya: mengetahui urgensi waktu, tahu akan konsekuensi, belajar tentang hak, tahu akan kreativitas, membangun empati.
▪️ Kejujuran, dan nilai-nilai hidup lainya.
3. Kreatif, kritis, skill untuk berbuat bagi sendiri dan orang lain.
Agar masyarakat tidak mudah diimingi dengan bantuan sosial, tetapi dibangun kreativitas untuk mandiri, bukan generasi pengemis, punya logic dan skill. Maka, para salaf dulu terkenal dengan kemampuan sebagai tukang jam, tukang kayu dan keahlian lainya.
Maka kita akan paham belajar untuk tidak sesat, agar tahu jalan yang lurus, agar tahu halal dan haram, dan lainnya.
Allah Ta’ala berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).
Seperti hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Maka belajar harus di dukung kesadaran akan:
- Tujuan akhir belajar, sehingga anak-anak akan belajar dengan enjoy dan tanpa beban.
- Hargai proses belajar anak, bukan hasil akhir.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم