Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Masjid Al-Ukhuwah - Rodja
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
🗓 Bandung, 24 Dzulhijjah 1446 / 20 Juni 2025



Agama adalah Nasihat: Nasihat kepada Kitab Allah ﷻ

Melanjutkan pembahasan Agama adalah nasihat

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” (diulang 3x), Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 55]

Nasihat adalah memberi nush kepada orang lain. Nush adalah seseorang menginginkan kebaikan bagi saudaranya, mengajak untuk melakukan kebaikan, menjelaskan dan memberikan dorongan untuk melakukan kebaikan tersebut.

Nasehat kepada Allah ﷻ maknanya menunaikan hak-hak Allah baik itu hak yang wajib maupun yang sunnah, marah jika hak-hak Allah ﷻ dilanggar dan membela Syari'at Nya dan mendakwahkannya.

Nasihat bagi kitab Allah mencakup seluruh kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur’an, dalam bentuk membenarkan seluruh berita yang terkandung dalam kitab-kitab ini, baik masa lalu atau yang akan datang, baik masuk akal atau tidak, selama Al-Qur’an membenarkannya seperti nabi Ibrahim dibakar, kisah Musa membelah lautan, kisah ashabul Kahfi dan lainnya. Atau kisah yang akan datang seperti munculnya Daabah, kejadian di akhirat tentang tubuh manusia yang bersaksi, karena dari Al-Qur’an, maka kita wajib percaya.

Dan kitab-kitab sebelum Al-Qur’an diturunkan hanya untuk kaumnya dan sekarang sudah banyak perubahan, tidak dijamin keasliannya. Adapun Al-Qur’an adalah untuk seluruh alam dan terjamin keasliannya.

Diantara bentuk nasihat kita kepada Al-Qur’an adalah :

1. Meyakini bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah ﷻ yang diturunkan kepada Nabi ﷺ melalui malaikat Jibril, bukan karangan Rasul-Nya baik lafadznya maupun maknanya, semua itu merupakan wahyu Allah ﷻ. Dan diterjemahkan melalui hadits-hadits Nabi ﷺ yang juga bagian dari wahyu.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: {ألا إنى أوتيت الكتاب ومثله معه}

Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketahuilah sesungguhnya aku telah diberi (oleh Allah) al kitab (al Qur’an) dan semisalnya (as Sunnah) bersamanya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan at Thabrani dari Al Miqdam bin Ma’dikarib).

Allah ﷻ berfirman dalam Surat An-Najm Ayat 3:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.

Karena hawa nafsu atau ra'yu merupakan jalan kesesatan yang merupakan jalannya orang-orang bodoh.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat al-Qashash ayat 50:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.

Dan tidak ada orang yang lebih sesat daripada orang yang rela menjadi orang yang jauh dari petunjuk Allah Yang Maha Mengetahui. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada kebenaran bagi orang yang menyelisihi perintah-Nya dan senantiasa dalam kezaliman dan kesesatan.

Maka, apa yang disampaikan Rasulullah ﷺ adalah wahyu yang telah Allah ﷻ jaga, bahkan Nabi ﷺ diancam Allah ﷻ jika menyelewengkan kerasulannya.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Haqqah Ayat 44-48:

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ ٱلْأَقَاوِيلِ. لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِٱلْيَمِينِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ ٱلْوَتِينَ. فَمَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَٰجِزِينَ

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.

Dan Allah ﷻ akan menjaga apa yang diturunkan kepada Nabi ﷺ. Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Hijr Ayat 9:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Dalam ayat ini Allah ﷻ menekankan berkali-kali bahwa Allah ﷻ yang menurunkan Al-Qur’an. Yaitu penekanan kami tiga kali:

  1. Pada kata انّا sebagai huruf taukid (penekanan).
  2. Kata نحن pengulangan dhamir mutakallim ma'al ghoir (orang pertama jamak).
  3. Fiil Mudhari' نَزَّلْنَا, Maka ada dua penekanan.

Menunjukkan penekanan yang berkali-kali bahwa Allah ﷻ lah yang menurunkan Al-Qur’an dan menggunakan lam taukid لَحَٰفِظُونَ yang menunjukkan benar-benar sungguh-sungguh mau menjaga.

2. Memperlakukan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah ﷻ atau perintah Allah ﷻ:

  • Membaca secara musalsal (berkesinambungan). Jangan menunggu waktu luang, tapi luangkan waktu.
  • Hafalkan semampunya.
  • Ajarkan dan dakwahkan.
  • Amalkan dalam kehidupan.
  • Membela bila ada yang melanggarnya atau merendahkannya.

    Jika kita memenuhi semua keadaan di atas, maka kita akan mendapatkan faidahnya. Karena sudah sunatullah, yaitu الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ (al-jaza’ min jinsil ‘amal, artinya balasan sesuai dengan perbuatan).

Allah ﷻ akan Mengangkat Derajat Orang yang Paham Al-Qur’an

وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat (meninggikan) dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan merendahkan kaum yang lain dengannya juga.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 817].

1. Besarnya pahala yang didapatkan.

  • Diberi pahala setiap hurufnya.

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا , لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ”

رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi aliif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi, no. 2910. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Tirmidzi, no. 2910. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih].

  • Pahala membaca 3 ayat yang lebih baik dari 3 ekor unta

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ فِيهِ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ ». قُلْنَا نَعَمْ. قَالَ « فَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ

“Maukah seorang dari kalian jika kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya tiga unta yang hamil, gemuk, dan besar?” Kami (para shahabat) menjawab, “Iya.” Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada mendapatkan tiga unta yang hamil, gemuk, dan besar.” (HR. Muslim, no. 802).

Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, sedang kami berada di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda,

« أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ». فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ « أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ»..

“Siapakah di antara kalian yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau Al-‘Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus hubungan silaturahim (hubungan dengan sanak keluarga)?” Kami (yang hadir) berkata, “Ya kami senang, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Apakah seseorang di antara kalian tidak berangkat pagi ke masjid, lalu mempelajari atau membaca dua ayat Al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila mempelajari atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila mempelajari atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.” (HR. Muslim, no. 803)

Hadits di atas dimasukkan dalam Shahih Muslim dalam Kitab “Shalat Bagi Musafir”, Bab “Keutamaan Membaca Al-Qur’an dalam shalat dan mempelajarinya”.

2. Ditinggikan derajat di surga karena besarnya pahala.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Mujadalah ayat 11:

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Imam Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari Syarah shahih Bukhari berkata bahwa banyaknya pahala meninggikan derajatnya di surga. Yakni Allah mengangkat derajat orang yang berilmu diantara kalian dengan kemuliaan di dunia dan pahala di akhirat. Maka barangsiapa yang beriman dan memiliki ilmu maka Allah akan mengangkat derajatnya dengan keimanannya itu dan mengangkat derajatnya dengan ilmunya pula; dan salah satu dari itu adalah Allah mengangkat derajat mereka dalam majelis-majelis.

3. Turun sakinah, para Malaikat-Nya, RahmatNya dan disanjung Allah ﷻ dihadapan para Malaikat-Nya.

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)

Maka, orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an, akan bersama malaikat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala"

Potongan Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38.

4. Mengajarkan Al-Qur’an adalah mengajarkan sebaik-baik perkataan

Dan mengajarkan Al-Qur’an berarti mengajarkan kalamullah, yang memiliki banyak kemuliaan. Sebagaimana hadits dari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”. (HR. Tirmidzi).

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang mempelajari ilmu agama yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian menyebarkannya kepada umat manusia.

Hadits Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”

Hadits ini diriwayatkan oleh imam Abu Daud dalam Sunannya no. 1464 dan imam Tirmidzi dalam sunan at-Tirmidzi, no. 2914, dan Ibnu Hibbân no. 1790 dari jalan ‘Âshim bin Abi Najûd dari Zurrin dari Abdullah bin ‘Amru secara marfu’.

Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini, sebagaimana hal ini banyak disalahpahami oleh banyak orang. Inilah keutamaan yang nampak bagi seorang yang menghafalkan al-Qur’an, namun dengan syarat hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allâh Azza wa Jalla semata dan bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar.

Ingatlah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا

“Kebanyakan orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurro’uha (yang menghafalkan al Qur’an dengan niat yang jelek).” [HR. Ahmad, sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh al-Albani dalam 750]. [Lihat keterangan beliau dalam Silsilah Ahâdîts ash-Shahîhah pada hadits no. 2440]

Demikianlah poin kedua nasihat kepada Kitab Allah ﷻ. Wallohu'alam.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم