Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Spesial Bisnis Islam
Pemateri: Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, M.A. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 6 Dzulqa’dah 1446 / 4 Mei 2025
Tempat: Masjid Agung Al-Ukhuwwah Bandung.



Keberkahan Muamalat Sahabat Nabi ﷺ

Mengawali kajian, Ustadz mengingatkan jama'ah untuk menempatkan diri sebagai tamu-tamu Allah ﷻ, karena kita di rumah Allah ﷻ maka hanya Allah ﷻ yang pantas dibesarkan di rumahNya. Tidak disibukkan dengan urusan dunia apalagi hal-hal yang mengundang murka pemilik rumah.

Berbicara mengenai bisnis sahabat Nabi ﷺ, tentu kita tidak bisa mengambil karakter masing-masing sahabat. Tatkala haji wada' dimana para sahabat lebih dari seratus ribu, maka kita hanya membatasi beberapa sahabat utama yaitu Khulafaur Rasyidin, sepuluh orang yang dijamin masuk surga seperti Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, Sa'id bin Zaid, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dan Sebagian besar sahabat adalah pebisnis.

Hal yang paling penting, tentu keberkahan bisnis Rasulullah. Baik dengan sahabat, kaum Yahudi maupun kafir Quraisy. Said bin Abi Said dikenal sebagai salah satu teman bisnis terbaik Nabi ﷺ. Nama Said bin Abi Said lebih dikenal sebagai Said bin Zaid, seorang sahabat Nabi yang terkenal dengan keimanan dan doa-doanya yang mustajab.

Tatkala datang Nabi ﷺ memujinya: Engkau adalah teman bisnis terbaik, engkau tidak pernah melakukan basa-basi dalam berbisnis.

Kesuksesan bisnis (profit) para Sahabat berbeda-beda, yang terlihat seperti Abu Bakar, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Awwam. Sa'ad bin Abi waqas lebih rendah dari mereka.

Karena kondisi Mekah tidak mungkin untuk bertanam hingga mereka kebanyakan berdagang. Akan tetapi, Mekah dikunjungi banyak bangsa karena Haji telah dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim.

Setiap tahun paling tidak disaat haji devisa Mekah mencapai 250 T (Seandainya 5 juta orang 50 juta) maka walaupun negara tidak mengambil fee dari visa. Fee diambil oleh agensi. Maka, dari dahulu sampai sekarang mereka berdagang. Dan berdagang yang mendatangkan keberkahan (bertambahnya kebaikan).

Baik keberkahan dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Maka tatkala Abdurrahman bin Auf Saat berhijrah tidak membawa satu dirham pun uang,  akan tetapi tatkala beliau wafat meninggalkan emas 320 ton.

Zubair bin Awam juga termasuk bagian dari berkah usahanya, salah satu usaha kebunnya dijual anaknya tatkala Beliau wafat seharga 1.700.000 dinar (1 dinar =4.25 gram).

Sa'ad bin Abi waqas saat beliau wafat meninggalkan harta 132 ton emas.

Hal tersebut menunjukkan keutamaan dan keberkahan bisnis para sahabat. Karena Allah ﷻ maha melihat segala apa yang dilakukan hambaNya. Maka, hendaklah tatkala berdagang, tunjukan kelemahan barang dagangannya tanpa diminta.

Seorang tukang panggul di Souq Utaiqah (Timur Riyadh) mengembangkan usaha keuangan syariah bersama saudaranya ketika umur 75 tahun, kemudian diambil sebagian diberikan anak isteri dan sebagian diwakafkan. Dan inilah wakaf terbesar sepanjang sejarah yaitu 7.2 Milar USD (Lebih dari 100 triliun).

Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا – أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu” (Muttafaqun ‘alaih).

Di antara keberkahan sikap jujur ini akan memudahkan kita mendapatkan berbagai jalan keluar dan kelapangan. Coba perhatikan baik-baik perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat At Taubah ayat 119. Beliau mengatakan, “Berlaku jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi orang yang jujur. Jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada kebinasaan. Moga-moga kalian mendapati kelapangan dan jalan keluar atas perilaku jujur tersebut.”

Ketidakjujuran hanya akan mendatangkan murka Allah ﷻ, tidak akan untung dan tidak akan menambah jatah yang telah Allah ﷻ tentukan kepadanya.

Seperti iklan yang tidak ada hubungannya dengan wanita, tetapi iklannya wanita dan musik. Maka, jika beriklan akan jujur tanpa melanggar syariat.

Orang yang berbisnis dengan jujur dan karena Allah ﷻ akan mengutamakan shalat jika waktu shalat tiba.

Pada akhirnya, keberkahan bisnis ditentukan oleh kita sebagai pelaku, apakah ingin jujur karena Allah ﷻ ataukah ingin mengikuti langkah setan.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم