Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an
Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 Bandung, 7 Dzulhijjah 1446 / 3 Juni 2025



Cara Syaithan Menggoda Manusia: Menggoda Secara Bertahap (Tadarruj)

Telah berlalu pembahasan cara syaithan menggoda manusia yaitu:

  1. Was-was (Bisikan Jahat).
  2. Lupa.
  3. Janji Palsu dan Angan-angan.
  4. Memberikan ancaman dan menakut-nakuti.
  5. Menghiasi Kemaksiatan.
  6. Menghalangi (Manusia) dari Jalan Allah ﷻ.
  7. Menyuruh Berbuat Maksiat.

Sesungguhnya trik tadarruj (tahapan) yang ditempuh oleh syaithan terhadap manusia itu berbeda-beda menurut keadaan mereka. Dia akan berjalan bersama manusia setapak demi setapak hingga sampai pada maksudnya. Oleh karenanya, Allah Ta'ala telah melarang kita untuk tidak mengikuti langkah-langkahnya dan berfirman dalam surat Al-Baqarah Ayat 168:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

كُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-An'am ayat 142).

Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 208:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Dalam Surat An-Nur Ayat 21:

۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۚ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.

Dalam ayat-ayat ini terdapat larangan keras untuk mengikuti langkah-langkah syaithan. Oleh karenanya tiga ayat pertama diakhiri dengan kalimat ta'liliyah (argumentatif), "Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu." Maksudnya menampakkan permusuhan tanpa berusaha menyembunyikannya, dan ayat keempat ditutup dengan kalimat argumentatif, "Maka sesungguhnya syaithan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar." Dan jika kita merenungkan siyaq (konteks) ayat-ayat ini, maka akan kita dapati hal-hal sebagai berikut:

  1. Ayat pertama dan kedua membahas tentang perintah untuk memakan dari apa yang ada di bumi, lalu kita dilarang untuk mengikuti langkah-langkah syaithan, karena syaithan dalam urusan makanan ini memiliki dua cara:
  • Pertama, bertindak secara berlebihan (ghuluw), terlalu keras (tasyaddud) dalam urusan: makanan, dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah kepada kita. Padahal Allah ﷻ berfirman:

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِىٓ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِۦ وَٱلطَّيِّبَٰتِ مِنَ ٱلرِّزْقِ ۚ

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS Al-A'raf ayat 32).

  • Kedua, bersikap boros (israf) dan menganggap remeh makanan tersebut. Sehingga manusia makan melebihi kebutuhannya, yang pada akhirnya itu akan memberatkannya untuk melakukan ibadah. Atau dia memakan suatu (makanan) yang telah diharamkan oleh Allah dan di antaranya dengan cara riba, mencuri, menipu dan lain sebagainya.

*****

📃 Penjelasan:

Dalam ajaran Islam yang mulia, manusia diperintahkan oleh Allah agar makan secukupnya saja dan tidak berlebihan.

Allah berfirman,

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوٓا

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan".

Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat ini,

قال بعض السلف : جمع الله الطب كله في نصف آية : ( وكلوا واشربوا ولا تسرفوا )

“Sebagian salaf berkata bahwa Allah telah mengumpulkan semua ilmu kedokteran pada setengah ayat ini.” [Tafsir Ibnu Katsir 3/484].

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa perut manusia adalah wadah yang paling buruk yang selalu diisi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihkannya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas”

HR At-Tirmidzi (2380), Ibnu Majah (3349), Ahmad (4/132), dan lain-lain. Hadits ini dinilai shahiholeh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (2265).

Yang dimaksud jangan berlebihan adalah jangan sampai kekenyangan, kalau sekedar kenyang tidak masalah.

Suatu ketika, Rasulullah keluar dari rumahnya dan melihat Abu Bakr sedang duduk bersama Umar di luar rumah mereka. “Apa yang menyebabkan kalian keluar dari rumah di waktu ini?”, tanya Rasulullah. “Kami keluar karena lapar wahai Rasulullah”, jawab Abu Bakar dan Umar. “Sungguh”, kata Rasulullah, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Aku pun keluar dari rumahku saat ini karena sebab yang sama yang telah menyebabkan kalian keluar dari rumah kalian. “ Kemudian Rasulullah memerintahkan mereka berdua untuk berdiri dan ikut pergi bersama beliau. Mereka lalu mendatangi rumah salah seorang sahabat Anshar, Abul Haitsam Malik bin at Tihan namanya.

Singkat cerita, Abul Haitsam menyembelih seekor kambing untuk mereka. Rasulullah pun mengingatkan kepadanya agar ia tidak menyembelih kambing betina yang sedang menyusui. Maka Rasulullah dan kedua shahabatnya itu menyantap berbagai hidangan yang ia sajikan berupa kurma dan kambing, serta meminum susu dan air yang segar hingga mereka semua kenyang dan puas. Kemudian Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya! Sungguh kalian akan ditanya tentang kenikmatan ini pada hari Kiamat. Kalian keluar dari rumah dalam keadaan lapar. Lalu kalian kembali ke rumah kalian setelah kenyang dengan limpahan nikmat yang kalian rasakan ini.” (HR Muslim, Malik dan Tirmidzi).

Maksudnya, perut yang penuh dengan makanan bisa merusak tubuh. Syaikh Muhammad Al-Mubarakfury menjelaskan,

ﻭﺍﻣﺘﻼﺅﻩ ﻳﻔﻀﻲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﺴﺎﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺪﻧﻴا

“Penuhnya perut (dengan makanan) bisa menyebabkan kerusakan agama dan dunia (tubuhnya)” [Tuhfatul Ahwadzi]

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan bahaya kekenyangan karena penuhnya perut dengan makanan, beliau berkata,

لان الشبع يثقل البدن، ويقسي القلب، ويزيل الفطنة، ويجلب النوم، ويضعف عن العبادة

“Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.” [Siyar A’lam An-Nubala 8/248 ].

Jika sampai full kekenyangan yang membuat tubuh malas dan terlalu sering kekenyangan, maka hukumnya bisa menjadi haram. Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan,

وما جاء من النهي عنه محمول على الشبع الذي يثقل المعدة ويثبط صاحبه عن القيام للعبادة ويفضي إلى البطر والأشر والنوم والكسل وقد تنتهي كراهته إلى التحريم بحسب ما يترتب عليه من المفسدة

“Larangan kekenyangan dimaksudkan pada kekenyangan yang membuat perut penuh dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah dan membuat angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Hukumnya dapat berubah dari makruh menjadi haram sesuai dengan dampak buruk yang ditimbulkan (misalnya membahayakan kesehatan, pent).” [Fathul Bari 9/528].

Syaikh Taqiyuddin Subki Rahimahullah (Ulama Syafi'iyah) berkata makan yang kekenyangan hukumnya haram dan dijelaskan Syekh Izzuddin bin Abdissalam, karena boros dan merusak badan. Aku berpendapat yang dimaksud kekenyangan yang berlebihan antara lain mengemil makanan yang berlebihan.

Aku melihat fatwa Hanafiyah, wanita yang mengemil agar menjadi gemuk karena diinginkan suami, maka tidak mengapa asal tidak melebihi dari kekenyangan.

******

Oleh karena itu sebagian ulama Salaf berkata, "Tidaklah Allah menyuruh untuk melakukan suatu hal. melainkan di dalamnya syaithan memiliki dua bentuk godaan, yaitu bisa jadi mengajak kepada sikap sembrono (tafrith) dan meremehkan (taqshir), dan bisa pula mengajak kepada sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan (ghuluw), tanpa mempedulikan dengan bentuk mana dia bisa berhasil". (Telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitab Ighatsatul Lahfan 1/136).

  1. Ayat yang ketiga dalam konteks perintah melaksanakan agama Islam secara sempurna, mulai dari awalnya sampai akhirnya. (Lihat Tafsir lbnu Katsir 1/248-249). Dan langkah-langkah syaithan yang tersebut di dalamnya juga demikian antara sikap berlebih-lebihan (ghuluw) dan sikap meremehkan (taqshir).
  2. Ayat keempat membahas tentang kisah al-ifk (fitnah bohong yang diaralkan kepada Aisyah ), dan sesungguhnya wajib bagi seorang muslim untuk menjaga lisannya untuk tidak mencemarkan kehormatan kaum muslimin.

Langkah-langkah syaithan ini berbeda-beda, dan secara bertahap akan diarahkan kepada manusia menurut keadaan mereka. Maka terkadang syaithan memulai dengan menjadikan manusia kufur, lalu jika dia tidak mampu, maka dengan menggunakan amalan bid'ah, kemudian dengan dosa-dosa besar, setelah itu dengan dosa-dosa kecil, lalu amalan-amalan yang mubah agar meninggalkan ketaatan, kemudian dengan sesuatu yang kurang utama agar meninggalkan yang utama. (Sebagaimana telah dijelaskan oleh lbnul Qayyim dalam Bada`i'ul Fawaid 2/260-261, dan lbnu Muflih dalam kitab Masha`ibul lnsan hal. 82).

Terkadang pula dia akan melakukan secara bertahap dengan menggunakan cara yang sebaliknya, yaitu dengan memulainya dari yang paling kecil kemudian kepada yang paling besar. Contohnya, kisah seorang rahib tersebut, di mana syaithan terlebih dahulu menyuruhnya berbuat zina, lalu membunuh, lalu berakibat kekufuran dan mati dalam keadaan kafir.

Syaithan juga secara bertahap telah memperdayai kaum Nabi Nuh, yaitu ketika orang-orang shalih di antara mereka meninggal dunia, lalu syaithan membisikkan kepada mereka agar membangun patung-patung orang tersebut untuk mereka ingat. Maka ketika generasi ini telah tiada, lalu syaithan pun membisikkan kepada generasi setelahnya bahwa orang-orang sebelum mereka membangun patung orang-orang tersebut untuk disembah, sehingga generasi ini pun menyembah mereka selain Allah ﷻ.

Begitu pula syaithan akan secara bertahap menyuruh seseorang untuk berbuat kekejian, dengan melihat seorang wanita yang bukan mahramnya, lalu berbicara kepadanya lalu berkhalwat dengannya, kemudian terjerumus dalam perbuatan yang diharamkan oleh Allah ﷻ (berzina). Sebagaimana dikatakan, "Pandangan, lalu senyuman, lalu bicara, lalu memberi salam, lalu membuat janji, lalu perjumpaan." Kita memohon keselamatan kepada Allah ﷻ. (Ini adalah makna hadits yang diriwayatkan Bukhari dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma. Lihat Fathul Bari 8/667-779 dan Tafsir Ibnu Katsir 4/427-428).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم