Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam
Cara Setan dalam Menyesatkan Manusia : Was-was

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Rutin Masjid An-Naafi' - Tarbiyah Assunnah
Pemateri: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pembahasan Kitab: Kitab 'Aduwatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an (Cara-Cara Setan dalam Menyesatkan Manusia)
Pertemuan: 26 Sya'ban 1446 / 25 Februari 2025
Tempat: Masjid An-Naafi Dago Pakar Resort Bandung

Metode Setan Dalam Menyesatkan Manusia: was-was

Ketika Allah ﷻ mengusir setan dari surgaNya, maka iblis bersumpah dengan menyebut nama Allah ﷻ. Sumpahnya benar, tetapi isinya berbahaya, menyesatkan semua manusia kecuali satu golongan yaitu orang-orang yang ikhlas dalam beramal.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Shad Ayat 82-83:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ

Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.

Dalam ayat ini, iblis bersumpah dengan menyebut sifat Allah ﷻ yaitu Izzah. Dan para ulama menjelaskan bolehnya berlindung dan bersumpah dengan nama dan sifat Allah ﷻ. Seperti dalam do'a dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya".

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ar-Rahman Ayat 27:

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ

Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Wajah adalah sifat Allah ﷻ dan rabbika adalah Dzat Allah ﷻ, dan ذُو ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ adalah sifat dari sifat wajahu, maka dibaca dzu (marfu') karena sifat dari wajhu.

Dalam ayat terakhir Surat Ar-Rahman Ayat 78:

تَبَٰرَكَ ٱسْمُ رَبِّكَ ذِى ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ

Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia.


Sifat ذِى ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ dari Dzat Allah ﷻ yaitu Rabbi. Keduanya, Dzat dan Shifat Allah ﷻ adalah sesuatu yang melekat dan tidak bisa dipisahkan. Maka, keduanya bukan makhluk.

Dalam surat Shad Ayat 82 di atas, iblis menyebut dengan sumpah (فَبِعِزَّتِكَ), lam dan nun taukid (لَأُغْوِيَنَّهُمْ), menunjukkan kesungguhan iblis dalam menyesatkan manusia.

Akan tetapi, di akhir ayat, setan tidak mampu menggoda manusia yang mukhlis (ikhlas). Diantara pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah, ikhlas merupakan sebab teragapainya berbagai macam kebaikan. Dengan ikhlas pula seorang hamba akan terjaga dari segala bentuk kekejian atau dosa.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala (setelah Allah menyebutkan kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha’ , tatkala Zulakha’ merayu Yusuf untuk melakukan tindakan asusila) :

كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

“Demikianlah Kami memalingkan Yusuf dari perbuatan munkar dan keji. Sesungguhnya, Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang ikhlas.” (QS. Yusuf: 24).

Tatkala menjelaskan surat Shad di atas, Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya: Iblis mengambil segala cara untuk menyesatkan manusia dan diizinkan Allah ﷻ. Yaitu dengan mengerahkan segala kemampuan pasukan baik yang menunggang kuda atau berjalan kaki.

Sebagaimana Allah ﷻ berfirman: (Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil) (Surah Al-Isra: 62)

Mereka adalah orang-orang yang dikecualikan dalam ayat lain, yaitu melalui firmanNya: (Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Penjaga (Surah Al-Isra:65).

Dalam talbis iblis, Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah menjelaskan:

  1. Iblis mengerahkan segala kemampuan mereka disesuaikan dengan level keimanan manusia, makin tinggi keimanan makin tinggi kemampuan setan.
  2. Sesungguhnya hal ini masuk ke dalam keumuman ayat Allah ﷻ dalam surat Al-An'am ayat 55. Agar jelaslah jalan hidup orang-orang yang berdosa (terperangkap godaan setan) sehingga jalan hidupnya mengikuti bisikan setan.
  3. Manusia tidak akan mampu menghadapi peperangan yang panjang menghadapi iblis tanpa mengetahui senjata, taktik dan strategi menghadapi kemampuan mereka, maka harus mengetahui kelemahan, kekuatan dan cara mereka menggoda manusia.

Untuk itulah akan dibahas bagaimana cara setan menggoda manusia.

Metode Setan Dalam Menyesatkan Manusia

1. Was-was Bisikan Syubhat

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat an-Nas:

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ - ١ مَلِكِ النَّاسِۙ - ٢ اِلٰهِ النَّاسِۙ - ٣ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ - ٤ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ - ٥ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ - ٦

Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia," Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.

Mereka menggunakan metode hit and run, Maka dalam surat ini menggunakan kata الْخَنَّاسِۖ yang suka bersembunyi.

Setan pun menggoda pertama kali dengan cara was-was, Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Thaha ayat 120:

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ ٱلشَّيْطَٰنُ قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"

Demikian juga kepada Hawa, dalam Surat Al-A’raf Ayat 20:

فَوَسْوَسَ لَهُمَا ٱلشَّيْطَٰنُ لِيُبْدِىَ لَهُمَا مَا وُۥرِىَ عَنْهُمَا مِن سَوْءَٰتِهِمَا

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya...

Was-was menurut imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya: Ajakan untuk mentaati setan dengan ucapan yang lirih (samar), yang isi bisikannya langsung masuk ke hati tanpa ada suara yang terdengar telinga.

Dalam bahasa Arab sesuatu yang terdiri dari kata yang diulang hurufnya, maka perbuatan yang dilakukan juga berulang. Seperti zalzalah, qalqalah, demikian juga waswasah (berulang kali dilakukan sampai mengikuti setan).

Saat Adam alaihissalam masih belum berbentuk manusia, masih tengkorak, setan mengelilingi Adam hingga tahu bentuk tubuh manusia yang berongga dan terbuka hingga setan tertawa dan percaya diri bisa menggoda manusia. Maka setan masuk melalui aliran darah atau rongga manusia.

Setan itu menyusup pada manusia melalui aliran darah. Jika aliran darah ini bisa dipersempit, maka maksiat dan syahwat semakin bisa dikekang. Di antara jalan untuk mengekang syahwat tersebut adalah dengan berpuasa.

عَنْ صَفِيَّةَ ابْنَةِ حُيَىٍّ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مُعْتَكِفًا ، فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلاً فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ ، فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِى لِيَقْلِبَنِى . وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِى دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ، فَمَرَّ رَجُلاَنِ مِنَ الأَنْصَارِ ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَسْرَعَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالاَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا »

Dari Shofiyah binti Huyay, ia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya. Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shofiyah di tempat Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shofiyah binti Huyay.” Keduanya berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).

Maka setan masuk melalui : jiwa (tanpa fisik) dan melalui fisik (hingga timbul kesurupan).

Dan dzikir merupakan serangan balik manusia hingga mereka berlari. Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits:

يَأتِي الشَّيْطَانٌ أَحَدَكُمْ فَيَقُوْلُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتىّٰ يَقُوْلُ مَنْ خَلَقَ رَبِّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ وَلْيَنْتَهِ

“Syetan akan datang pada salah seorang kamu, lalu berkata : “Siapakah yang menciptakan demikian ? Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah yang menciptakan demikian?” Sehingga dia bertanya : “Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?” Apabila ia sampai demikian, maka hendaknya memohon perlindungan kepada Allah dan menghentikannya”

Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari (2/321), Imam Muslim dan Ibnu Sunni.

Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah sahih muslim berkata bila muncul was-was ini dalam hati, cepat berlindung kepada Allah ﷻ untuk menolak bisikan ini dan palingkan pikiran dari bisikan ini dan berpikir tentang yang lain, dan ini adalah bisikan was-was setan dan pikirkan yang lain agar memikirkan hal baru untuk melupakan pikiran pertama yang muncul tadi.

Maka disinilah pentingnya kita mempelajari asma dan shifat Allah ﷻ secara benar. Agar terhindar dari was-was syubhat dalam tauhid.

2. Menggoda sebelum, saat dan sesudah ibadah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan ketidaksukaan setan dengan suara adzan. Sampai-sampai setan berusaha agar tidak mendengarnya dengan cara yang cukup hina menurut pandangan manusia yaitu dengan mengeluarkan kentut dan suaranya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺇِﺫَﺍ ﻧُﻮﺩِﻯَ ﺑِﺎﻷَﺫَﺍﻥِ ﺃَﺩْﺑَﺮَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻟَﻪُ ﺿُﺮَﺍﻁٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻻَ ﻳَﺴْﻤَﻊَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻰَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥُ ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺛُﻮِّﺏَ ﺑِﻬَﺎ ﺃَﺩْﺑَﺮَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻰَ ﺍﻟﺘَّﺜْﻮِﻳﺐُ ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻳَﺨْﻄُﺮُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ

“Apabila azan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqamah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya” (HR. Bukhari no. 608 dan Muslim no. 389).

Setan kembali untuk menggoda manusia agar melupakan sholat sunnah, berdo'a dan amalan sunnah lainya. Dan kebanyakan browsing dengan handphone. Maka, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan lebih utama berdo'a dari pada membaca Al-Qur’an (bukan terlarang) diantara adzan dan iqamah.

Setelah iqamah setan datang lagi, menggoda shalat agar lupa jumlah raka'at dan tidak konsentrasi. Bahkan setelah shalat langsung buka hape, atau pergi tanpa berdzikir padahal tidak ada keperluan mendesak.

3. Membisikkan Syahwat

  • Syahwat dunia - mementingkan amalan-amalan dunia daripada amalan akhirat
  • Kenikmatan Syahwat - melaksanakan dosa karena merasa nikmat padahal tahu hukumnya.

Tidaklah seorang muslim melakukan kesenangan padahal tahu itu dosa, itulah syahwat. Dia tahu ghibah berdosa, tapi dia selalu melakukannya. Orang berdusta tahu haram, tapi dia lakukan karena nyaman, dan seterusnya.

Seorang muslim yang cerdas, akan memerangi musuh dari dalam dirinya.

4. Keragu-keraguan pada amalan ibadah karena kurangnya ilmu

Seperti saat wudhu, selalu mengulang karena khawatir wudhunya tidak sah. Atau saat shalat dibatalkan karena niatnya kurang mantap. Atau memutar posisi tangan kanan dahulu saat takbiratul ihram dengan alasan mendahulukan yang kanan. Atau was-was baju terkena najis saat kencing dan lainnya. Barangkali ada najis di pakaian, apakah terkena saat duduk dan seterusnya.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Ighotsatul Lahfan berkata coba perhatikan keadaan orang yang was-was dan mentaati bisikan setan, hingga menganggap shalat dan wudhu yang sesuai dengan cara Nabi ﷺ, tetapi tidak sah karena dia berpikir dalam shalat, jangan-jangan wudhunya tidak sah, karena ada najis, tidak mensucikan dan seterusnya. Inilah berlebihan dalam mentaati iblis hingga menjadi ragu.

Maka cara terbaik untuk menghindari semua itu adalah dengan menuntut ilmu syar'i, kembalikan pikiran dan ragu-ragu kepada keyakinan awal.

Kaidah:

اليقين لا يزول بالشك

“Sesuatu yang meyakinkan tidak dapat hilang hanya dengan keraguan“

Kaidah ini merupakan kaidah yang sangat agung di dalam syariat Islam, dan banyak permasalahan fikih yang dilandasi oleh kaidah ini. Kaidah ini meng-cover banyak permasalahan.

Terkadang dalam fikih kita merasa sesuatu secara syar'i suci meskipun secara hissi tidak bersih. Seperti bersuci dengan batu, jilbab panjang yang menyapu jalan, mungkin ada najis, tapi tersapu tanah suci sesudahnya. Dan seterusnya...

Kita merasa tenang karena yakin berdasarkan kaidah tersebut. Sehingga was-was yang timbul akan hilang.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم