Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Masjid Al-Fursan
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
🗓 Bekasi, 4 Muharram 1447 / 30 Juni 2025



Tertipu Dunia

Yang kita bahas dunia dalam topik ini adalah bukanlah yang berkaitan dengan tempat, seperti fisik dunia berupa benda dan tanah atau waktu siang atau malam dan bukan hidup dan kehidupan, tetapi yang dibahas adalah:

  • Materi: seperti harta apapun bentuknya rumah, tanah, emas, kendaraan dan lainnya.
  • Immateri: Seperti pangkat dan jabatan, kekuasaan, status sosial, kesenangan popularitas dan lainya.

Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Jami'ul Ulum wal Hikam menjelaskan yang berkaitan dengan dunia bukanlah yang berkaitan dengan tempat ataupun waktu.

Hinanya dunia dalam pemahaman seperti di atas, dijelaskan Allah ﷻ dan Rasul-Nya.

1. Dunia ini Terlaknat

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa dunia adalah tempat pembuangan. Karena jin (iblis) dan manusia (Adam dan Hawa) yang dahulu ditempatkan di Surga, Kisah ini ditulis dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah: 35.

وَقُلۡنَا يَٰٓـَٔادَمُ ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu Surga ini, dan makanlah makanan makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.” (QS: Al-Baqarah : 35)

Setelah membuat kesalahan, mereka dihukum di dunia dan keluar dari surga. Maka, negeri awal kita adalah surga, dihukum di dunia dan nanti kembali ke surga dengan membawa kunci, yang dijelaskan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Kitab Miftah Daris Sa'adah (Kunci Kebahagiaan Dunia Akhirat) adalah ilmu.

Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

{ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ }

“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan).

Dari satu hadits ini saja, sudah diketahui bahwa dunia ini hina dan terlaknat, kecuali 4 golongan yang disebutkan dalam hadits di atas.

2. Dunia seperti Bangkai

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak memberikan gambaran tentang remehnya dunia di sisi Allâh Azza wa Jalla , antara lain di dalam hadits berikut ini:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ». فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ « أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ». قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ ».

Dari Jabir bin Abdillâh, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati sebuah pasar. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk dari ‘Aliyah (nama tempat, Pen.) dan para sahabat berada di sekelilingnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati bangkai seekor kambing yang kecil telinganya, lantas beliau angkat batang telinga bangkai kambing tersebut seraya berkata: “Siapakah di antara kalian yang mau membeli kambing ini dengan satu dirham?” Para sahabat menjawab: “Kami tidak suka sama sekali, apa yang bisa kami perbuat dari seekor bangkai kambing?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi: “Bagaimana jika kambing itu untuk kalian?” Para sahabat menjawab: “Demi Allâh, apabila kambing itu masih hidup kami tetap tidak mau karena dia telah cacat, yaitu telinganya kecil, bagaimana lagi jika sudah menjadi bangkai!” Rasûlullâh akhirnya bersabda: “Demi Allâh, dunia itu lebih hina di sisi Allâh daripada seekor bangkai kambing ini bagi kalian”. [HR Muslim, no. 2957].

3. Dunia seperti makanan yg dimakan manusia & setelah itu menjadi 'kotoran'

إِنَّ مَطْعَمَ ابْنِ آدَمَ جُعِلَ مَثَلًا لِلدُّنْيَا وَإِنْ قَزَّحَهُ وَمَلَّحَهُ فَانْظُرْ إِلَى مَا يَصِيْرُ

"Sesungguhnya 'Makanan' Anak Adam itu dijadikan perumpamaan bagi Dunia. Meski sudah diberi 'bumbu dan garam', lihatlah menjadi apa makanan tersebut akhirnya" (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban, hadits Ubay bin Ka’ab, Shahihut Targhib wat Tarhiib no. 3243)

Seenak apapun dia mencampurnya, maka tetap jadi kotoran yang tentu kita sangat jijik terhadapnya.

Inilah nasibnya dunia. Kalau kita kejar, kelihatannya awalnya indah, tapi ujung-ujungnya adalah sesuatu yang bahkan kita tidak mau mendekatinya apalagi menyentuhnya.

Jika seseorang memikirkan tentang kesudahan dari makanan yang dianggapnya tadi sangat-sangat menggugah seleranya, maka tentu dia akan meninggikan dirinya daripada menjadikan dirinya sebagai budak makanan, dimana dia sampai terbayang-bayang dan selalu mengganggu pikirannya. Ini tentu akan menjadikan dirinya sebagai budak dari makanan ini yang ternyata akhirnya adalah sesuatu yang paling busuk, menjijikan, dan buruk.

Maka jika seseorang beramal untuk tujuan dunia, seperti tahajud agar mudah rezeki, banyak shalawat untuk memperoleh mobil, dst adalah bukti rusaknya atau kurangnya tauhid.

Seperti seseorang yang mempunyai sendok emas, tetapi digunakan untuk menciduk kotoran. Na'udzubillahmindalik.

4. Dunia Tidak Lebih Berharga daripada Seekor Nyamuk

Dunia seisinya telah digambarkan oleh Nabi shallallahu’alaihiwasallam dalam sabdanya,

“لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ؛ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ”.

“Andaikan dunia di sisi Allah seharga sayap seekor nyamuk; niscaya Allah tidak akan memberikan seteguk air pun untuk orang kafir”. HR. Tirmidzy dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu’anhu dan isnadnya dinyatakan sahih oleh al-Hakim.

Sayap seekor nyamuk, siapa yang mau? Diberi gratispun kita tidak mau. Namun anehnya tidak sedikit di antara manusia yang mati-matian berebut sayap nyamuk tersebut, bahkan sampai mempertaruhkan surga mereka sekalipun!

Maka, jangan heran Allah ﷻ memberi kenikmatan dunia meskipun kepada orang kafir. Mereka diberi kekuasaan, pangkat, kekayaan dan lainnya dan ini bukan kemuliaan, karena dunia tidak ada artinya dibanding akhirat.

Allah ﷻ berfirman :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. (Al-Hujurat ayat 13).

Maka, orang yang paling mulia adalah orang yang bertakwa, yang aktifitas amalannya dilandasi dengan iman dan iman timbul karena adanya ilmu. Maka, ilmu akan melahirkan iman, iman melahirkan amal, iman dan amal melahirkan ketakwaan, itulah kemuliaan!

Allah ﷻ Mengangkat Derajat Orang yang Berilmu, bukan dengan Dunia

Sahabat Abu Dar’da radhiallahu anhu berkata,

لا تكون عالماً حتى تكون متعالماً ، ولا تكون بالعلم عالماً حتى تتكون به عاملاً

“Tidaklah seorang berlimu sampai ia belajar (sebelumnya), tidaklah seorang berilmu terhadap suatu ilmu sampai ia mengamalkannya.” (Awa’iqut Thalab hal. 5)

Dalam surat Al Mujadilah ayat 11.  Allah Ta’ala berfirman :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).

وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat (meninggikan) dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan merendahkan kaum yang lain dengannya juga.” [HR. Muslim, no. 817]

Maka, kemuliaan orang bukan karena dunia yang dimilikinya, tetapi karena ilmu.

5. Dunia Super Singkat Dibandingkan Akhirat

Kita hidup di dunia, tidak lama. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda:

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).

Fase alam kubur saja kita tidak tahu berapa lama manusia akan dibangkitkan, apalagi dibandingkan fase akhirat. 

Dunia ini sangat singkat, jika dibandingkan dengan kehidupan satu hari di akhirat yang menyamai 1000 tahun di bumi.

Allah berfirman,

ﻭَﺇِﻥَّ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺑِّﻚَ ﻛَﺄَﻟْﻒِ ﺳَﻨَﺔٍ ﻣِﻤَّﺎ ﺗَﻌُﺪُّﻭﻥَ

“Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47).

Maka, “Dunia adalah ladang akhirat” di sinilah kita menanam kebaikan untuk memanen di akhirat kelak.

Doa Agar Musibah Tidak Menimpa Agama Dan Agar Dunia Bukan Sebagai Tujuan

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِن الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا، اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُوَّاتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

ᴀʟʟᴀʜᴜᴍᴍᴀ-Qꜱɪᴍ ʟᴀɴᴀ ᴍɪɴ ᴋʜᴀꜱʜʏᴀᴛɪᴋᴀ ᴍᴀ ᴛᴀʜᴜʟᴜ ʙɪʜɪ ʙᴀɪɴᴀɴᴀ ᴡᴀ ʙᴀɪɴᴀ ᴍᴀ’ᴀꜱɪᴋᴀ, ᴡᴀ ᴍɪɴ ᴛᴀ’ᴀᴛɪᴋᴀ ᴍᴀ ᴛᴜʙᴀʟʟɪɢʜᴜɴᴀ ʙɪʜɪ ᴊᴀɴɴᴀᴛᴀᴋᴀ, ᴡᴀ ᴍɪɴᴀʟ-ʏᴀQɪɴɪ ᴍᴀ ᴛᴜʜᴀᴡᴡɪɴᴜ ‘ᴀʟᴀɪɴᴀ ʙɪʜɪ ᴍᴀꜱᴀ-‘ɪʙᴀᴅ-ᴅᴜɴʏᴀ. ᴀʟʟᴀʜᴜᴍᴍᴀ ᴍᴀᴛᴛɪ’ɴᴀ ʙɪᴀꜱᴍᴀ’ɪɴᴀ, ᴡᴀ ᴀʙꜱᴀʀɪɴᴀ, ᴡᴀ Qᴜᴡᴡᴀᴛɪɴᴀ ᴍᴀ ᴀʜʏᴀɪᴛᴀɴᴀ, ᴡᴀᴊ’ᴀʟʜᴜʟ-ᴡᴀʀɪᴛʜᴀ ᴍɪɴɴᴀ, ᴡᴀᴊ’ᴀʟ ᴛʜᴀʀᴀɴᴀ ‘ᴀʟᴀ ᴍᴀɴ ᴢᴀʟᴀᴍᴀɴᴀ, ᴡᴀɴꜱᴜʀɴᴀ ‘ᴀʟᴀ ᴍᴀɴ ‘ᴀᴅᴀɴᴀ, ᴡᴀ ʟᴀ ᴛᴀᴊ’ᴀʟ ᴍᴜꜱɪʙᴀᴛᴀɴᴀ ꜰɪ ᴅɪɴɪɴᴀ, ᴡᴀ ʟᴀ ᴛᴀᴊ’ᴀʟɪᴅ-ᴅᴜɴʏᴀ ᴀᴋʙᴀʀᴀ ʜᴀᴍᴍɪɴᴀ, ᴡᴀ ʟᴀ ᴍᴀʙʟᴀɢʜᴀ ‘ɪʟᴍɪɴᴀ, ᴡᴀ ʟᴀ ᴛᴜꜱᴀʟʟɪᴛ ‘ᴀʟᴀɪɴᴀ ᴍᴀɴ-ʟᴀ ʏᴀʀʜᴀᴍᴜɴᴀ

“Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi antara kami dan perbuatan-perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan (anugerahkanlah pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini. Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami berkuasa atas kami.” HR. Tirmidzi no.3502, HR, An-Nasa’I no. 6/106.

Maka, mengejar dunia berarti mengejar kotoran, mengejar bangkai dan mengejar sesuatu yang dilaknat.

Syaikh shaleh Fauzan menjelaskan fitnah dunia:

  1. Fitnah ketika mencari dunia
  2. Fitnah setelah Dunia Dimiliki
  3. Fitnah ketika menggunakan dunia

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم