AL QUR’AN terdiri atas 600 halaman. Jika dibagi dalam 30 hari, menjadi 20 halaman. Sepertinya susah harus baca 20 halaman per hati. Tapi coba rutinkan setiap setelah selesai shalat fardhu. Jadi 20 dibagi 5, cukup 4 halaman saja setelah shalat. Dengan begini, kita akan khatam di bulan Ramadhan. Jangan hanya Ramadhan saja. Setelah Ramadhan pun yuk biasakan khatamkan 1 bulan sekali.
Dan tidakkah kita mencontoh Para Ulama Salafusshalih atas perhatian mereka terhadap Al Qur’an:
Telah banyak disebutkan di dalam website – website sunnah, waktu – waktu yang mustajabah dalam berdoa. Namun di sini kami hadirkan suatu waktu yang kebanyakan manusia tidak mengerti jika dalam waktu tersebut, Allah ta’ala amat mendengarkan dan mengijabah doa yang dipanjatkan makhluk kepada-Nya.
Ini adalah waktu berdoa’ yang banyak tidak diketahuai manusia, yakni hari rabu antara Dzuhur dan Ashar. Dari Jabir bin Abdillah :
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه».
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
Bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam di masjid Al Fath 3x ,hari senin, selasa dan rabu.Dan dikabulkan doa beliau di hari rabu antara dua sholat (duzhur dan ashar),ini diketahu dari kegembiraan di wajah beliau.Berkata Jabir :Tidaklah suutu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya.
Mencermati perjalanan kata “cinta” di tengah manusia adalah suatu hal yang mengherankan bagi penuntut kehidupan kekal abadi, pengelana ke negeri akhirat. Dalam kehidupan ini, banyak insan rela untuk berkorban bagi siapa yang dia cintai, tidak peduli dengan rintangan yang harus dihadapi guna membuat yang dia cintai tenang dan bahagia. Betapa dia memberikan perhatian kepada kecintaannya dan berusaha untuk memenuhi segala kebutuhannya. Terasa hatinya gundah-gulana tatkala yang dicintainya dirundung duka dan kesedihan. Atau amatlah besar kepedihan hati dan kesengsaraan tatkala dia mendapatkan dari yang dia cintai ada yang selain dari apa yang dia harapkan.
Memang merupakan tabiat manusia untuk mencintai siapa yang berbuat baik kepadanya, atau paling tidak membalas budi kepadanya, dan ini adalah dasar pokok tumbuhnya cinta pada sebagian manusia kepada sebahagian lainnya. Namun, bukankah segala nikmat dan kebaikan yang dia dapatkan dari orang yang dicintainya adalah berasal dari Allah?
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kalian ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah kalian meminta pertolongan.” [An-Nahl: 53]
Adakah suatu nikmat yang dia berikan kepada orang yang dia cintai tidak berasal dari Allah ‘Azza wa Jalla, sedang dia mengetahui bahwa hanya milik Allah-lah segala yang di langit dan di bumi?
Inilah letak keheranan sekaligus renungan pelajaran dalam samudra kehidupan yang penuh dengan cobaan dan godaan ini.