Kategori Akhlak

Cara bergaul seorang hamba terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para manusia lainnya.
Kajian Islam

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

Kajian Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#1 | Oleh: Sulthan Bin Abdullah Al-‘Umary Hafidzahullah
Download Kitab: s-alamri.com

🎙| Bersama: Al Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
🗓 | Hari/Tanggal: Rabu, 19 Shafar 1447 / 13 Agustus 2025
🕰 | Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 | Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta



#1 Akhlak Muslim kepada Allah ﷻ

الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدَ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

Mukadimah

Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu. Semoga Allah Ta’ala menjadikannya sebagai pemberat timbangan kebaikan di akhirat kelak dan menjadikan ilmu kita ilmu yang bermanfaat.

Islam adalah agama akhlak dan masuk padanya dalam semua lini ibadah bahkan dalam aqidah.

  • Hubungan akhlak dengan aqidah (keimanan):

Beliau Nabi ﷺ bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud)

Nabi ﷺ bersabda:

وَاللَّه لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ

“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” [HR. Bukhari]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 6018, 6019, 6136, 6475 dan Muslim, no. 47]

  • Hubungan akhlak dengan shalat:

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).

Muslim meriwayatkan,

وَالصَّلَاةُ نُورٌ (صحيح مسلم (1/ 203)

“Salat adalah cahaya”

Jika ada yang sampai berbuat kemungkaran, maka shalat pun bisa mencegahnya dari perbuatan tersebut.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِّي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ فُلاَنًا يُصَلِّيْ بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرِقَ؟ فَقَالَ: “إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُوْلُ

“Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, “Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari namun di pagi hari ia mencuri. Bagaimana seperti itu?” Beliau lantas berkata, “Shalat tersebut akan mencegah apa yang ia lakukan.” (HR. Ahmad 2: 447, sanadnya shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Nah berarti shalat yang baik adalah shalat yang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

  • Hubungan akhlak dengan puasa:

Larangan berbohong saat berpuasa telah disebutkan dalam hadits berikut ini,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

  • Hubungan Akhlak dengan Zakat:

Akhlak membersihkan diri seseorang dari sifat bakhil. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A'la ayat 14:

قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ تَزَكّٰىۙ

Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak manusia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207), Ahmad (II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ].

Akhlak Muslim kepada Allah ﷻ

1. Menyembah-Nya semata dan tidak memalingkan kepada selain-Nya.

Allah ﷻ berfirman:

وَمَا أُمِرُوَا إِلَّا لِيَعْبُدُواْ اللهُ مُخلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah, dengan niat tulus ikhlas kepada-Nya. (QS. Al-Bayinah: 5).

وَمَا خَلَفْتُ الْحِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Dia juga berfirman: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku. (QS. Ad-Dzariyat: 56).

Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma berkata Menyembah-Ku maksudnya mengesakanKU sedangkan ikhlas maknanya engkau maksudkan dengan amalmu hanya mencari ridha Allah ﷻ dan meraih pahala akhirat.

Penghalang keikhlasan adalah :

1. Cinta Harta

Karena sifat manusia adalah cinta harta, maka kebanyakan manusia mementingkan harta dan dunia daripada keikhlasan. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Hud Ayat 15:

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

2. Cinta pujian.

Agar kita terhindar dari riya’, yaitu usahakan kita menyembunyikan amal shalih kita. Dan ini adalah wasiat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

مَنْ اِسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُونَ لَهُ خَبِيءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barangsiapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyi, maka lakukanlah.” (Lihat Ash-Shahihah 2313)

Abdullah bin Mubarak Rahimahullah dikisahkan selalu menggunakan penutup kepala disaat berperang jihad agar orang tidak mengenalnya.

Demikian juga kisah sedekah diam-diam yang dilakukan ulama salaf. Di antara contoh yang menakjubkan adalah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, yaitu yang dikenal dengan Zainal Abidin. Ali bin Husain setiap hari memikul sekarung roti atau gandum untuk disedekahkan kepada fakir miskin. Ketika dia meninggal dunia, maka orang-orang miskin tersebut kehilangan sedekah yang biasa mereka dapat di pagi hari. Ketika dia dimandikan, ternyata di pundaknya Ali bin Husein ada bekas hitam. Ternyata inilah orang yang memikul gandum untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin.

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antaranya dua yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan, Nabi berkata:

رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ

“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya kemudian dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya)

Begitu gamblang Nabi jelaskan, sampai-sampai Nabi mengatakan: “Tangan kiri tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanan.” Padahal kita tahu tangan kiri selalu bersama tangan kanan.

2. Menjauhi kemusyrikan, sarananya, dan segala hal yang mengarah kepadanya.

Terutama hal-hal yang berkaitan dengan ibadah di kuburan. Hingga Rasulullah ﷺ mewanti-wanti jangan menjadikan kuburan beliau sebagai kuburan.

Dari Abu Huroiroh rodiyallahu ‘anhu bahwa Rasul sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لعن الله اليهود والنصارى، اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد

“Allah melaknat kaum yahudi dan nashrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah)”. (H.R Muslim).

Nabi pernah berdoa agar kuburannya tidak dijadikan berhala yang disembah, Nabi mengatakan,

اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا

”Ya Allah! Janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala (yang disembah).” ([HR. Ahmad no. 7358])

Doa Nabi ini dikabulkan oleh Allah sehingga kuburannya benar-benar terlindungi dengan tiga tembok agar tidak dapat diakses oleh orang-orang yang berniat menyembah dan mengagungkannya.

Maka, hal yang disuruh ke kuburan adalah mengingat kematian. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

زوروا القبور فإنها تذكركم الموت

“Berziarahlah kalian ke kuburan, karena ziarah kubur mengingatkan kalian akan kematian” (HR. An Nasai dan lainnya)

Sebagian nenek moyang kita telah berada ratusan, bahkan ribuan tahun berada di alam barzakh menantikan datangnya hari kiamat. Sedangkan hidup ini hanya sebentar, sekitar enam puluh atau tujuh puluh tahun, dan betapa banyak orang yang meninggal sebelum usia enam puluh tahun. Seorang penyair pernah berkata,

تَزَوَّدْ مِنَ التُّقَوى فَإنَّكَ لَا تَدْرِي *** إذَا جَنَّ لَيلٌ هَلْ تَعِيْشُ إِلَى الفَجْرِ

Berbekallah dengan takwa, karena sesungguhnya engkau tidak tahu jika telah tiba malam hari, apakah engkau masih hidup hingga pagi hari

وَكَمْ مِنْ صَحِيحٍ مَاتَ مِنْ غَيرِ عِلَّةٍ *** وكَمْ مِنْ سَقِيمٍ عَاشَ حِيناً مِنَ الدَّهْرِ

Betapa banyak orang sehat meninggal tanpa didhaului sakit. Betapa banyak orang sakit yang disangkan akan meninggal akan tetapi masih hidup

Maka, beramalah sebelum datang kematian. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Munafiqun Ayat 10:

وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

3. Setia kepada orang-orang yang beriman dan memusuhi orang-orang kafir sesuai dengan syariat.

Al-wala' wal-bara' (الولاء والبراء) adalah sebuah konsep dalam Islam yang berarti "loyalitas dan pembebasan diri" atau "cinta dan benci karena Allah". Konsep ini mengajarkan tentang kesetiaan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada sesama muslim, dan pembebasan diri dari segala bentuk kekufuran, kesyirikan, dan kemaksiatan.

Dalam praktiknya, al-wala' wal-bara' tidak berarti sikap ekstrem atau fanatik, tetapi lebih kepada sikap yang proporsional dan berdasarkan tuntunan syariat. Seorang muslim tetap dianjurkan untuk berinteraksi dengan baik kepada non-muslim dalam hal muamalah, namun tetap menjaga prinsip-prinsip akidah dan tidak mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan. Seperti menjenguk jika sakit, mengantar ke rumah sakit dan lainya.

4. Bertakwa kepada Allah ﷻ setiap saat, merasa diawasi Allah ﷻ dan yakin bahwa Dia bersama kita melalui ilmu-Nya. Allah ﷻ berfirman:

﴿وَهُوَ مَعَكُوْ أَيْنَ مَاكُنُتُمْ﴾

Dan Dia besertamu di mana pun kamu berada. [Surat Al-Hadid: 4].

Dzat Allah ﷻ di atas Arsy tetapi ilmuNya meliputi seluruh makhluk. Allah ﷻ meskipun semut hitam, di atas batu hitam di malam yang kelam, Allah ﷻ pasti mengetahuinya. Allah ﷻ tidak terikat dengan ruang dan waktu. Di atas ketinggian Arsy-Nya. Ada 7 ayat yang menjelaskan hal ini di dalam Al-Qur’an (secara tersirat).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

  • Media
    Sarana belajar Agama Islam melalui video dan audio kajian dari Asatidz Indonesia yang bermanhaj salaf...
    Ebook
    Bahan bacaan penambah wawasan berupa artikel online maupun e-book yang bisa diunduh. Ebook Islami sebagai bahan referensi dalam beberapa topik yang insyaAllah bermanfaat.
  • image
    Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
    image
    ‘Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu ‘anhumâ berkata,“Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]

Share Some Ideas

Punya artikel menarik untuk dipublikasikan? atau ada ide yang perlu diungkapkan?
Kirim di Sini