ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Kajian Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#4 | Oleh: Sulthan Bin Abdullah Al-‘Umary Hafidzahullah
Download Kitab: s-alamri.com
🎙| Bersama: Al Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
🗓 | Hari/Tanggal: Rabu, 11 Rabi'ul Awal 1447 / 3 September 2025
🕰 | Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 | Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta
#4 Akhlak Muslim kepada Allah ﷻ
Daftar Isi:
- #4 Akhlak Muslim kepada Allah ﷻ
Telah berlalu pembahasan mengenai 15 poin akhlak seorang muslim kepada Allah ﷻ: https://shorturl.at/DcVyA
Selanjutnya:
Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat kesempatan menuntut ilmu, karena ini adalah ghanimah yang tidak diberikan kepada semua orang.
Ilmu adalah sumber kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan beberapa nikmat dan karunia-Nya atas Rasul-Nya (Nabi Mu-hammad) shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan menjadikan nikmat yang paling agung adalah diberikannya Al-Kitab dan Al-Hikmah, dan Allah mengajarkan beliau apa yang belum diketahuinya. Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.”[HR Bukhari Muslim]
Maka, orang yang tidak diberi nikmat ilmu dan jahil Maka akan ada tiga kehinaan: Di dunia, di alam barzakh saat ditanya malaikat akan menjawab laa adrii (aku tidak tahu) karena bodoh, kemudian di akhirat akan di adzab dan mendapat kehinaan.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A'raf ayat 179:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Itulah bahayanya kejahilan, maka kejahilan dimasukkan ke dalam dosa besar oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah dalam kitabnya Al-Kabair.
16. Menghindari keringanan dalam hal dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa tersebut merupakan awal dari dosa-dosa besar.
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: «إنكم لتعملون أعمالا هي أَدَقُّ في أعينكم من الشَّعْرِ، كنا نَعُدُّهَا على عهد رسول الله - صلى الله عليه وسلم - من المُوبِقَاتِ». [ صحيح وهو موقوف هلى أنس بن مالك] - [رواه البخاري]
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Sesungguhnya kalian benar-benar mengerjakan perbuatan-perbuatan yang lebih lembut dari rambut dalam pandangan kalian, sedangkan kami menganggap itu bagian dari dosa-dosa besar pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." - [Hadis Shahih Diriwayatkan oleh Bukhari]
Jika hal ini ditujukan kepada para Tabi'in yang berbudi luhur, bagaimana jadinya jika beliau melihat keadaan kita saat ini?
📃 Penjelasan:
Para salaf memandang dosa dengan melihat siapa yang dimaksiati. Maka baik besar maupun kecil, mereka akan merasa bermaksiat kepada Allah ﷻ. Dan sifat dosa-dosa kecil akan menjadi besar jika dilakukan terus menerus.
Kita mudah melakukan dosa-dosa kecil karena meremehkan kemudian akan mengulang-ulang.
Abdullah bin Al-Mubarak juga berkata dalam syairnya:
“Aku melihat dosa itu mematikan hati,
dan terus-menerus bermaksiat hanya menambah kehinaan.
Meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati,
dan melawan dosa adalah yang terbaik bagi dirimu.
“Apakah yang merusak agama selain para penguasa,
ulama buruk, dan para rahibnya?”
(Lihat Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 92)
قَالَ حُذَيْفَةُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]
Hudzaifah berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Fitnah (dosa) akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]
Yaitu kehinaan di dunia dan di akhirat. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim Ayat 48:
يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ ۖ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ. وَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُّقَرَّنِينَ فِى ٱلْأَصْفَادِ. سَرَابِيلُهُم مِّن قَطِرَانٍ وَتَغْشَىٰ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ. لِيَجْزِىَ ٱللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka, Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya.
Dalam surat As-Sajdah Ayat 11-12:
قُلْ يَتَوَفَّىٰكُم مَّلَكُ ٱلْمَوْتِ ٱلَّذِى وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ. وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلْمُجْرِمُونَ نَاكِسُوا۟ رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَآ أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَٱرْجِعْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan". Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin".
Dalam Surat Ibrahim Ayat 44:
وَأَنذِرِ ٱلنَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ ٱلْعَذَابُ فَيَقُولُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ رَبَّنَآ أَخِّرْنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ ٱلرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوٓا۟ أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍ
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?
Dalam Surat Al-Fajr Ayat 23-24:
وَجِا۟ىٓءَ يَوْمَئِذٍۭ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ ٱلْإِنسَٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكْرَىٰ. يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى قَدَّمْتُ لِحَيَاتِى
Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini".
Ayat-ayat di atas sebagai peringatan kepada kita, bahwa para pendosa di akhirat akan menyesal dan semua penyesalan itu tidak berguna.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya orang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti ketika duduk di bawah gunung, dia takut kalau gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun orang yang fajir melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat (terbang) di depan hidungnya.” (HR. Bukhari no. 6308)
Demikianlah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka adalah orang-orang yang paling menjauh dari perbuatan dosa, sekecil atau sebesar apa pun perbuatan dosa tersebut.
17. Membenci perbuatan tercela dan bid'ah, karena Allah membencinya.
📃 Penjelasan:
Hendaklah kita membenci perbuatan jelek dan bid'ah.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]
Jika Kita melakukan bid'ah maka hakekatnya kita membunuh satu Sunnah, karena bid'ah adalah musuhnya Sunnah. Syirik musuhnya Tauhid dan keburukan lawannya kebaikan.
Pelaku bid’ah adalah orang yang dilaknat menurut syari’at
Dalilnya ialah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi,
مَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (متفق عليه)
“Barangsiapa berbuat bid’ah di dalamnya (Madinah), atau melindungi pelaku bid’ah, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya” (Muttafaq ‘Alaih).
Setiap bidah adalah kemaksiatan. Namun, belum tentu maksiat itu bidah. Seorang pezina atau pemabuk tidaklah disebut dengan ahlul bid’ah atau mubtadi’. Dengan kata lain, bidah itu lebih khusus daripada maksiat.
Perkataan seorang tabiin bernama Sufyan ats Tsauri:
قال وسمعت يحيى بن يمان يقول سمعت سفيان يقول : البدعة أحب إلى إبليس من المعصية المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
Ali bin Ja’d mengatakan bahwa dia mendengar Yahya bin Yaman berkata bahwa dia mendengar Sufyan (ats Tsauri) berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22).
Pelaku Bid'ah adalah orang yang paling merugi
Dan ada orang yang paling merugi lagi, yaitu orang yang tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari amalannya namun ia tidak menyadarinya. Allah ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi: 103-104).
Allah menghalangi taubat pelaku bid’ah
Allah menghalangi taubat pelaku bid’ah dari kebid’ahannya, kecuali orang yang Allah berikan rahmat kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54).
18. Tidak memikirkan Tuhan sendiri, melainkan memikirkan ciptaan-Nya.
Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda :
تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في الله
"Pikirkanlah ciptaan Allah, bukan Allah." Shahih al-Jami' (2976).
📃 Penjelasan:
Ini adalah sesuatu yang menjerumuskan dan merupakan jalan setan untuk menggoda manusia.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Qaf Ayat 6:
أَفَلَمْ يَنظُرُوٓا۟ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٍ
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?
Apakah mereka itu lalai saat mereka mendustakan kebangkitan, lalu mereka tidak melihat kepada langit diatas mereka, bagaimana Kami membangunnya dengan pilar-pilarnya yang seimbang dan tegak kokoh, dan Kami menghiasinya dengan bintang-bintang yang tidak retak dan pecah, serta bebas dari ketidakserasian dan cacat?
Dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191:
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ. ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Sama halnya tatkala Nabi ﷺ ditanya tentang ruh, beliau tidak mampu menjawabnya. Karena itu urusan ghaib.
Dalam Surat Al-Isra Ayat 85:
وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Maka, Kita hanya mengimani dan tidak perlu memikirkannya.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
#1 Akhlak Seorang Muslim terhadap Rasul ﷺ
1. Mendahulukan kecintaan kepadanya di atas segalanya, dengan mentaatinya.
Allah ﷻ berfirman:
وَأَطِيعُواْ اللَهَ وَاَطِيعُواْ اُلرَّسُولَ
"Dan taatilah Allah dan taatilah Rasul" [Surat Al-Maidah: 92].
Dalam hadits:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبَّ إليه من ولَدِه ووالدِهِ والنّاس أجمعين. أخرجه البخاري.
"Tidaklah sempurna iman di antara kalian hingga aku lebih dicintai daripada anaknya, ayahnya, dan seluruh manusia." (HR. Al-Bukhari).
📃 Penjelasan:
Untuk mencintai Rasulullah, kita harus mengikuti ajarannya dengan mengamalkan sunnah, meneladani akhlaknya, serta patuh pada perintah dan larangannya.
Hal ini juga berarti lebih mengutamakan ajaran syariat Rasul daripada hawa nafsu, membenci sesuatu karena Allah, serta memperbanyak bacaan shalawat dan tidak membuat ibadah yang tidak diajarkan olehnya (bid'ah).
Jangan mencintai Rasulullah secara ekstrim, hingga seperti mempunyai sifat rububiyah dan uluhiyah Allah ﷻ. Karena Nabi ﷺ adalah manusia biasa, beliau mengetahui sesuatu karena berdasarkan wahyu yang beliau terima. Buktinya, saat Aisyah Radhiyallahu’anha yang kehilangan kalung hingga terjadi fitnah besar, Rasul tidak mengetahuinya dimana kalung itu jatuh, ini membuktikan bahwa beliau adalah seorang manusia biasa.
Bagaimana cara kita mencintai Rasulullahﷺ ? Kita perlu mengetahui cara yang benar dalam mencintai Rasulullah ﷺ karena saat ini banyak yang mencintai Rasulullah ﷺ dengan cara yang tidak tepat.
1. Melaksanakan apa yang beliau perintahkan
2. Menjauhi apa yang beliau larang
3. Beribadah kepada Allah ﷻ sesuai contoh beliau
4. Membenarkan apa yang beliau bawa.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 59:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Pada ayat di atas, pada kata أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولِ Kedua-duanya menggunakan fi'il, sedang pada ٱلْأَمْرُ menggunakan Wawu 'Athof (وَ) yang bermakna Taat kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya adalah mutlak, tetapi ketaatan kepada Ulil amri dibawah bingkai Ketaatan kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya,
Maka, yang dimaksud dengan ketaatan kepada perintah dan larangan mereka adalah dalam apa yang bukan kemaksiatan sebagaimana telah datang hadist dari Rasulullah (tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah).
2. Memperbanyak shalawat kepadanya di setiap waktu, terutama pada malam dan siang hari Jum'at.
Bacaan shalawat adalah doa pujian, pujian, dan permohonan untuk Nabi ﷺ beserta keluarganya, yang dianjurkan untuk dibaca sebagai bentuk penghormatan dan untuk mengharapkan syafa’at beliau.
Shalawat kepada Nabi merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung. Tetapi banyak sekali penyimpangan dan bid’ah yang dilakukan banyak orang seputar shalawat Nabi.
Contoh bacaan shalawat adalah Shalawat Ibrahimiyah (Allahumma shalli 'ala muhammad, wa 'alaa aali muhammad...), yang juga merupakan bacaan tasyahud saat sholat.
Salafush Shalih, termasuk para ahli hadits, telah biasa menyebut shalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebut (nama) beliau, dengan dua bentuk yang ringkas, yaitu:
صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
(shalallahu ‘alaihi wa sallam) dan
عَلَيْهِ الصّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
(‘alaihish shalaatu was salaam).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
Barangsiapa memohonkan shalawat atasku sekali, Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. [HR Muslim, no. 408, dari Abu Hurairah].
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم