Kategori Akhlak

Cara bergaul seorang hamba terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para manusia lainnya.
Kajian Islam

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

Kajian Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#5 | Oleh: Sulthan Bin Abdullah Al-‘Umary Hafidzahullah
Download Kitab: s-alamri.com

🎙| Bersama: Al Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
🗓 | Hari/Tanggal: Rabu, 17 Rabi'ul Awal 1447 / 10 September 2025
🕰 | Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 | Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta


 


#2 Akhlak Seorang Muslim terhadap Rasul ﷺ

Daftar Isi:

Telah berlalu pembahasan mengenai 2 poin akhlak seorang muslim kepada Rasulullah ﷺ : https://shorturl.at/FSsfD

  1. Mendahulukan kecintaan kepadanya di atas segalanya, dengan mentaatinya.
  2. Memperbanyak shalawat kepadanya di setiap waktu, terutama pada malam dan siang hari Jum'at.

Selanjutnya:

3. Shalawat kepadanya ditekankan ketika namanya disebut.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

اَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Orang pelit itu adalah orang yang ketika disebut namaku ia enggan bershalawat” (HR. At Tirmidzi no.3546, ia berkata: “Hasan Shahih Gharib”).

📃 Penjelasan:

Hadits di atas menjelaskan bahwa Orang yang disebut pelit (bakhil) adalah orang yang ketika namanya disebut atau disebutkan di hadapannya, namun ia tidak mau membaca shalawat kepadanya.

Mengucapkan shalawat saat nama Nabi disebut adalah sebuah bentuk pengagungan dan penghormatan kepada beliau, yang merupakan penyelamat manusia dari kejelekan dunia dan akhirat.

Imam at-Timidzi didalam Sunannya meriwayatkan dari haditsnya Ubai bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, ia menceritakan: ‘Aku pernah bertanya kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Ya Rasulallah, saya senang memperbanyak shalawat kepadamu, berapa seharusnya aku bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: ‘Sesuka hatimu’. Bagaimana kalau seperempat, tanyaku lagi. Beliau berkata: ‘Kalau kamu suka, tapi kalau engkau tambah tentu itu lebih baik bagimu’. Aku tanya kembali: ‘Setengah? Kalau kamu senang, namun, jika engkau tambah itu lebih baik bagimu. Jawab beliau. Aku katakan kembali: ‘Bagiamana kalau seperdua? Jika kamu mau, tapi bila engkau tambah tentu itu lebih baik bagimu. Kata beliau kembali. Kemudian aku katakan kepada beliau: ‘Saya akan jadikan untukmu seluruh shawalatku’. Beliau mengatakan: ‘Jika benar, keinginanmu itu sudah cukup, dan dengan sebab itu engkau akan diampuni dosa-dosamu’. 

  • [HR at-Tirmidzi no: 2457. beliau mengatakan: Hadits Hasan Shahih].

Banyak shalawat bid'ah yang beredar di masyarakat, bahkan menjurus kepada kesyirikan.

Terdapat larangan berlebih-lebihan dalam memujinya, beliau telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau:

لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’”

  • HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu.

4. Mendahulukan perkataan dan sunnahnya di atas pendapat orang lain.

📃 Penjelasan:

Mendahulukan perkataan dan Sunnah Nabi ﷺ di atas pendapat orang lain merupakan prinsip dasar dalam Islam, sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur'an dan hadits. Hal ini ditegaskan bahwa setiap Muslim wajib mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya, serta tidak boleh menjadikan pendapat manusia atau tokoh tertentu lebih tinggi dari hukum syariat yang jelas. Jika ada perkataan tokoh agama yang bertentangan dengan Sunnah Nabi, maka Sunnah Nabi yang harus diamalkan dan diikuti.

Perkataan Imam Syafi'i: "Jika telah sah suatu hadits (Sunnah Nabi) yang bertentangan dengan perkataanku, maka amalkanlah hadits tersebut dan tinggalkan perkataanku".

Mendahulukan pendapat manusia di atas Sunnah berarti terjatuh dalam tindakan yang menyelisihi Allah dan Rasul-Nya.

Hal ini juga dapat mengarah pada tindakan bid'ah, yaitu membuat syariat baru yang tidak diizinkan oleh Allah ﷻ.

Umat Islam hendaknya beramal yang dibangun di atas ilmu syari'at, maka setiap anak Adam akan diminta pertanggungan jawabannya.

Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 179:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

5. Memeriksa keautentikan hadits-hadits yang dikaitkan dengannya.

Dalam hadis:

مَنْ يَقُلْ عليَّ ما لَمْ أقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

"Barangsiapa yang mengabarkan kepadaku apa yang tidak aku katakan, maka hendaklah ia menempati tempatnya di neraka." (HR. al-Bukhari).

📃 Penjelasan:

Berdusta atas Nabi ﷺ merupakan bentuk berdusta atas nama Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Oleh karena itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ

Sesungguhnya berdusta atasku tidak seperti berdusta atas orang yang lain.

Berdusta atas nama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sama dengan berdusta dalam syari’at dan dampaknya menimpa seluruh umat. Oleh karena itu, dosanya lebih besar dan hukumannya lebih berat.

6. Beramallah sesuai sunnahnya semampunya.

Allah ﷻ berfirman:

فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ

"Maka bertakwalah kepada Allah semampumu" (QS. al-Taghabun: 16).

Hal ini dapat dicapai dengan mengamalkan apa yang diriwayatkan beliau dalam bab-bab tentang ibadah, akhlak, dan topik lainnya.

📃 Penjelasan:

Berarti mengerjakan perintah agama dan kebaikan sesuai dengan contoh (sunnah) Nabi Muhammad ﷺ, tetapi dengan batasan kemampuan diri sendiri, tidak berlebihan atau memaksakan diri hingga menyiksa diri, melainkan berusaha maksimal dalam kapasitas yang dimiliki.

Prinsip ini mengacu pada Hadis ke-9 dari Arbain Nawawi, yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara ibadah dan hak-hak pribadi, serta keadilan Allah dalam memberi perintah yang sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.

Hal penting yang ditekankan adalah ketinggian akhlak yang baik. Berlemah lembutlah. Sehingga tidak heran bila salah satu ajaran yang beliau bawa juga berkaitan tentang sifat mulia ini. disebutkan dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ » [أخرجه البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap urusan“. [HR Bukhari no: 6024, Muslim no: 2165].

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟, قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ, قَالَ: ” كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ قَرِيبٍ سَهْلٍ“

Dari Abdillah bin Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata: telah bersabda rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

“Maukah kamu aku tunjukkan orang yang diharamkan neraka baginya?" Para sahabat menjawab: "tentu saja wahai Rasulallah!"

Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab: “(Haram tersentuh api neraka orang yang) Hayyin, Layyin, Qarib, Sahl.” (HR. At-Tirmidzi)

4 Orang Yang Tidak Akan Tersentuh Api Neraka

  1. SAHL (سَهْلٍ): "Orang yang tidak mempersulit sesuatu, selalu ada solusi bagi setiap permasalahan. Tidak suka berbelit-belit, tidak menyusahkan dan tidak membuat orang lain susah
  2. QORIIB (قَرِيبٍ): "Akrab, ramah diajak bicara, menyenagkan bagi orang yang diajak bicara. wajahnya selalu berseri-seri dan murah senyum jika bertemu orang serta selalu menebar salam.
  3. LAYYIN (لَيِّنٍ): "Orang yang lembut dan santun baik bertutur-kata atau bersikap. Tidak kasar, tidak semaunya sendiri, tidak galak, tidak suka memarahi orang yang berbeda pendapat denganya. Tidak suka melakukan pemaksaan. Lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk orang lain.
  4. HAYYININ (هَيِّنٍ): "Orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin. Tidak labil dan gampang marah, penuh pertimbangan. Tidak mudah memaki, melaknat serta teduh jiwanya.

Sunnah Ngobrol-Ngobrol dengan Istri Sebelum Tidur

Berbincang-bincang setelah shalat Isya hukum asalnya adalah makruh, berdasarkan hadits dari Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu,

أنَّ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – كان يكرهُ النَّومَ قَبْلَ العِشَاءِ والحَديثَ بَعْدَهَا

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyukai tidur sebelum shalat ‘Isya’ dan berbincang-bincang setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568 dan Muslim no. 1496)

Terutama bagi suami, hendaknya meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah istrinya, karena tabiat perempuan itu ingin didengarkan. Lihatlah praktek Nabi yang begitu bersabar mendengarkan cerita istrinya, setelah itu baru beliau memberikan komentar yang romantis.

Sunnah adalah teladan Nabi Muhammad ﷺ berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan (persetujuan) yang dapat menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Dibagi menjadi empat:

  1. Sunnah yang wajib: Yaitu kewajiban fardhu bagi setiap muslim, yang jika ditinggalkan berdosa.
  2. Sunnah yang mustahab: Sunah merupakan sebuah hukum yang apabila kita kerjakan maka akan mendapatkan pahala dan jika tidak mengerjakannya tidak berdosa. Seperti Shalat Sunnah dan puasa sunnah.
  3. Sunnah yang makruh: Seperti Puasa wishal
  4. Sunnah yang haram: Seperti beristeri Lebih dari empat.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

  • Media
    Sarana belajar Agama Islam melalui video dan audio kajian dari Asatidz Indonesia yang bermanhaj salaf...
    Ebook
    Bahan bacaan penambah wawasan berupa artikel online maupun e-book yang bisa diunduh. Ebook Islami sebagai bahan referensi dalam beberapa topik yang insyaAllah bermanfaat.
  • image
    Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
    image
    ‘Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu ‘anhumâ berkata,“Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]

Share Some Ideas

Punya artikel menarik untuk dipublikasikan? atau ada ide yang perlu diungkapkan?
Kirim di Sini