بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Majelis Ilmu - Masjid At-Taqwa
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
🗓 Rawamangun, 24 Dzulqa’dah 1446 / 22 Mei 2025
Mengembara ke Alam Akhirat
Alam akhirat dimulai dari tiupan pertama sangkakala yang mematikan seluruh makhluk hidup kecuali yang Allâh kehendaki. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 68:
وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).
Makhluk langit maksudnya malaikat dan bumi adalah manusia, jin dan makhluk lainnya.
Dalam ayat lain Surat An-Naml Ayat 87:
وَيَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ فَفَزِعَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَٰخِرِينَ
Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.
Sangkakala adalah qarn (tanduk) yang besar, tidak ada yang mengetahui besarnya kecuali Penciptanya dan makhluk yang diberitahukan Allah, lalu malaikat Israfil ‘alaihis salam meniupnya. Ia adalah salah satu malaikat yang didekatkan, salah satu malaikat pemikul ‘Arsy. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أُذِنَ لِيْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلَائِكَةِ اللهِ تَعَالَى مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ ، مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيْرَةَ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ
“Telah diizinkan kepadaku untuk memberitahukan tentang salah satu malaikat Allah Ta’ala yang termasuk pemikul ‘Arsy, dimana jarak antara cuping telinganya dengan bahunya sejauh perjalanan 700 tahun.” (HR. Abu Dawud, Thabrani dalam Al Awsath, Nasa’i, Ibnu Syahin dalam Al Fawaa’id, dan Ibnu ‘Asaakir, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 151)
Setelah masuk alam kubur, maka ruh dimasukan lagi dan memperoleh fitnah kubur.
Semua yang bernyawa akan mati, Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ar-Rahman Ayat 26
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dalam surat Al-Qashash ayat 86:
كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُۥ ۚ
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah.
Wajah Allah ﷻ artinya sang pemilik wajah yaitu Allah ﷻ.
Dalam al-Quran, Allah menyebut sangkakala dengan as-Shur [الصُّورُ]. Hadis dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
قَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الصُّورُ؟ قَالَ: قَرْنٌ يُنْفَخُ فِيهِ
Ada orang arab badui bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu as-Shur (sangkakala)?” Beliau menjawab, “Tanduk yang akan ditiup.” (HR. Ahmad 6507, Abu Daud 4744, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Dalam hadis Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَاسْتَمَعَ الْإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ
“Bagaimana aku akan senang hidup di dunia, sementara pemegang sangkakala telah memasukkannya ke mulutnya. Dia memasang pendengaran menunggu diizinkan (meniupnya). Kapanpun dia diperintah meniupnya, dia akan meniupnya.” (HR. Turmudzi 2628, dan dishahihkan al-Albani)
Dalam surat Az-Zumar ayat 68: kecuali siapa yang dikehendaki Allah. maksudnya makhluk di luar langit dan bumi.
Tujuh lapisan langit dan bumi hingga Arsy, digambarkan sebagai berikut:
- Di atas langit pertama adalah air.
- Di atas air ada langit kedua. Dimana jarak air sejauh antara langit dan bumi.
- Di atas langit kedua ada air lagi.
- Di atasnya ada langit ketiga dan ada air lagi hingga langit ketujuh.
- Di atas langit ketujuh ada air juga,
- Di atas air ada Kursi Allah ﷻ yang jauh lebih besar meliputi langit dan bumi.
- Di atas kursi ada air lagi.
- Di atas air ada Arsy-Nya.
- Di atas Arsy tidak ada makhluk.
- Di atas Arsy Allah ﷻ beristiwa dengan cara yang ma’ruf bagi keagungan dan kemuliaanNya yang tidak sama seperti makhluk.
Tidak menempel Arsy, tidak membutuhkan Arsy, maka, dipahami Allah ﷻ tidak membutuhkan makhluk. Jika dipahami Allah ﷻ memerlukan Arsy maka itu pemahaman yang keliru. Seperti awan di atas gunung, bukan berarti awan butuh gunung atau awan lebih kecil daripada gunung, bahkan awan bisa menutupi seluruh wilayah yang ada gunungnya!.
Maka, penolak istiwa Allah ﷻ di atas Arsy untuk menghilangkan pemahaman Allah ﷻ membutuhkan Arsy adalah pemahaman yang keliru.
Berkata Syaikhul Islam dalam Majmu Fatawa, Makhluk-Nya yang tidak binasa adalah:
1. Para syuhada.
2. Bidadari surga
3. Ridwan (Malaikat penjaga surga - pendapat sebagian ulama) termasuk Jibril, Mikail dan Israfil.
4. Malaikat Zabaniyah sebagai penyiksa neraka.
Imam Ahmad berkata, inilah keyakinan ulama salafush shalih, yang menyatakan makhluk yang tidak binasa adalah surga dan neraka beserta makhluk yang ada di dalamnya, termasuk malaikat pemikul Arsy (8 malaikat pada saat kiamat).
Setelah tiupan sangkakala 1 tidak ada kehidupan, jaraknya Wallohu'alam, Nabi ﷺ hanya mengabarkan selama 40.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ، قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أَبَيْتُ
“(Jarak) antara dua tiupan adalah empat puluh.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan.” Mereka bertanya lagi, ”Empat buluh bulan?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan.” Mereka bertanya lagi, ”Empat puluh tahun?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan.” (HR. Bukhari no. 4935)
Maksudnya, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu enggan untuk menegaskan atau memastikan apakah empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun. Akan tetapi yang pasti adalah bahwa jaraknya empat puluh. Dikatakan juga bahwa jarak dua tiupan ini adalah di antara perkara yang tidak diketahui kecuali Allah Ta’ala.
Setelah itu Allah ﷻ menurunkan air dari langit ke bumi yang baru (Al-Ardhul Muqoddasah) yang tidak ada kemaksiatan di atasnya. Dan rata sejauh mata memandang, tulang ekor seluruh manusia yang terkubur di bumi ini, tumbuh menjadi manusia yang utuh.
3. Tiupan Sangkakala ke-2: Makhluk Dibangkitkan Kembali
Kemudian ditiup sangkakala yang kedua. Imam Qurthubi rahimahullah berkata dalam kitab At-Tadzkirah, sangkakala seperti tanduk yang tersimpan seluruh ruh makhluk hidup. Setelah ditiup, maka ruh masuk ke tubuhnya masing-masing, dan bangkitlah seluruh makhluk.
Maka, wajib bagi kita mengimani tiupan sangkakala, masa diantara dua tiupan dan kebangkitan ruh dari Alam Kubur, Allah ﷻ berfirman dalam QS. Yasin Ayat 52:
قَالُوۡا يٰوَيۡلَنَا مَنۡۢ بَعَثَنَا مِنۡ مَّرۡقَدِنَاۘؔ هٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحۡمٰنُ وَصَدَقَ الۡمُرۡسَلُوۡنَ
Mereka berkata, "Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
Sebagian Manusia dari golongan aqlaniyyun (mu'tazilah) dan Khawarij menjadikan ayat ini sebagai dalil tidak ada alam kubur. Padahal ada lebih dari 45 hadits shahih tentang alam kubur.
Allah ﷻ berfirman tentang pernyataan orang-orang kafir dalam Surat Al-Jatsiyah Ayat 24:
وَقَالُوا۟ مَا هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهْرُ ۚ
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa",
Dalam Surat Az-Zukhruf Ayat 87:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?,
Kemudian Allah membantah mereka dalam surat Al-an'am ayat 29:
وَقَالُوٓا۟ إِنْ هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ. وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذْ وُقِفُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ قَالَ أَلَيْسَ هَٰذَا بِٱلْحَقِّ ۚ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَرَبِّنَا ۚ قَالَ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ. قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا۟ يَٰحَسْرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَىٰ ظُهُورِهِمْ ۚ أَلَا سَآءَ مَا يَزِرُونَ
Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan". Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan). Berfirman Allah: "Bukankah (kebangkitan ini benar?" Mereka menjawab: "Sungguh benar, demi Tuhan kami". Berfirman Allah: "Karena itu rasakanlah azab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya)". Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu.
Dalam Surat Al-Waqi’ah Ayat 47-50:
وَكَانُوا۟ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ. أَوَءَابَآؤُنَا ٱلْأَوَّلُونَ. قُلْ إِنَّ ٱلْأَوَّلِينَ وَٱلْءَاخِرِينَ. لَمَجْمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ يَوْمٍ مَّعْلُومٍ
Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali? Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?". Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian, Benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.
Dalam surat Al-Hajj ayat 5 - 7:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّنَ ٱلْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِى ٱلْأَرْحَامِ مَا نَشَآءُ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوٓا۟ أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرْذَلِ ٱلْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔا ۚ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنۢبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍۭ بَهِيجٍ
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّهُۥ يُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ وَأَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِى ٱلْقُبُورِ
Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.
Dalam surat Al-Hajj ini, ayat pertama menggambarkan hari kiamat, maka awal haji adalah ihram di miqat, seperti orang yang baru dibangkitkan menghadap Rabbnya, hendaknya tidak lagi memikirkan dunia, fokus akhirat. Ini yang menyebabkan Nabi ﷺ dan para sahabat bercucuran air mata.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Mu’minun Ayat 115:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَٰكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Ayat ini diawali dengan kata أَفَحَسِبْتُمْ Istifhamul inkary yaitu kata tanya untuk mengingkari bahwa penciptaan manusia bukan main-main.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Fatir Ayat 9:
وَٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ ٱلرِّيَٰحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَٰهُ إِلَىٰ بَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ كَذَٰلِكَ ٱلنُّشُورُ
Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.
Maka, banyak ayat-ayat yang menjelaskan hari kebangkitan sebagai bantahan bagi orang-orang yang mendustakan hari kebangkitan.
Adapun hadits, lebih banyak lagi. Diantaranya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «قَالَ اللَّهُ: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي، كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْؤًا أَحَدٌ».
[صحيح] - [رواه البخاري] - [صحيح البخاري: 4974]
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Nabi ﷺ bersabda, Allah berfirman, "Anak cucu Adam mendustakan-Ku padahal itu tidak pantas baginya, dan mereka mencaci-Ku padahal itu tidak patut baginya. Adapun pendustaannya terhadap-Ku, yaitu perkataannya, 'Allah tidak akan mengembalikanku sebagaimana Dia menciptakanku pertama kali.' Padahal, tidaklah penciptaan pertama lebih mudah bagi-Ku daripada mengembalikannya. Sedangkan caciannya kepada-Ku, yaitu perkataannya, 'Allah memiliki anak.' Padahal, Aku Yang Maha Esa lagi tempat meminta segala sesuatu, Aku tidak melahirkan maupun dilahirkan, dan Aku tidak memiliki tandingan seorang pun." [Sahih] - [HR. Bukhari] - [Sahih Bukhari - 4974]
Nabi ﷺ mengabarkan dalam hadis qudsi di atas bahwa Allah ﷻ berfirman tentang orang musyrikin dan kafir, bahwa mereka mendustakan-Nya serta menyifati-Nya dengan berbagai kekurangan dan cacat, padahal itu tidak patut mereka lakukan.
Pendustaan mereka kepada Allah ialah sangkaan mereka bahwa Allah tidak akan mengembalikan mereka seperti semula setelah mereka mati sebagaimana Dia menciptakan mereka pertama kali dari ketiadaan. Maka Allah membantah mereka bahwa Allah yang telah menciptakan pertama kali dari ketiadaan juga sanggup untuk mengembalikan mereka, bahkan ini lebih ringan. Sekalipun sejatinya perkara itu bagi Allah sama saja, antara menciptakan dan mengembalikan, karena Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Adapun celaan mereka kepada Allah ialah perkataan mereka: Allah memiliki anak. Maka Allah membantah mereka bahwa Dia Maha Esa, yang tunggal dalam semua kesempurnaan terkait nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya, yang disucikan dari segala kurang dan cacat, tempat meminta segala sesuatu, tidak butuh kepada siapa pun, tetapi sebaliknya setiap orang butuh kepada-Nya. Dia bukan ayah bagi siapa pun dan juga bukan anak bagi siapa pun, yang tidak memiliki tandingan seorang pun, Mahasuci lagi Maha tinggi.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم