بسم الله الرحمن الرحيم
Tabligh Akbar bersama Fadhilatus Syeikh Dr. Abdullah bin Mar’i Hafidzahullah
(Mudir Daarul Hadits Fiyusy, Yaman)
Sesi 1:
✍ Tema: Membela Sunnah, Merawat Islam, dan Menyatukan Barisan di Era Keterasingan
⏰ Waktu: Kamis, 31 Juli 2025 / 6 Shafar 1447 H (Ba’da Maghrib - selesai)
🎙 Penerjemah: Ustadz Muhammad Ja’fary, B.A., M.Pd. Hafidzahullah
🕌 Lokasi: Masjid Al Umar Windan Baru, Windan, Gumpang, Kartasura, Sukoharjo, Jateng.
Setelah Salam, Ustadz mengawali kajian dengan bersyukur, Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, aku bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak disembah kecuali Allah ﷻ, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwasannya Nabi ﷺ adalah hamba dan utusanNya.
Semoga Allah ﷻ memberkahi dan memberi kesejahteraan kepada keluarga dan sahabatnya.
Puji syukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala karuniakan kepada kita, Maha suci bagi Allah ﷻ atas nikmat yang besar yang tak terkira jumlahnya, Maha suci bagi Allah ﷻ yang Maha Tinggi dengan segala Puji dan syukur atas anugerah nikmat iman dan Islam. Segala puji bagi Allah ﷻ Rabb semesta alam, mari kita memuji Allâh atas segala kekuasaan Nya.
Kita bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala yang telah mengumpulkan kita untuk bermajelis di masjid Al-Umar yang mulia ini, untuk bersama-sama mencari ilmu mengais warisan Rasulullah ﷺ dan beliau berterima kasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan untuk bertemu di majelis yang mulia ini.
Pada pertemuan ini, tema yang diambil adalah tema yang sangat penting, Membela Sunnah, Merawat Islam, dan Menyatukan Barisan di Era Keterangan.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Kemudian, ada riwayat tambahan riwayat dalam riwayat muslim dari Abdullah bin Umar keterasingan antara dua masjid makah dan madinah.
Telah bersabda Rasulullah.
إِنَّ الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ وَهُوَ يَأْرِزُ بَيْنَ الْمَسْجِدَيْنِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ فِي جُحْرِهَا
“Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, mereka berlindung diantara dua masjid sebagaimana ular berlindung dalam lubangnya” [Diriwayatkan oleh Muslim 2/76].
Keterasingan umat ini ada dua:
- Awal islam: Rasulullah ﷺ menyeru umatnya untuk masuk ke dalam Islam Yang disebut umatu dakwah yang diseru untuk masuk ke dalam Islam.
- Kembali terasing pada masa Ummatul Ijabah, yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan jumlahnya sedikit, yaitu yang mengikuti ajaran Beliau dan para sahabat radhiyallahu’anhum.
Kemudian, beliau membawakan Hadits Abdullah Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma yang disebutkan dalam musnad Imam Ahmad,
افترقت اليهود على إحدى و سبعين فرقة ، فواحدة في الجنة و سبعين في النار ، و افترقت النصارى على اثنين و سبعين فرقة فواحدة في الجنة و إحدى و سبعين في النار ، و الذي نفسي بيده لتفترقن أمتي على ثلاث و سبعين فرقة ، فواحدة في الجنة و ثنتين و سبعين في النار ، قيل يا رسول الله من هم ؟ قال : هم الجماعة
“Yahudi telah berpecah-belah menjadi 71 golongan, satu di surga dan tujuh puluh di neraka; sedangkan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, satu di surga dan tujuh puluh satu di neraka. Dan demi yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh umatku akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu di surga dan tujuh puluh dua di neraka. Dikatakan, “Wahai Rasul Allah, siapa mereka itu?” Beliau berkata, “Mereka adalah al-Jama’ah.”” (HR. Ahmad, sahih)
Golongan yang selamat disebut dengan al-firqatu an-najiyah ( الفرقة الناجية ), Yaitu Orang-orang yang berjalan di atas kebenaran berdasarkan jalannya Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.
Syaikh menjelaskan, perpecahan Nasrani lebih besar daripada Yahudi, dan Islam lebih besar dibandingkan Yahudi.
Lafadz perpecahan menjadi 70an golongan ini dalam bahasa Arab bukan menunjukkan bilangan yang banyak, dan pembatasan jumlah, tetapi menunjukkan banyaknya perpecahan.
Perpecahan tersebut ada pada ummatul Ijabah, yaitu mereka-Mereka yang telah memeluk agama Islam tetapi berpemahaman yang keliru.
Kemudian Syaikh membawakan satu hadits:
عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membuat hati menjadi bergetar dan mata menangis, maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah! Sepertinya ini adalah wasiat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah wasiat kepada kami.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun kalian dipimpin seorang budak. Sungguh, orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan Sunnah khulafaur rosyidin al-mahdiyyin (yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal). Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, serta jauhilah setiap perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah sesat.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Abu Daud, no. 4607 dan Tirmidzi, no. 2676. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih].
Islam telah mengajarkan, bahwa untuk menjadi thoifah mansyurah harus mengikuti petunjuk Nabi ﷺ dan sahabat.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 137:
فَإِنْ ءَامَنُوا۟ بِمِثْلِ مَآ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهْتَدَوا۟ ۖ
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk
Kemudian dalam Surat At-Taubah Ayat 100:
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
Makna وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ Adalah Mereka kaum muhajirin dan anshar, Inilah syahidnya.
Demikian juga dalam Surat An-Nisa Ayat 115:
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Orang-orang yang pertama masuk Islam adalah para sahabat yang telah gigih memperjuangkan Islam untuk tegak dan kokoh.
Tiga ayat di atas dan hadits tersebut, menunjukkan bahwa solusi menjadi golongan yang selamat adalah mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan petunjuk Rasulullah ﷺ, para sahabat dan tiga generasi ini.
Sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)
Demikian juga hadits dari Muawiyah Radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
“Selalu ada dari umatku senantiasa yang menegakkan perintah Allah. Tidak dapat mencelakai mereka orang yang menghinanya dan juga orang yang menyelisihinya, hingga Allah datangkn kepada mereka perkaranya sedangkan mereka tetap kondisi seperti itu.”
Barangsiapa memperhatikan keterasingan manusia pada tauhid Ubdudiyah, Uluhiyah dan Asma' wa shifat, begitu juga banyaknya kesyirikan dan kemungkaran. Maka, hendaknya ada orang-orang yang menyeru kepada tauhid, kepada ketaatan dan ketakwaan.
Banyak sekali kasus pembunuhan, minum khamr, dan juga berbagai perbuatan keji yang itu merupakan perbuatan Jahiliyah. Kemudian dibandingkan dengan perjuangan dahulu para sahabat dan orang-orang setelahnya, sehingga Islam tersebar ke seluruh penjuru dari barat ke timur.
Dan saat ini, atas nikmat Allah ﷻ dan perjuangan mereka, hingga Islam pun sampai ke negeri ini. Banyaknya masjid-masjid merupakan saksi nikmat Allah yang begitu besar, disamping itu banyak kejahilan manusia akan hakekat Islam dan ini sesuai sabda Nabi ﷺ.
“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing”
Dan dalam hadits Ibnu ‘Umar,
وَهُوَ يَأْرِزُ بَيْنَ الْمَسْجِدَيْنِ
“Dan ia akan kembali kepada dua masjid”
Harus ada penyebaran ilmu, terbangunnya masjid-masjid Sunnah dan banyaknya penuntut ilmu. Dengan Izin Allah ﷻ akan kembali kejayaan Islam, Kemudian bersatu menegakkan islam dan sunnah.
Dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 103:
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
Karena pecah belah merupakan sebab menuju kebinasaan.
Begitu banyak kerusakan saat ini dari orang kafir dan musyrik, dan orang-orang yang menyimpang, mereka merusak Islam meskipun mengaku berada di atas Islam, mereka menebar kesesatan dan kebid’ahan dan mereka merusak citra agama Islam ini, seperti firqah batiniah Dan Syiah Rafidhah Dan sekte sufiyah dengan khurafatnya. Mereka yang Mengagungkan kuburan, memainkan musik dan berjoget di masjid. Ada juga tokoh-tokoh yang suka demonstatrsi dan masuk parlemen, ada juga aksi pengeboman dan terorisme. Yang semuanya menjadi penyebab umat ini takut ke dalam Islam. Maka solusinya adalah bersatu padu diatas kebenaran dan sunnah.
Demikian juga untuk menghadapi propaganda syahwat mereka, yang membolehkan musik, film, dan lainya meskipun mengatakan syar'i.
Adanya orang yang merusak islam dengan mabuk dan mengkonsumsi obat terlarang, dan berbagai kerusakan sosial media yang merusak rumah kaum muslimin kecuali yang diberi rahmat Allah ﷻ.
Maka dipundak kalian lah tugas ini dibebankan seperti nenek moyang kita yang mereka berhasil ditolong Allah ﷻ karena mereka menolong agama Allah ﷻ.
Kalian wahai Ahlussunnah merupakan harapan, setelah kita berharap kepada Allah ﷻ, yang menghidupkan umat baik yang ada di kota maupun pelosok. Semoga kalianlah penegak kebenaran.
Allah ﷻ membagi manusia ada dua, yang hidup dan mati.
Surat Al-An’am Ayat 122:
أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
Makna Mati di sini adalah manusia tanpa ilmu dan kebenaran, dan cahaya adalah ilmu dan sunnah.
Ulama adalah pewaris nabi, dengan izin Allah mereka membagikan ilmu dan menyebarkan sunnah.
Kalian diharapkan menghidupkan orang-orang yang telah mati (tanpa ilmu) dan mengembalikan orang-orang yang tersesat dari berbagai penyakit syubhat dan syahwat.
Banyak faedah yang ingin disampaikan, akan tetapi diringkas menjadi 5 poin berikut ini:
- Bersatu di atas Al-Qur'an dan sunnah
- Berdakwah dengan lemah lembut dan hikmah (QS. An-Nahl 125)
- Berbekal ilmu dan keimanan, karena dengan ilmu akan membongkar syubhat dan dengan iman akan melindungi dari syahwat.
- Bersabar dalam menuntut ilmu dan beramal, dan berdakwah.
- Senantiasa jujur untuk teguh di atas kebenaran. Mengikuti Al-haq dan kebenaran. Jangan terlena dengan dunia, harta dan jabatan.
Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari syubhat dan syahwat.
Ibnu Taimiyah rahimahullahu menyebutkan, Ahlussunnah wal Jama'ah adalah orang-orang yang paling mengerti kepada kebenaran dan paling jujur, maka kami wasiatkan untuk selalu teguh berjalan di jalan Allah ﷻ, teguh dalam thalabul Ilmi dan beramal serta mendakwahkannya. Bersikap adil ketika bermuamalah dan berinteraksi,
Bagi yang berbeda pandangan ada dua sudut pandang:
1. Nadharul Qodar, pandangan Syar'i, kita menerima orang tersebut berbeda dengan kita dengan memberikan pemahaman dan hidayah bukan meninggalkan orang tersebut.
2. Perlu berhati-hati dari orang yang sesat disaat mengajaknya agar tidak terseret ke dalamnya.
Ketika mendakwahkannya, kita juga harus menghindar dari perbuatan buruknya seperti halnya nasihat dokter kepada pasien, dan dia melindungi dirinya dari penyakit pasien tersebut.
Dalam hadits qudsi : Abū Hurairah berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Aku sakit, mengapa kamu tidak menjenguk-Ku’?
Anak Adam menjawab, ‘Wahai Tuhanku, bagaimana mengunjungi Engkau, padahal Engkau Tuhan semesta alam’?
Allah berfirman, ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si fulan sakit, mengapa kamu tidak mengunjunginya? Apakah kamu tidak tahu, sekiranya kamu menjenguknya kamu akan mendapati-Ku di sisinya’?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2162]
Maka, Ketika sakit hendaknya sakit dijenguk dan diobati. Jika sudah sakit (secara maknawi), perlu orang-orang yang berkompeten untuk menanganinya, sama halnya dokter tidak semua mampu untuk mengobati segala penyakit yang akan diserahkan kepada dokter spesialis. Demikian juga ulama, ada ulama yang teguh di atas ilmu.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita tholabul Ilmi, orang-orang yang jauh dari hawa nafsu, dan menjadikan kita orang-orang yang pertengahan, tidak berlebihan dan tidak kurang.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم