بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Tematik
Bersama Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Ahad, 27 Dzulqa’dah 1446 / 25 Mei 2025
Tempat: Masjid Al Mubarok - Jl.Bangau I, Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Buah Beriman kepada Hari Akhir
Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah ﷻ berikan kepada kita terutama nikmat yang tidak terlihat, seperti nikmat iman, hidayah dan lainya.
Di antara sekian banyak nikmat Allah yang tak terhitung, ada dua nikmat yang paling agung. Inilah yang dahulu pernah dikatakan oleh seorang imam dari generasi tabi’in yaitu Abu al-‘Aliyah rahimahullah:
فَقَدْ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيَّ بِنِعْمَتَيْنِ، لاَ أَدْرِي أَيُّهُمَا أَفَضْلُ: أَنْ هَدَانِي لِلإِسْلاَمِ، وَلَمْ يَجْعَلْنِي حَرُوْرِيّاً
“Sungguh Allah telah memberiku dua nikmat, aku tak tahu mana dari keduanya yang lebih utama; Allah memberi hidayah kepadaku untuk memeluk Islam dan tidak menjadikanku Haruri.” (Siyar A’lam an-Nubala’: 7/236).
Haruri adalah nama lain dari kelompok yang menyimpang, menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan menjadi salah satu fitnah terbesar di zaman itu yaitu kaum Khawarij. Sehingga dua nikmat yang dimaksud oleh beliau itu adalah nikmat Islam dan nikmat berada diatas sunnah (ajarannya) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diceritakan oleh Imam Abul Qasim Hibatallah al-Lalaka'i bercerita, saat thawaf ada dua orang Khawarij, yang satu berkata dari sekian banyak orang yang thawaf, hanya kita yang masuk surga, kemudian Yang satu berkata, surga yang luasnya seluas langit dan bumi hanya kita, sementara yang lain masuk neraka? Wallahi, aku bertaubat dari penyimpangan pemikiran ini.
Ikatlah nikmat tersebut dengan syukur, dengan lisan hati dan anggota badan. Salah satu nikmat yang terbesar adalah nikmat menuntut ilmu, karena ilmu wasilah seluruh kebaikan di dunia dan di akhirat.
Syaikh Rabi'ah bin Farrukh ar-Ra'yi rahimahullah berkata Ilmu adalah sarana menuju semua kebaikan di dunia dan di akhirat.
Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata, saya mempelajari satu bab ilmu lebih baik aku sukai daripada dunia dan isinya.
Ilmu adalah puncak kebahagian dan Keutamaan, hingga dimasukkan surga dan dijauhkan dari neraka.
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Kita jadi paham, mana paham yang menyimpang, mana yang selamat, mana bid'ah mana sunnah, dan seterusnya.
Iman kepada Hari Akhir adalah pembahasan yang sangat penting, karena:
- Termasuk salah satu dari rukun iman.
Hadis Jibril yang bertanya tentang iman, dijelaskan bahwa Malaikat Jibril, dalam wujud manusia, datang kepada Nabi ﷺ dan bertanya tentang iman. Jawaban Nabi Muhammad adalah iman itu adalah beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir yang baik dan buruk.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Hadis ini menjadi dasar bagi pemahaman tentang rukun iman dalam Islam.
Maka, Orang yang tidak beriman kepada Hari Akhir maka dia kafir.
Allah ta'ala berfirman dalam Surat At-Taghabun Ayat 7:
زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَن لَّن يُبْعَثُوا۟ ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّى لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
- Sangat banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menceritakan tentang hari akhir.
Hampir tidak ada halaman di dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hari akhir. Bahkan ada nama surat tentang hari kiamat, seperti : Al-Qariah, Al-waqiah, al-haaqah, al-qiyamah, dan lainya.
Karenanya ini menunjukkan pentingnya iman kepada hari akhir.
- Sering digandeng dengan iman kepada Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 177:
۞ لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۦنَ وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَٰهَدُوا۟ ۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”
(HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 6018, 6019, 6136, 6475 dan Muslim, no. 47]
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لَا يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ باللَّهِ وَالْيَومِ الآخِرِ، أَنْ تُسَافِرَ سَفَرًا يَكونُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصَاعِدًا، إلَّا وَمعهَا أَبُوهَا، أَوِ ابنُهَا، أَوْ زَوْجُهَا، أَوْ أَخُوهَا، أَوْ ذُو مَحْرَمٍ منها
“Seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak boleh melakukan safar selama 3 hari atau lebih, kecuali bersama ayahnya, atau anaknya, atau suaminya, atau saudara kandungnya, atau mahramnya” (HR. Muslim no. 1340).
Dan rahasia sering digandengkan dengan iman kepada Allah dan hari akhir, karena iman kepada Allah ﷻ menumbuhkan sifat Arr-Roja (pengharapan, mahabbah dan cinta) sedangkan iman kepada hari akhir menumbuhkan sikap khauf hingga akan ingat kepada azab Allah ﷻ.
- Hari Akhir memiliki banyak nama, menunjukkan pentingnya hal ini.
Imam Qurthubi menyebut lebih dari 50 nama. Bahkan imam Ibnu Katsir menyebut nama hari akhir lebih dari 80 nama, seperti Yaumul Qiyamah, Yaumul Hisab, Yaumul Ba'ats, dan Yaumul Jaza, Yaumul Fashl, Yaumul Haq, dan Yaumut Taghabun.
- Menumbuhkan keimanan, semangat beramal shaleh dan Taubat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
“Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi no. 2307, Ibnu Majah no. 4258, dan lain-lain)
Faedah penting pembahasan hari akhir:
- Menumbuhkan keimanan, semangat beribadah dan taubat karena sedikit bekal.
Dalam sebuah hadis riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
“Siapakah mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah dengan bijaksana menjawab, “Mukmin yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk setelah kematian, merakalah orang-orang yang cerdas.” [HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih Ibni Majah 3454]
Dengan mengingat kematian secara konsisten, seseorang akan dihadapkan pada realitas bahwa kehidupan ini adalah ujian yang sementara, dan persiapannya untuk kehidupan setelah kematian menjadi sangat penting. Dia akan termotivasi untuk banyak melakukan amal saleh dan terus berusaha meninggalkan kemaksiatan.
Mukmin yang cerdas adalah orang yang menjadikan hidupnya sebagai bagian dari persiapan untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat nanti.
- Segera bertaubat kepada Allah ﷻ.
Hati-hati dari taswif karena itu serdadu Iblis.
Taswif, diartikan sebagai sikap menunda-nunda pekerjaan, termasuk amal shaleh, yang bisa menyebabkan waktu berlalu tanpa manfaat dan bahkan menyebabkan penyesalan di kemudian hari.
- Menjadikan kita qona'ah, ridha dan bersyukur atas rizki Allah ﷻ.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)
Iman kepada Hari Akhir artinya mengimani semua yg diberitakan Allah dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Shahih dari Nabi ﷺ tentang kejadian setelah kematian.
Karena masalah akhirat adalah masalah ghaib, maka kita tidak boleh berbicara kecuali memiliki dalil.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra Ayat 36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata akal memiliki batas sebagaimana mata memiliki batas.
Dalil ada dua: Al-Qur'an yang tidak ada keraguan padanya dan hadits-hadits Rasulullah ﷺ yang merupakan wahyu dari Allah ﷻ. Dengan keduanya kita patuh, tunduk dan patuh.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 65:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Jika Kita menurut kepada dokter mau minum obat, mau disuntik dan seterusnya padahal kita tidak tahu isinya, Kenapa kita tidak percaya Allah ﷻ dan Rasul-Nya tentang hari akhir?
Imam Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri rahimahullah berkata, Allah ﷻ yang memiliki risalah, Nabi ﷺ yang menyampaikan dan kita yang menerima dan mengamalkan.
Mengimani adanya Hari Akhir memiliki beberapa unsur:
- Meyakini adanya adzab kubur, nikmat kubur dan fitnah kubur.
- Adzab kubur adalah adzab di dalam kubur seperti disempitkan kubur, ditampakkan neraka, dan lainya. Ada 30an sahabat yang meriwayatkan kejadian di alam kubur. (mutawatir).
- Nikmat kubur: kenikmatan yang didapat di dalam kubur. Seperti diluaskan kuburnya, ditampakkan Surga, ditemani amal, dan lainnya.
- Fitnah kuhur: Pertanyaan munkar nangkir yang akan memberikan 3 pertanyaan.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’min Ayat 46:
ٱلنَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدْخِلُوٓا۟ ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ ٱلْعَذَابِ
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".
Orang-orang zindik termasuk orang yang mengingkari azab kubur. Jika tidak ada ilmu, maka orang-orang zindik yang akan naik mimbar...
Waspada dan mengetahui penyebab siksa kubur:
- Tidak menjaga kesucian. Seperti tidak membersihkan, berceceran dan tidak beristinja.
- Namimah (adu domba). Seperti mengadu domba rakyat dengan penguasa, Suami dengan isteri, diantara teman dan lainnya.
Dari Ibnu Abbas radhiallah’anhuma berkata:
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ... (رواه البخاري، رقم 218) ومسلم، رقم 292)
“Nabi sallallahu’alaihi wa sallam melewati dua kuburan, lalu bersabda, ‘Kedua penghuninya ini sedang disiksa, dan siksaanya bukan karena dosa besar. Yang satu tidak menghindar dari air kencing. Sedangkan yang satu lagi, suka mengadu domba.” (HR. BukhAri, no. 218 dan Muslim, no. 292).
- Meyakini adanya hari kebangkitan.
Yaitu manusia akan dibangkitkan kembali dalam keadaan telanjang, tidak bersandal dan tidak berkhitan.
عن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «يُحْشَرُ الناس يوم القيامة حفاة عراة غُرْلًا، قلت: يا رسول الله الرجال والنساء جميعا ينظر بعضهم إلى بعض؟ قال: يا عائشة الأمر أشد من أن يهمهم ذلك». وفي رواية : «الأمر أَهَمُّ من أن ينظر بعضهم إلى بعض».
[صحيح] - [متفق عليه]
Dari 'Aisyah Ummul Mukminin -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang kaki, badan dan tidak dikhitan." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, laki-laki dan perempuan semuanya saling melihat kepada (aurat) orang lain?" Beliau bersabda, "Wahai Aisyah, perkaranya lebih dahsyat daripada urusan begituan." Dalam riwayat lain, "Perkaranya lebih penting daripada sebagian mereka melihat kepada (aurat) sebagian yang lain."
[Hadis sahih] - [Muttafaq 'alaih]
Aisyah radhiyallahu anha mengatakan, Wahai Rasulullah berdoalah untukku.’ Beliau pun berkata,
اللَّهمَّ اغفِرْ لِعائشةَ ما تقدَّم مِن ذنبِها وما تأخَّر ما أسرَّتْ وما أعلَنَتْ
“Ya Allah ampunilah Aisyah dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, yang sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.’
Maka Aisyah tertawa hingga kepalanya tertunduk ke pangkuannya. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepadanya,
أيسُرُّكِ دعائي
Apakah doaku membuatmu gembira?’
Aisyah pun menjawab, ‘Tentu aku sangat senang dengan doa itu.’
Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
واللهِ إنَّها لَدعائي لِأُمَّتي في كلِّ صلاةٍ
‘Demi Allah sesungguhnya itulah doaku untuk umatku di setiap shalat’.”
[HR. Al-Bazzar dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam ash-Shahihah 2254]
- Meyakini adanya hisab (perhitungan).
Surat Al-Ghasyiyah Ayat 25-26:
إِنَّ إِلَيْنَآ إِيَابَهُمْ. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُم
Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali Mereka, Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.
Dan sesungguhnya Allah memanggil kita semuanya, “Wahai hamba-hambaKu.”
إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي
“Sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diriKu.” (Hadits Qudsi dari Abu Dzar).
Tidak mungkin Allah mendzalimi hambaNya sedikitpun juga. Makanya Allah berfirman:
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan Rabbmu tidak akan pernah menzalimi siapapun juga.” (QS. Al-Kahfi[18]: 49)
- Meyakini adanya surga neraka.
Surga itu haq dan neraka juga haq. Banyak hadits dan ayat yang menjelaskan masalah surga dan neraka.
Allah ﷻ menerangkan dalam firmanNya:
سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (al-Hadiid: 21)
Ahlussunnah, menyeimbangkan antara khauf dan raja, takut dimasukan ke dalam neraka dan harapan untuk masuk ke dalam surga.
Juga firmanNya:
فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Maka takutlah kalian dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (al-Baqarah: 24)
- Termotivasi beramal shalih.
Ilmu Bukan sekedar wawasan, tetapi ilmu adalah untuk diamalkan.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata bahwa setiap ilmu yang tidak mendekatkan diri kepada Allah ﷻ adalah palsu.
- Mengerem diri dari maksiat
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ : قَالَ رَسُوْ لُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : يَاعَائِشَةُ إِيَّاكَ وَمُحَقَّرَاتِ الأعْمَالِ (وَفِى رِوَايَةِ : الذُنُوْبِ) فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ طَالِبًا
“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Wahai Aisyah, hindarilah olehmu amal-amal yang remeh (dan dalam satu lafazh disebutkan dosa-dosa). Karena ada yang akan menuntut dari Allah terhadap amal-amal itu” [Hadits Shahih Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimy]
- Menambah iman.
Karena iman bisa bertambah jika beramal shaleh dan berkurang jika terjerumus ke dalam dosa. Maka, penting untuk datang ke kajian agar tidak lalai.
Imam Abu Dawud berkata majelisnya Imam Ahmad adalah majelis akhirat yang tidak membahas urusan dunia.
Dari Yusuf bin Maahak, beliau berkata: Aku melihat Ibnu Umar berada di majlis Ubaid bin Umair saat dia memberikan nasehat. Aku melihat Ibnu Umar mencucurkan air mata. (Hilyatul Auliya’ 1/305).
Ubaid bin Umair adalah seorang tabi’in . Sedangkan Ibnu Umar adalah sahabat Nabi ﷺ . Walau demikian, Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar tidak sombong. Dia ikut duduk di majlis Ubaid bin Umair. Padahal kaum muslimin menganggap bahwa putra Umar bin Khattah ini lebih berilmu dan lebih utama. Tapi justru keilmuan Ibnu Umar inilah yang mendorong beliau duduk mengambil faedah.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم