Jika seorang mukmin selalu mengingat nash-nash tentang orang-orang munafik dan apa yang disiapkan Allah bagi mereka berupa penyingkapan skandal di dunia, kesengsaraan di alam barzakh serta azab di akhirat, dijauhkan dari rahmat Allah, dan kekal di neraka, maka semua itu akan menggiringnya pada kebencian terhadap jalannya orang munafik, sehingga Allah menjaganya dari keburukan mereka dan menyelamatkannya.
Jika manusia mengetahui bahwa nifak kecil –yaitu nifak amal- walaupun nifak kecil ini tidak mengeluarkannya dari Islam, namun hal itu menjadi tanda dan bukti akan lemahnya iman empunya. Bahkan boleh jadi hal itu akan menggiringnya terjerumus dalam nifak besar, yaitu keyakinan. Semoga Allah melindungi kita darinya.
Tidak mendengarkan lagu-lagu
Sebagian orang mengira bahwa mendengarkan lagu adalah sumber kebahagiaan, dan kesenangannya. Dengan lagu-lagu itu mereka berusaha untuk melupakan penatnya hidup, dan mereka tidak dapat merasakan dampak buruknya serta tidak mengetahui bahwa itu dapat merusak hatinya, bagaimana tidak? Sungguh lagu-lagu itu adalah perkara yang diharamkan Allah dan dikategorikan dalam perkara sia-sia dan batil.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُواً أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“dan di antara manusia ada yang membeli perkataan sia-sia demi untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ada ilmu, dan menjadikannya bahan ejekan, sungguh bagi mereka azab yang hina.” (Luqman: 6)
Mayoritas ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lahwun pada ayat ini adalah nyanyian. Ibnu Abbas berkata saat menafsirkan ayat di atas: ‘Yaitu seorang pria yang membeli budak wanita untuk menghiburnya siang dan malam dengan nyanyian/lagu-lagu.’
Bahkan Ibnu Mas’ud berkata;
‘Demi Allah yang tidak ada Ilah yang haq melainkan Dia, sungguh maksudnya adalah nyanyian.’
Pertanyaannya; apa hubungan pengharaman nyanyian dengan nifak? Dan bagaimana mungkin usaha terbebas dan menjauhi nyanyian dianggap sebagai jalan menjauhi nifak? Hal itu akan kita dapati saat mentadabburi firman Allah berikut:
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“dan bila dibacakan padanya ayat-ayat kami, ia akan berpaling sombong seolah ia tidak pernah mendengarnya, seolah di telinganya ada sumbatan, maka beri kabar gembira mereka dengan azab yang pedih.” (Luqman: 7)
Ayat ini menunjukkan bahwa ada banyak dampak yang diakibatkan oleh suara syaitan. Fakta menunjukkan bahwa siapa yang ketagihan mendengarkan nyanyian maka akan berat baginya untuk mendengarkan Al-Qur’an, tidak muncul kerinduan padanya, dan minim pengaruh Al-Qur’an pada dirinya sehingga hatinya akan semakin keras hingga sampai pada level ingin lari dari mendengarkan ayat-ayat Allah dan menikmatinya. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah salah satu bagian dari nifak yang banyak terjadi. Karenanya memungkinkan bagi kita untuk memahami perkataan Ibnu Mas’ud;
‘Nyanyian itu menumbuhkan sifat nifak di dalam hati, bagaikan air menumbuhkan bawang.’
Berusaha menyelisihi sifat orang-orang munafik
Termasuk bagian dari cara terhindar dari nifak adalah agar seorang mukmin mengingat sifat-sifat buruk yang dimiliki orang munafik, sehingga ia harus bersifat dengan yang sebaliknya yang dampaknya nampak pada iman dan perilaku. Jika orang munafik enggan shalat dan melakukannya dengan bermalas-malasan, ragu dan tidak memotivasi dirinya untuk berjihad, tidak mengingat Allah melainkan sedikit, melanggar janji, berkhianat pada manusia dan tidak amanah, maka seorang muslim harus memperbanyak ibadah, shalat dan zikir, mengingat kemuliaan jihad, mendekatkan diri pada Allah dengan mencintaiNya, menepati janji dan bersikap amanah. Dan terlebih lagi ia harus merasa diawasi Allah saat sendiri atau di keramaian, bersifat jujur, dan harus memperhatikan sifat ini melebihi sifat lainnya, karena ini adalah tanda paling jelas adanya iman dan menghilangkan kemunafikan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata;
‘Sifat yang membedakan antara mukmin dan munafik adalah sifat jujur, karena dasar dari kemunafikan yang menjadi pondasi baginya adalah sifat dusta.’
Kita memohon kepada Allah agar Dia melindungi dan menjauhkan kita dari nifak. Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin..