بسم الله الرحمن الرحيم
Tabligh Akbar bersama Fadhilatus Syeikh Dr. Abdullah bin Mar’i Hafidzahullah
(Mudir Daarul Hadits Fiyusy, Yaman)
Sesi 2:
✍ Tema: Dakwah Tauhid di Persimpangan Harapan dan Tantangan
⏰ Waktu: Jum'at, 1 Agustus 2025 / 7 Shafar 1447 H (Ba’da Subuh - selesai)
🎙 Penerjemah: Ustadz Hanifa, B.A., M.Pd. Hafidzahullah
🕌 Lokasi: Masjid Al Umar Windan Baru, Windan, Gumpang, Kartasura, Sukoharjo, Jateng.
Setelah salam dan memuji Allâh, segala puji bagi Allah ﷻ Dzat yang wajib disembah dan Nabi ﷺ adalah hambaNya dan Rasul-Nya.
Kita bersyukur atas nikmat dipertemukan dalam majelis ilmu di pagi ini. Kita bersyukur atas limpahan karunia-Nya hingga Allah ﷻ memberikan taufik untuk menjalankan shalat subuh berjama'ah. Dan ini karunia yang besar.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra Ayat 78:
وَقُرْءَانَ ٱلْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْءَانَ ٱلْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Dan Rasul-Nya telah memberikan penjelasan akan keutamaan Shalat subuh berjama'ah. Seandainya hanya ada satu keutamaan ini saja, maka ini sudah cukup menjadi motivasi kita untuk semangat dalam beramal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِى ذِمَّةِ اللَّهِ
“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah.
Jaminan Allah - ذِمَّةِ اللَّهِ Maknanya, Allah ﷻ tidak akan menyia-nyiakan dan mengabaikan. Ini adalah tanda jujur dan keimanan seseorang saat hadirnya dia dalam shalat berjama'ah dan para sahabat menjadikannya sebagai pembeda antara mukmin dan munafik. Semoga kita dimudahkan untuk selalu istiqomah di dalamnya.
Tema pada hari ini adalah Dakwah tauhid di persimpangan harapan dan tantangan, ini adalah tema yang telah dipilih panitia.
Dakwah tauhid adalah pembuka dakwah para rasul, dimana mereka diutus Allah ﷻ untuk mengajak mentauhidkan Allah ﷻ.
Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا..
”Sembahlah Allāh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS An Nissā’: 36)
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an
Dan dalam Surat An-Nahl Ayat 36, Allah ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".
Dan ini senada dengan hadits, tatkala Rasulullah ﷺ mengutus Muadz di Yaman, hendaknya yang pertama engkau dakwahkan adalah tauhid...
إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَىْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ– وَفِيْ رِوَايَةٍ – : إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ –
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma- beliau berkata: Ketika Nabi shollallahu alaihi wasallam mengutus Muadz bin Jabal ke arah penduduk Yaman beliau berkata kepadanya: Sesungguhnya engkau mendatangi kaum Ahlul Kitab. Maka jadikanlah hal pertama yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah untuk mentauhidkan Allah Ta’ala.... (H.R al-Bukhari dan Muslim, dan riwayat ini berdasarkan lafadz al-Bukhari no 6824).
Begitulah dakwah para nabi dan rasul, demikian juga dakwah Rasulullah ﷺ, tatkala dakwah di Mekah dan Madinah adalah dakwah tauhid - mengesakan Allah ﷻ. Ini adalah perkara yang agung, maka hendaknya kita mendakwahkan dan inilah perkara yang menjadi perhatian kita.
Termasuk dari keagungan Tauhid adalah tauhid termasuk dari rukun yang pertama dari rukun yang lima. Sebagaimana hadits:
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” Diriwayatkan oleh Imam al Bukhari (8 dan 4514) dan Muslim (16)
Maka, tauhid adalah rukun yang pertama, dimana kalimat tauhid, Makna yang benar dari tafsir Laa ilaha illallah adalah Laa ma'buda bi haqqin illallah yaitu Tiada sesembahan yang haq (berhak disembah) melainkan Allah.
Maka apapun yang disembah selain Allah ﷻ adalah batil, dan tidak ada seseorang yang wajib diikuti selain Rasûlullâh. Maka jika telah benar rukun yang pertama dari rukun yang lima ini, maka sah rukun yang lainnya, jika rukun yang pertama rusak, maka rusaklah rukun yang lainya... Maka, inilah mentauhidkan Allah ﷻ, mengimani rububiyah Allah ﷻ, mengimani segala perbuatan Allah ﷻ, Dialah yang menciptakan alam semesta, memberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, memberi mudharat... Dan kita mengesakan Allah ﷻ dengan nama-nama Allah yang mulia dan sifat-sifat yang tinggi. Sebagaimana yang disifatkan oleh Allah bagi diriNya melalui Rasul-Nya baik di dalam Kitabnya maupun Sunnah Rasulullah ﷺ, tanpa kita tahrif, tanpa kita selewengkan, tanpa kita tanyakan bagaimananya, tanpa kita tolak dan tanpa kita serupakan, maka kita sematkan nama-nama yang mulia yang sesuai dan layak dengan kebesaran Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an :
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat (QS. Asy-Syuraa ayat 11).
Ini adalah jenis tauhid yang pertama, yang dinamakan dengan Tauhid Al-Khorbari. Yang mana, barangsiapa yang merealisasikan Tauhid Khobari ini, maka mengharuskan dia untuk merealisasikan tauhid yang kedua: Tauhid Atholabi wal qosdhi yakni Tauhid uluhiyah. Menyembah Allah ﷻ dan tidak mensyirikannya dengan sesuatu apapun.
Maka, barangsiapa yang meyakini Allah ﷻ adalah sang pencipta, pemberi rezeki, memiliki nama-nama yang baik, memiliki sifat-sifat yang tinggi, maka mengharuskan dia melakukan tauhid yang kedua yaitu tauhid ibadah (uluhiyah).
Firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu Bertakwa, (QS Al-Baqarah Ayat 21)
Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam surat Adzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (melainkan supaya mereka menyembah-Ku) yaitu agar mereka mengakui penyembahan mereka kepadaKu, baik dengan sukarela maupun terpaksa.
Maka, inti ibadah adalah tauhid, dan tauhid adalah ibadah. Islam adalah sunnah dan sunnah adalah islam. Sebagaimana apa yang di sampaikan Imam Al-Barbahari Rahimahullah: Ketahuilah sesungguhnya Islam adalah sunnah dan sunnah adalah Islam dan masing-masing tidak bisa dipisahkan.
Maka, islam dan sunnah adalah jalan ibadah, definisi ibadah sesuai definisi Ibnul Qayyim rahimahullah dilihat dari orang yang mengerjakannya, yaitu segala sesuatu yang mengumpulkan padanya apa yang dicintai Allah ﷻ dari perbuatan maupun amalan.
Dan juga ibadah didefinisikan dilihat dari perbuatannya adalah puncak ketundukan kepada Allah ﷻ sesuai dengan apa yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ibadah kepada Allah merupakan kecintaan yang melahirkan ketaatan dan ketundukan. Karena ibadah itu tegak di atas dua pilar utama, perendahan seutuhnya kepada Allah dan kecintaan yang tinggi kepada-Nya, sebagaimana diterangkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah. Dalam Nuniyah-nya beliau berkata,
وعبادة الرحمن غاية حبه ... مع ذل عابده هما قطبان
وعليهما فلك العبادة دائر ... ما دار حتى قامت القطبان
Ketaatan kepada Allah mencakup dua bagian utama:
- melaksanakan perintah-Nya
- menjauhi larangan-Nya
Ibadah ini akan rusak dengan kesyirikan, tidak akan sempurna jika ibadah tidak meninggalkan larangan-Nya yaitu syirik baik kecil maupun besar.
Maka, dalam tauhid ada dua rukun. Rukun-rukun tersebut adalah peniadaan (nafi) dan penetapan (itsbat) dalam kalimat syahadat, "Laa ilaaha illallah". Penafian berarti menolak segala bentuk sesembahan selain Allah, sedangkan penetapan berarti menetapkan bahwa hanya Allah ﷻ yang berhak disembah.
Ini adalah kaidah dalam agama, dan hendaknya kita membersihkan dan menetapkan kaidah ini dalam agama-Nya.
Sebagaimana meninggalkan hal-hal yang haram dan mengerjakan hal yang wajib, maka kita meninggalkan kesyirikan dan menegakkan tauhid. Juga kita hendaknya mengamalkan sunnah-sunnah dan meninggalkan bid'ah, karena Kesyirikan akan menghancurkan ibadah sebagaimana kebid’ahan akan merusak ibadah seseorang.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan” (QS. An An’am: 88)
Allah ﷻ menyatakan bahwa Rasulullah ﷺ imamnya orang yang bertauhid. Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an yang mulia:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Qs. Az Zumar: 65).
Maka inilah tauhid. Seandainya Nabi ﷺ berbuat Syirik, maka Allah akan menghancurkan amalan-amalannya. Inilah bahaya syirik, menghancurkan ibadah walaupun seorang Nabi ﷺ.
Maka, tatkala Nabi ﷺ berdakwah kepada orang-orang musyrik, mereka terkejut...
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Surat Shad Ayat 5:
أَجَعَلَ ٱلْءَالِهَةَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌ
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.
Maka, ibadah kepada Allah ﷻ harus benar-benar mengkufuri segala kesyirikan (Meninggalkan segala sesembahan selain Allah ﷻ) dan mengagungkan tauhid ini, yang kebanyakan kaum muslimin kurang memahami akan hal ini, hingga mereka selain menyembah Allah ﷻ juga menyembah patung-patung, kuburan dan lainnya.
Sangat disayangkan banyak kaum Muslimin, mereka berbuat Syirik di kuburan dan ghuluw terhadap orang-orang shalih. Maka tidak ada perbedaan menyembah kepada pepohonan, bebatuan dan kuburan orang-orang shaleh, maka tauhid adalah mengesakan Allah ﷻ dan menjauhi kesyirikan. Mereka kaum nashara dan yahudi berbuat kufur kepada nabi Isa dengan menjadikannya Tuhan dan menyembah Uzair. Dan ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Barangsiapa yang merealisasikan Tauhid, maka baginya buah yang baik dunia dan akhirat.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-A’raf Ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Dalam Surat An-Nahl Ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud dan lainya. Sebagaimana dalam hadits dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن مات لا يشركُ باللهِ شيئًا دخل الجنةَ ، ومَن مات يشركُ باللهِ شيئًا دخل النارَ
“Barangsiapa yang mati, tanpa berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, ia masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik, maka ia masuk neraka” (HR. Muslim no. 93).
Maka, siapa yang bertauhid dan tidak syirik maka, dia akan mengumpulkan kebaikan dunia dan akhirat.
Lihatlah Rasulullah yang berdakwah Tauhid di Mekah 13 tahun dan di Madinah 10 tahun, dalam waktu yang singkat Allah ﷻ mampu mengangkat ahli tauhid, mampu menguasai bumi dari sebelumnya hanya penggembala kambing.
Allah ﷻ memberikan kekuasaan kepada Ahli tauhid dalam kurun waktu yang singkat. Hingga sampai ujung timur barat utara dan selatan. Hal ini belum pernah diberikan kepada ahli tauhid, dan terjadi karena karunia Allah ﷻ kepada ahli tauhid.
Dakwah tauhid ini membutuhkan perjuangan dan kesungguhan, karena banyaknya tantangan dan musuh yang ada di depan, sebagaimana yang dialami para nabi dan rasul sebagaimana dikabarkan Allah ﷻ dan Rasul-Nya.
Banyak pertentangan hingga terbunuhlah orang yang terbunuh dan tersiksalah orang yang tersiksa, begitulah kondisi orang yang bertauhid. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 89:
وَدُّوا۟ لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا۟ فَتَكُونُونَ سَوَآءً ۖ
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al-Baqarah: 120)
Begitulah sunnatullah... Terjadi pertentangan antara yang haq dan yang batil. Mereka orang-orang Yahudi, nashara, musyrikin dan kafirin... Seluruhnya menentang dakwah tauhid dan menghiasi dengan hiasan yang jelek dari keindahan dakwah tauhid.
Maka hendaklah kita menyibukkan diri kepada tauhid, dan dakwah tauhid memiliki tantangan yang besar, dan ini sunnatullah, hingga Allah ﷻ akan memberikan jalan keluar dan kemenangan yang nyata.
Sesungguhnya Allah ﷻ telah mengagungkan agama ini. Sebagaimana dikabarkan dalam hadits Tamim addari Radhiyallahu’anhu :
عن تَميم الداري رضي الله عنه، قال: سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:
«لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَلَا يَتْرُكُ اللهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللهُ هَذَا الدِّينَ، بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ، عِزًّا يُعِزُّ اللهُ بِهِ الإِسْلَامَ، وَذُلًّا يُذِلُّ اللهُ بِهِ الكُفْرَ»
Tamīm Ad-Dāriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Sungguh, agama ini akan sampai ke semua tempat yang sampai padanya siang dan malam. Allah tidak akan melewatkan satu rumah pun baik di kota atau pedesaan, kecuali Allah akan memasukkan agama ini ke dalamnya, baik dengan kemuliaan orang yang mulia ataupun dengan kehinaan orang yang hina, yaitu dengan kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghinakan kekafiran.
Maka hendaknya saling tolong menolong. Hingga Allah ﷻ memberikan karunia dengan kabar gembira dengan terbukanya dakwah Islam dan Sunnah, dan dengan saling tolong menolong, akan memudahkan kita menghadapi gangguan dan hambatan.
Alhamdulillah, banyak kabar gembira yang kita terima, banyak rumah-rumah yang penuh dengan keberkahan, banyak markaz yang bermunculan yang membuka dakwah sunnah di setiap tempat.
Maka, kita perlu melawan mereka dengan senjata dan hujjah, dengan wasilah media baik audio, video dan teks semuanya bisa kita gunakan.
Nikmat adalah tatkala kita menggunakan nikmat yang ada untuk dipergunakan dalam dakwah tauhid dan kehancuran adalah tatkala sebaliknya.
Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga kita dan keluarga kita dari kejelekan dan Allah ﷻ menjadikan kita tentara Allah ﷻ dan pengemban risalah Rasul-Nya. Hingga kita mati dalam keadaan husnul khotimah dengan tetap memegang tauhid.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
”Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘laa ilaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم