Seseorang masuk surga karena rahmat Alloh. Dalam hadis Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu disebutkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim no. 2817).
Demikian juga derajat-derajat yang diraih orang-orang beriman lagi bertaqwa di surga berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan amalan sewaktu di dunia. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ كُلُّ دَرَجَتَيْنِ مَا بَيْنَهُمَا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat seratus derajat yang Allah persiapkan bagi para mujahidin di jalan-Nya, yang jarak antara setiap dua derajat bagaikan antara langit dan bumi, maka jika kalian meminta Allah, mintalah surga firdaus, sebab firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya ada singgasana Ar-Rahman, dan daripadanya sungai surga memancar.” (HR. Al-Bukhari No.2790).
Dengan demikian, di dalam surga ada 100 tingkat yang disediakan Allah bagi orang-orang yang berjihad di jalan-Nya. Jadi, dengan berjihad akan diperoleh 100 tingkat.
Suatu hari Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami (Abu Firos) berkisah, “Aku bermalam bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kemudian aku mengambilkan air wudhu’ untuk beliau, serta hajat beliau (maksudnya pakaian dan lain-lain). Kemudian Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku,
“Mintalah sesuatu kepadaku.”
“Aku meminta untuk bisa bersamamu di dalam surga.” Pintaku.
Nabi bersabda lagi, “Apakah ada selain itu?”
“Hanya Itu permintaanku.” Jawabku.
Beliau lalu bersabda,
فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرةِ السُّجُودِ
“Kalau begitu tolonglah aku untuk memperkenankan permintaanmu itu dengan memperbanyak sujud” (HR. Muslim).
Selengkapnya: 16 Amalan yang dapat mengangkat Derajat di Surga
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلاً خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al-Bukhari)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim)
Selengkapnya: Audio Kajian: Panduan Amal Bulan Dzulhijjah - Kompilasi Asatidzah
Keamanan adalah lawan dari rasa takut. Dan ini diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya:
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ، الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
“Maka hendaknya mereka menyembah kepada Rabb pemilik rumah ini (Ka’bah). (Dia) yang telah memberikan makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan memberikan keamanan kepada mereka dari rasa takut” (QS Quraisy [106]: 3-4)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan menyebutkan dan mengingatkan nikmatNya kepada penduduk tanah Haram (Makkah) dengan menyebutkan dua nikmat yaitu nikmat rezeki dan nikmat rasa aman. Setelah itu Allah menyebutkan kebalikan dari rasa aman, yaitu rasa aman. Para ahli bahasa mendefinisikan kata aman sebagai situasi yang tenang dan damai.
Keamanan atau nikmat aman ada dua macam, yaitu:
1. KEAMANAN AGAMA
Yaitu kondisi dimana agama seorang muslim selamat, dia tetap berada di atas jalan tauhid dan terus beribadah kepada Allah Ta’ala dan jauh dari kesyirikan.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( QS Al An’am [6]: 82)
2. KEAMANAN BADAN/FISIK
Yaitu kondisi dimana seorang muslim hidup di negerinya dalam keadaan merasa aman pada perkara hartanya, jiwanya, dan harga dirinya atau kehormatannya.
Bagaimana kiat-kiat menjaga nikmat aman dan keamanan di negri kita Indonesia?
Selengkapnya: Nikmat Aman di Indonesia dan Kiat-Kiat Menjaganya
Kajian Kitab Syarhus Sunnah
✒┃Materi : Syarah Fadhlul Islam - Kesempurnaan dan Keagungan Islam Serta Perintah Berpegang Teguh dan Menjaga Kemurniannya
- Syarah Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan Hafidzahullah.
🎙┃Narasumber : Ustadz Abu Ubaid Rizqi, Lc., hafidzahullah ta'ala [Alumnus LIPIA Jakarta & Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhari]
📆┃Setiap SELASA ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃Tempat : Masjid Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiallāhu'anhā - Blimbing 01/04, Blimbing Gatak Sukoharjo