مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلاً خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al-Bukhari)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim)
Selengkapnya: Audio Kajian: Panduan Amal Bulan Dzulhijjah - Kompilasi Asatidzah
Keamanan adalah lawan dari rasa takut. Dan ini diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya:
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ، الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
“Maka hendaknya mereka menyembah kepada Rabb pemilik rumah ini (Ka’bah). (Dia) yang telah memberikan makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan memberikan keamanan kepada mereka dari rasa takut” (QS Quraisy [106]: 3-4)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan menyebutkan dan mengingatkan nikmatNya kepada penduduk tanah Haram (Makkah) dengan menyebutkan dua nikmat yaitu nikmat rezeki dan nikmat rasa aman. Setelah itu Allah menyebutkan kebalikan dari rasa aman, yaitu rasa aman. Para ahli bahasa mendefinisikan kata aman sebagai situasi yang tenang dan damai.
Keamanan atau nikmat aman ada dua macam, yaitu:
1. KEAMANAN AGAMA
Yaitu kondisi dimana agama seorang muslim selamat, dia tetap berada di atas jalan tauhid dan terus beribadah kepada Allah Ta’ala dan jauh dari kesyirikan.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( QS Al An’am [6]: 82)
2. KEAMANAN BADAN/FISIK
Yaitu kondisi dimana seorang muslim hidup di negerinya dalam keadaan merasa aman pada perkara hartanya, jiwanya, dan harga dirinya atau kehormatannya.
Bagaimana kiat-kiat menjaga nikmat aman dan keamanan di negri kita Indonesia?
Selengkapnya: Nikmat Aman di Indonesia dan Kiat-Kiat Menjaganya
Ceramah Singkat
PHK...? Siapa Takut! - Kunci mengembalikan rezeki yang hilang... oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin,lc hafidzahullah.
Disampaikan di Hotel Retaj - Doha Qatar pada kunjungan beliau dalam Daurah Qatar ke-9 pada 8-12 Desember 2015.
Sudah menjadi watak dunia seperti yang dikatakan Alloh ta'aala Kullu Man 'Alaiha Faan (semua yang ada di bumi akan binasa). Maka hanya ada dua pilihan: Dunia meninggalkan kita atau kita meninggalkan dunia.
Sikap utama yang harus dimiliki manusia adalah sikap yang mau menerima perubahan, konsentrasi penuh akan akhirat dan mau menerima pemberian Alloh ta'aala yang penting halal, itulah kunci bahagia. Akhirat sebagai tujuan dan dunia menjadi sarana...
Hanya satu yang akan terus terkenang sampai akhirat yaitu taqwa. Ada 8 perkara yang akan selalu mengitari hidup manusia:Ada pertemuan pasti ada perpisahan, Ada kesulitan ada kemudahan, ada sedih pasti ada gembira dan ada sakit pasti ada sehat.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16)
"Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang hari dalam keadaan kenyang." (HR. At-Tirmidzi).