Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam
📚┃Materi : رسالة إلى أهل القصيم "Risalah Ila Ahli Qaseem" [Surat Untuk Para Penduduk Qasim]
✍🏼┃Karya : Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رحمه الله تعال
♻Insya Allah Rutin Dibahas Setiap Hari Selasa Malam Rabu "Pekan Ke-2 & Pekan Ke-4"
🎙┃Pemateri : Ustadz Adi Abdul Jabbar حفظه الله تعالى (Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhari)

Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:

وأرى هجر أهل البدع ومباينتهم حتى يتوبوا ، وأحكم عليهم بالظاهر وأكل سرائرهم إلى الله ، وأعتقد أن كل محدثة في الدين بدعة .

Dan aku berpandangan tentang hajr kepada ahlul bid'ah (memboikot mereka) dan menjauhi mereka hingga mereka bertaubat, dan aku menghukumi mereka sesuai dengan yang nampak dan aku pasrahkan sesuatu yang tersembunyi diantara mereka dan aku meyakini bahwa setiap perkara yang baru dalam agama adalah bid'ah

📃 Penjelasan:

Ini adalah akidah dan manhaj beliau, dimana ahlul bid'ah harus diijauhi dan diboikot.

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan Hafidzahullah menjelaskan bahwa bida' (البدع ) adalah bentuk jamak dari bid'ah. Dan bid'ah adalah apa yang diada-adakan dalam agama dari ibadah-ibadah yang tidak ada dalilnya baik dari kitab maupun Sunnah.

Banyak definisi bid'ah yang disebut para ulama, antara lain yang disebut imam Syatibi. Imam asy-Syathibi berkata ketika mendefinisikan bid’ah, “Bid’ah adalah cara baru dalam agama yang dibuat menyerupai syari’at dengan maksud untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah.” (Lihat ‘llmu Ushul Bida’ oleh Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali ‘Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary (hal. 24).

Dari definisi ini diambil beberapa poin:

  1. Bid'ah adalah cara beragama. (mengeluarkan urusan-urusan dunia), maka urusan dunia tidak masuk dalam masalah ini.
  2. Diada-adakan (dibuat-buat) yang mirip sesuatu yang disyari'atkan.
  3. Tujuannya ingin lebih dalam ibadah.

Karena ibadah adalah taukifiyah (harus dengan dalil), maka siapa yang mengatakan sesuatu adalah bernilai ibadah harus berdasarkan dalil.

Maka, kita tidak mengerjakan amalan sesuatu apapun kecuali dengan dalil. Maka barangsiapa yang membuat perkara baru kemudian dia gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, baik itu dzikir atau shalat atau ibadah lain kemudian dia mengatakan ini adalah tambahan kebaikan, maka kita katakan itu adalah tambahan keburukan!. Karena Nabi ﷺ mengatakan:

وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

seburuk-buruk perkara adalah perkara yang di ada-adakan secara baru dalam urusan agama, dan setiap yang bid’ah adalah sesat

Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma mengatakan:

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً

“Setiap bid’ah itu sesat walaupun manusia menganggapnya baik”

[Diriwayatkan oleh Al Lalikai dalam I’tiqad Ahlissunnah wal Jama’ah (1/92), dishahihkan oleh Al Albani dalam Ahkamil Jana’iz (hal.200)].

Imam Malik berkata, "Barangsiapa mengadakan sesuatu yang baru (bid'ah) di dalam agama ini sedangkan ia menganggap baik perbuatan tersebut maka sungguh ia telah menuduh Nabi Muhammad telah berbuat khianat, karena Allah ta'ala telah berfirman,

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam itu Jadi agama bagimu." (QS. al-Maidah: 3). Maka perkara yang pada hari ayat ini diturunkan bukan agama maka sekarang juga bukan merupakan agama." (Al-I'tishom, 1/49, dinukil dari 'Ilmu Usul Bida', 20)

Agama ini sempurna dan tidak menerima penambahan-penambahan, Rasulullah ﷺ wafat dan agama ini sempurna (QS. al-Maidah: 3).

Maka, Allah ﷻ telah menyaksikan bahwa agama ini telah sempurna, siapa yang menambah, maka dia telah menambah catatan kaki pada Al-Qur'an. Na'udzubillahmindalik.

Cukuplah bagi kita untuk beribadah sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi ﷺ. Maka, Berkata Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

وعن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : اتبعوا ولا تبتدعوا

“Hendaklah kalian mengikuti dan jangan kalian membuat sesuatu yang baru”.

اتبعوا

Ikutilah!

Maka pelaku bid'ah hanya ada dua kemungkinan:

  1. Menganggap lebih baik berada di atas kebenaran dari pada Nabi ﷺ dan para sahabatnya.
  2. Membuka pintu kesesatan.

Adapun kalau kita menambah dan mengatakan ini kebaikan, maka sejatinya itu adalah bid'ah. Karena timbangan kebaikan adalah syari'at, maka jika menganggap kebaikan konsekuensinya harus dilakukan berdasarkan contoh Nabi ﷺ.

Ibnu Mas’ud menyanggah perkataan mereka yang berdzikir Jama’ah sambil berkata,

وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ

“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya.” (HR. Ad Darimi. Dikatakan oleh Husain Salim Asad bahwa sanad hadits ini jayid)

Nabi ﷺ bersabda:

عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ:

Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membuat hati menjadi bergetar dan mata menangis, maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah! Sepertinya ini adalah wasiat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah wasiat kepada kami.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

‘Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun kalian dipimpin seorang budak. Sungguh, orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan Sunnah khulafaur rosyidin al-mahdiyyin (yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal). Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, serta jauhilah setiap perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah sesat.”

(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Abu Daud, no. 4607 dan Tirmidzi, no. 2676. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim no. 867)

Merealisasikan muttaba'ah adalah menyesuaikan ibadah dalam 6 perkara ibadah:

  1. Harus sesuai syari'at dalam sebabnya.
  2. Harus sesuai dengan syari'at dalam jenisnya.
  3. Harus sesuai dengan syari'at dalam caranya (Kaifiat).
  4. Harus sesuai dengan syari'at dalam jumlahnya (ukurannya).
  5. Harus sesuai dengan syari'at dalam tempatnya.
  6. Harus sesuai dengan syari'at dalam waktunya.

Hadits di atas adalah bantahan bagi mereka yang membagi bid'ah menjadi bid'ah hasanah dan sayyiah. Semuanya buruk karena setiap bid'ah adalah dhalalah. Orang-orang yang Seperti ini adalah sama dengan membantah Nabi ﷺ dan menuduh Nabi ﷺ berkhianat terhadap risalah.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم