بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم
Kitab : Tsalatsatul Ushul | Karya : Muhammad bin Abdul Wahab
Facebook Live: Masjid Umar bin Khaththab
Tokoh-tokoh Thaghut
والطواغيت كثيرة، ورؤوسهم خمسة: 1. إبليس لعنه الله. 2. ومن عبد وهو راضٍ. 3. ومن دعا الناس إلى عبادة نفسه. 4. ومن ادعى شيئاً من علم الغيب. 5. ومن حكم بغير ما أنزل الله".
Thaghut itu banyak macamnya, tokoh-tokohnya ada lima:
1. Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah ﷻ. (Penjelasannya telah berlalu).
Iblis adalah setan yang 'terajam' dan terlaknat, yang terhadapnya Alloh berfirman:
"Sesunguhnya laknat-Ku tetap atasmu hinga Hari Pembalasan" (Shaad: 78)
Dahulunya, iblis itu bersahabat dengan para malalkat dan melakukan perbuatan yang dilakukan oleh para malaikat. Namun ketika iblis mendapat perintah untuk sujud kepada Adam 'alahissalam, tampaklah bahwa pada dirinya terdapat sifat busuk, enggan (durhaka), dan takabur.
Karena ternyata ia enggan (untuk sujud) dan takabur, dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir, akhirnya ia terusir dari rahmat Allah Ta'ala, Allah berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ
'Ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat (yang di situ terdapat pula iblis), 'Sujudlah kalian kepada Adam!' Maka bersujudlah mereka, kecuali iblis. Ia enggan dan takabur, dan ia termasuk golongan orang-orang kafir'”(Al-Baqarah: 34)
2. Orang yang disembah, sedang ia sendiri rela.
Yaitu orang yang diibadahi (disembah) selain Alloh, sedangkan ia rela untuk disembah selain Allah. Ia termasuk salah satu dari dedengkot thaghut -wal 'iyadzu billah- entah ia disembah semasa hidupnya ataupun sepeninggalnya jika ia mati dalam keadaan rela akan hal itu.
3. Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya.
Yaitu orang yang-menyeru atau mengajak manusia untuk mengibadahi dirinya, sekalipun mereka tidak mengibadahinya. Orang seperti ini termasuk salah satu dedengkot thaghut; entah seruannya tersebut mendapat sambutan ataupun tidak.
Seperti halnya kisah Ashabul Uhdud yang dijelaskan dalam Al-Qur’an QS. Al Buruj: 1-9. Yaitu orang-orang yang membakar orang beriman dalam parit. Orang-orang yang beriman ini tetap teguh pada keimanan mereka pada Allah, hingga raja di masa itu marah dan membakar mereka hidup-hidup.
4. Orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib.
Gaib adalah sesuatu yang tersembunyi dari jangkauan manusia. Gaib ini ada dua macam; yang sudah terjadi dan yang akan datang. Gaib yang sudah terjadi ini sifatnya nisbi (relatif), jadi bagi seseorang merupakan sesuatu yang maklum (dapat diketahui), namun bagi orang lain merupakan sesuatu yang majhul (tidak dapat diketahui). Sedangkan gaib tentang masa yang akan datang itu bersifat hakiki, yang tidak dapat dikeiahui oleh seseorang, kecuali hanya oleh Alloh, atau oleh rosul-rosul yang memang telah diberitahu oleh-Nya. Maka siapa saja yang mengaku mengetahuinya, maka ia berarti kafir, karena ia mendustakan Allah dan Rosul-Nya. Alloh ta'ala, berfrman,
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ٱلْغَيْبَ إِلَّا ٱللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah, 'Tidak ada seorangpun di langit ataupan di bumi yang mengetahai perkara gaib kecuali Allah'. Dan mereka tidak mengetabui bilamana mereka dibangkitkan (An-Naml: 65)
Bila Alloh 'azza wa jalla telah memerintahkan Nabi-Nya, Muhammad shallallahu'alaihi wassalam untuk mengumumkan kepada khalayak manusia bahwasanya tiada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib kecuali Alloh saja. Maka barangsiapa mengaku mengtahui perkara gaib, berarti ia telah mendustakan Alloh 'azza wa jalla dan juga mendustakan Rosul-Nya mengenai pemberitaan ini.
Rasulullah ﷺ meskipun seorang Rasul pilihan pun tidak bisa mengetahui perkara yang ghaib, hal ini bisa dilihat dari kejadian fitnah yang menimpa Ibunda Aisyah Radhiyallahu’anha. Kejadian ini terjadi saat rombongan Rasulullah ﷺ sedang dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah berperang melawan Bani Musthaliq. Gelang Aisyah terputus dan jatuh, kemudian hilang. Peristiwa ini menyebabkan Aisyah tertinggal rombongan dan akhirnya dikaitkan dengan fitnah yang menimpanya. Dalam kisah ini Nabi ﷺ tidak tahu paling tidak tiga kejadian :
1. Aisyah kehilangan gelang
2. Aisyah ketinggalan rombongan
3. Kebenaran tuduhan Aisyah berselingkuh.
Contoh lain, kebohongan hal ghaib ada pada Kisah Syaikh Albani dengan seorang yang mengaku mengetahui perkara ghaib, dimana ada upaya Syaikh Albani untuk membuktikan bahwa orang tersebut hanya berdusta. Syaikh Albani menantangnya untuk menghadirkan ruh Imam Bukhari dan menanyakan tentang ilmu hadits, yang mana sang dukun tidak mampu melakukannya dan akhirnya mengaku bahwa waktu pemanggilan ruh telah usai.
Hukum mengatakan Allah ﷻ dan Rasul-Nya yang lebih tahu (Allohu warosuluhu a'lam):
1. Boleh jika sudah jelas ada ayat atau hadits yang menjelaskan.
2. Tidak boleh, jika perkara kauniyah atau perkara kontemporer yang ulama berbeda pendapat.
Kami tanyakan kepada mereka itu, bagaimana mungkin kalian dapat mengetahui perkara gaib, sedangkan Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wassalam saja tidak mengetahurnya?! Apakah kalian ini lebih unggul dari pada Rosululloh shallallahu 'alaihi wassalam ataukah Rosululloh yang lebih unggul?Jika mereka menjawab, "Kami lebih unggul (lebih mulia) daripada Rosul", maka mereka telah menjadi kafir lantaran perkataan ini. Dan jika mereka menjawab bahwa beliau itu lebih unggul, maka kami tanyakan kepada mereka, "Lalu mengapa beliau tidak dapat mengetahui perkara gaib sedangkan kalian mengetahuinya?! Sedangkan Alloh 'azza wa jalla telah berfirman tentang diri-Nya:
عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِۦٓ أَحَدًا. إِلَّا مَنِ ٱرْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُۥ يَسْلُكُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ رَصَدًا
“Dia Maha Mengetahui perkara gaib; maka Dia tidak menampakkan kepada seorang pun tentang perkara gaib itu, kecuali kepada rosul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya" (Al-Jinn: 26-27)
Ini merupakan ayat -selain ayat di atas- yang menunjukkan kafirnya orang yang mengaku mengetahui perkara gaib. Alloh Ta'ala bahkan telah memerintahkan Nabi-Nya agar mengumumkan kepada khalayak manusia melalui firman-Nya,
قُل لَّآ أَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعْلَمُ ٱلْغَيْبَ وَلَآ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّى مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ ۚ
Katakanlah (Muhammad), 'Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Alloh ada padaku; aku tidak mengetahui perkara gaib; dan aku juga tidak mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang telah diwahyukan kepadaku' (Al-An'am: 50)
5. Orang yang memutuskan sesuatu tanpa berdasarkan hukum yang telah diturunkan oleh Allah. (Akan dijelaskan pada pertemuan yang akan datang. InshaAllah).
Berhukum dengan hukum yang telah diturunkan oleh Alloh Ta'ala termasuk bagian dari tauhid rububiyah, karena hal itu merupakan pengejawantahan hukum Alloh yang menjadi tuntutan atau konsekuensi rububiyah-Nya, serta kesempurnaan kerajaan dan pengaturan-Nya. Oleh karena itu, Alloh Ta'ala menamakan orang-orang yang diikuti dalam menjalankan hukum selain hukum yang telah diturunkan oleh Alloh Ta'ala sebagai "tuhan-tuhan" (Robb) bagi orang-orang yang mengikuti mereka. Alloh Ta'ala berfirman :
ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَٰنَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَٰهًا وَٰحِدًا ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Mereka menjadikan orang-orang alim dan rohib-rohib mereka sebagai 'tuhan-tuhan' selain Alloh, dan juga mereka mempertuhan Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya diperintah untuk mengibadahi Alloh Yang Maha Tunggal; tiada ilah selain-Nya. Maha suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan" (At-Taubah: 31)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم