Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

📚 Kajian Kitab Manhaj Salaf | Karya Prof. Dr. Muhammad bin Umar Bazmul Hafidzahullah Download Kitab
🎙┃ Ustadz Mohammad Alif, Lc. Hafidzahullah
🗓┃Jum’at, 1 Agustus / 7 Safar 1447 H
🕰┃ Ba’da Maghrib - Isya
🕌┃ Masjid Al-Qomar | Jl. Slamet Riyadi No. 414 Rel Bengkong Purwosari, Solo, Jawa Tengah 57142



Ciri-ciri dakwah salaf telah dijelaskan sebelumnya:

  1. Sikap loyalitas (wala’dan bara’) dibangun diatas ittibâ kepada Rasulullah ﷺ.
  2. Syiarnya mengikuti dan meneladani Rasulullah ﷺ.
  3. Berjalan di atas Pertengahan dalam segala urusan mereka.

Ciri keempat: Mereka adalah orang yang Menjaga Persatuan dan Keteguhan di Atas Kebenaran

Ciri manhaj Salaf adalah orang-orang yang semangat menjaga persatuan dan kesatuan. Dan menolak perpecahan. Tapi yang dimaksud dalam jama’ah yang bersatu di atasnya, yaitu persatuan yang dicontohkan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.

Imam Abdul mughofar As-samany : bukti bahwa ahlul hadits di atas kebenaran adalah kalau di cek karya tulisan para ulama dari dulu sampai sekarang, meskipun berbeda negeri dan zamannya sangat jauh, dan jarak serta tempat ulama tinggal di tempat masing-masing, tetapi cara penulisannya satu gaya dan satu model.

Mereka menempuh jalan yang tidak pernah mengajarkan penyelewengan, ucapan dan perbuatan mereka sama. Tidak ada perselisihan dalam bab aqidah, bahkan kalau kita kumpulkan tulisan mereka, maka akan kau dapatkan mereka semua satu hati, satu lisan dan satu pendirian. Apakah ada dalil lain yang lebih terang daripada ini?

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 82:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِيهِ ٱخْتِلَٰفًا كَثِيرًا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (QS. Ali Imran ayat 103)

Kemudian kalian lembutkan hati kalian, dan atas nikmat itu kalian bersaudara.

Tetapi, jika kalian lihat kitab-kitab ahlul bid’ah, maka akan dijumpai perbedaan satu sama lain, bahkan saling bertentangan dan saling mengkafirkan. Anak mengkafirkan bapaknya, saudara mengkafirkan saudaranya, mengkafirkan tetangganya dan lainnya. Selamanya hati mereka bercerai berai.

Kelihatan mereka bersatu melawan Ahlussunnah, tetapi hatinya saling bercerai berai. Kita lihat Mu’tazilah, diantara kelompoknya saling mengkafirkan, Mu’tazilah di bashrah mengkafirkan yang di Baghdad. Pengikutnya Abu Ali Al-Jubai mengkafirkan anaknya Abu Ali (Abu Hasyim) dan pengikutnya Abu Hasyim mengkafirkan Abu Ali (Bapaknya Abu Hasyim).

Begitulah tokoh-tokoh ahlul bid’ah, jika diperhatikan mereka akan saling mengkafirkan sesama mereka, demikian juga Khawarij dan Ahlil bid’ah lainya.

Surat Al-An’am Ayat 159:

إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ ۚ إِنَّمَآ أَمْرُهُمْ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.

Ahlus Sunnah semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah, maka tidak ada perselisihan. Dan ahlul bid’ah mengambil pendapat tokohnya masing-masing, maka mereka bercerai berai.

Allah Ta’ala berfirman:

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ )

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. (QS. An Nisa: 59)

Jika semua pendapat diambil dari akal seseorang, maka tidak ada seorangpun yang akalnya bisa dijadikan standar. Karena akal setiap manusia berbeda-beda…

Jalur Ahlussunnah adalah Hadits mutawatir dan Ahad, dari perawi-perawi yang terpercaya. Meskipun ada sedikit perbedaan lafadz dalam beberapa riwayat, namun intinya sama, maka tidak akan berpengaruh terhadap perpecahan.

Sebagian sahabat berbeda pendapat dalam masalah hukum, tetapi mereka tidak sampai tahap perpecahan, karena mereka berijtihad dengan ilmu, yang menjadikannya berpendapat, tetapi mereka saling, menghormati dan berpegang teguh pada persatuan umat. Dan ini hanya masalah furu’, bab waris, bab Fiqh, thaharah dan lainya. Perselisihan di antara mereka adalah rahmat dalam umat ini.

Mereka tetap saling ahlul mawaddah, saling menghormati pendapat dan tidak terputus Kasih sayang diantara mereka. Tapi tatkala muncul bid’ah yang membawa ke neraka, akan muncul golongan yang terpecah-pecah.

Ini menunjukkan terjadinya perpecahan jika ada bid’ah yang ditunggangi syaitan, agar mereka saling bersilang pendapat yang mengakibatkan Perpecahan.

Maka, setiap yang muncul diantara islam dan mereka menyerahkan kepada ahlinya yaitu ulama Rabbani, maka akan terhindar perpecahan. Maka, boleh terjadi perbedaan pendapat yang tidak menjadikan umat saling mencela dan mengkafirkan.

Kita lihat Kisah sahabat Nabi tentang shalat safar saat perang Bani Quraizhah menyoroti perbedaan pemahaman dalam menjalankan perintah agama. Sebagian sahabat memilih untuk melaksanakan shalat Ashar di tengah perjalanan karena khawatir waktu habis, sementara yang lain menunda shalat hingga sampai di Bani Quraizhah sesuai dengan perintah Nabi. Meskipun berbeda, Nabi Muhammad tidak menyalahkan keduanya dan menjelaskan bahwa mereka semua mendapatkan pahala atas ijtihad mereka.

Ada sebagian perpecahan diantara sahabat, hendaklah kita tawaquf, tidak ikut, menghujat mereka.

وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran ayat 103)

Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata, kau akan dapati kebanyakan Ahlil Kalam mereka banyak berpindah dari pendapat satu ke pendapat yang lain, ini bukti bahwa ahlil kalam tidak memiliki basic yang kuat dalam berdalil.

Kaisar Ramawi bertanya ke Abu Sufyan apakah pengikut Muhammad, adakah yang murtad karena membenci islam? Abu Sufyan menjawab tidak!

Yang demikianlah iman! Masuk Islam karena kebahagian, bukan karena keterpaksaan.

Maka, ketika Ahlussunnah mengikuti pendapat yang dinilai lemah padahal tadinya berpendapat kuat, maka ia akan mencari dalil yang lebih kuat.

Umar bin Abdil Aziz rahimahullah, seorang ulama tabi’ut tabi’in, mengatakan:

مَنْ جَعَلَ دِينَهُ غَرَضاً لِلْخُصُومَاتِ أَكْثَرَ التَّنَقُّلَ

“Siapa yang menjadikan agamanya sebagai bahan perdebatan, ia akan berpindah-pindah akidah” (Diriwayatkan Ad Darimi dalam Sunan-nya, no. 310).

Ahlussunnah adalah orang yang paling sabar meskipun diuji dengan banyaknya fitnah. Inilah keadaan para anbiya dan para A’immah. Mereka tsabat…

Ujian Allah ﷻ terhadap Ahlussunnah akan mengangkat derajatnya. Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-‘Ankabut Ayat 2-3:

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Siapa yang jujur dalam mengikuti manhaj ini, dia akan dijaga Allah ﷻ dan dikuatkan, namun jika tidak, maka Allah ﷻ akan jauhkan dari kebenaran!

Firman-Nya dalam Surat As-Sajdah Ayat 24:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.

Imamah dalam agama ada dua syarat : sabar dan yakin.

  • Sabar: Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin berkat kesabaran mereka dalam menjalankan kewajiban dan dalam menyeru orang lain kepada petunjuk. Atau berkat kesabaran mereka terhadap kenikmatan dunia.
  • Yakin: mereka mempercayai ayat-ayat Allah dan mengetahui bahwa ayat-ayat itu benar dan berasal dari Allah, sebab mereka selalu menghayatinya.

Allah ﷻ berfirman:

  • Ayat 1. وَٱلْعَصْرِ – Demi masa.
  • Ayat 2. إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ – Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
  • Ayat 3. إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ – Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Surat ini menjelaskan bahwa semua manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang memiliki empat sifat: beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.

Ayat ini dijadikan mukodimah tsalatul usul dimana ada 4 tahapan dalam beragama:
1. Menuntut ilmu.
2. Beramal.
3. Berdakwah
4. Bersabar.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengomentari keutamaan Surat Al-‘Ashr seraya berkata:

لو ما انزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم

“Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah bagi makhlukNya kecuali surat ini saja, maka sungguh hal itu sudah mencukupi”

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم